Selepas Kau Pergi

112 24 6
                                    

-•-

Sahabat; satu kata yang menyempurnakan arti kata pertemanan. Melalui kesedihan dan kebahagiaan. Lantas apa cinta bisa dikaitkan dengan persahabatan?

 Lantas apa cinta bisa dikaitkan dengan persahabatan?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

23:27 WIB

"PAPAAA!!!"

Riana menangis histeris tepat di sisi sang papa yang terbujur kaku di atas ranjang rumah sakit. Bahkan alat-alat yang terpasang di tubuh pria paruh baya itu masih di tempat semula.

Beberapa suster dan juga dokter mundur beberapa langkah, memberikan ruang pada Riana untuk menemui sang papa.

Ternyata tepat satu menit lalu, dokter yang menangani Papa Riana baru saja memberikan kabar duka untuk Riana; bahwa Papa --keluarga satu-satunya telah meninggal dunia.

"PAPAAA...jangan tinggalin Riana! Nanti Riana sama siapa kalau Papa pergi... PAPA BANGUUUN!" histeris Riana sambil menangis tersedu-sedu.

Tak ada gambaran yang benar-benar bisa mendefinisikan dari rasa sakit ketika ditinggalkan oleh orang tua. Apalagi sang Papa adalah orang tua satu-satunya bagi Riana.

"Nggak mungkin! Papa pasti masih bisa diselamatkan dokter! Tolong bangunin Papa!" Riana masih saja mengelak dengan takdir yang sudah terjadi pada sang Papa.

Respon dokter hanya menunduk lemah dan berkata, "maafkan kami 'nak. Kami sudah berusaha semampu kami, tapi Allah berkehendak lain."

Mendengar jawaban sang dokter, Riana seperti tertampar keras bahwa kenyataan di hadapannya itu ada benarnya. Bukan sandiwara apalagi pura-pura.

Tepat saat itu Elvan baru saja tiba dan menyaksikan Riana yang menangisi sang Papa. "An..." lirih anak laki-laki itu.

Hati Elvan terhenyak melihat apa yang ada di depan matanya. Sahabat perempuannya, baru saja kehilangan seseorang yang paling dicintainya --lagi.

Riana menoleh dan langsung berhambur ke dalam pelukan Elvan. Dia menumpahkan segala kesedihan yang tengah dirasakannya pada sahabatnya itu.

Sedangkan Elvan hanya diam sambil mengusap pelan punggung sahabatnya itu. Tapi, Riana tahu bahwa Elvan ikut merasakan apa yang dia rasakan, walau tak ada kata-kata menenangkan yang terucap dari mulut Elvan.













-•-

Keesokan hari. Riana masih dalam fase penyangkalan tentang kepergian sang Papa. Dalam tahap ini akan membuat dunia Riana kehilangan maknanya bahkan mati rasa. Namun demikian penyangkalan di fase ini akan mempercepat perasaannya dalam mengalami duka.

era Millenial | Jung Sungchan ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang