Diantara Dua Pilihan

153 25 22
                                    

"Cewek; hampir nggak mau berhenti ngomong saat tengah bahagia. Tapi, berubah diam seribu bahasa saat sedang kecewa."

Saat ini, Elvan tengah duduk di ruang tamu rumah Ara

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Saat ini, Elvan tengah duduk di ruang tamu rumah Ara. Suasana pun tak mendukung niat awal Elvan untuk menjelaskan sesuatu pada cewek itu.

Bahkan sekarang, Elvan diminta untuk memilih, tentunya diantara dua pilihan. Pilih Ara atau seseorang yang Elvan anggap seperti adik sendiri —sahabat Elvan, Riana Calistha.

"Kenapa diem aja Van? Kamu pilih dia atau aku?" tanya Ara, lagi.

"Kita nggak bisa ya jalan-jalannya hari Minggu aja, sebelum kamu berangkat? Aku janji akan nurutin semua yang kamu minta, kamu boleh makan es krim sepuasnya juga."

Please! Elvan bingung. Di satu sisi, Riana butuh seseorang dan itu dia, karena Ayahnya tengah di rawat di rumah sakit. Tapi, Ara? Dia ingin menghabiskan waktu seharian bersama Elvan, karena dia akan mengikuti pertukaran pelajar ke Yogyakarta selama dua minggu, mulai hari Senin besok.

Sebenarnya, Elvan paham kenapa Ara bisa bersikap seperti ini. Dua minggu itu bukan waktu yang singkat. Apalagi selama itu, dia dilarang untuk menggunakan ponsel kecuali kalau ada hal penting.

"Ya udah nggak apa-apa. Aku udah tau jawaban kamu. Maaf ya, barusan aku egois," sahut Ara tenang. Tapi, Elvan tahu kalau dia kecewa.

Elvan hanya mengangguk pelan, sambil menundukkan kepala. Bahkan dia tidak berani menatap mata Ara langsung. Hatinya seperti teriris setiap melihat Ara yang selalu mengalah pada Riana. Dia selalu pengertian ke Elvan, tapi Elvan?

Kenapa Elvan memilih untuk menemani Riana? Semua itu karena janji Elvan kepada almarhumah Ibunya Riana, untuk selalu menjaga Riana dan berada di sisinya.

"Ya udah, aku mau tidur duluan ya. Kalau kamu masih mau di sini, silahkan. Bapak atau Alfa yang nemenin nanti," kata Ara sambil beranjak dari duduknya.

Kini, Elvan memberanikan diri untuk menatap matanya. Hhh... bener 'kan. Dia keliatan sedih banget. Gue jadi makin ngerasa bersalah.

"Aku pulang aja Ra, nggak enak juga sama orang rumah kamu. Ini udah jam sembilan malam," jawab Elvan sambil ikut beranjak dari duduk.

Ara mengangguk pelan. "Aku panggil Bapak dulu."

Elvan segera berpamitan dengan Pak Tae, juga Alfa. Bu Joy sudah tidur jadi Elvan hanya menitipkan salam untuknya.

era Millenial | Jung Sungchan ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang