Pengganggu

403 58 50
                                    

Ketika ia berkata 'aku ingin kau bahagia, jadi aku akan melepaskanmu', tapi nyatanya bahagiaku adalah kamu.

Ketika ia berkata 'aku ingin kau bahagia, jadi aku akan melepaskanmu', tapi nyatanya bahagiaku adalah kamu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bunyi detak jarum jam begitu terdengar nyaring di telinga Ara. Dia tengah duduk, menunggu seseorang di sebuah rumah yang cukup berada dan juga nyaman.

Kaki yang tak henti-hentinya dia gerakkan gelisah, kini berhenti karena mendengar suara klakson kendaraan roda dua dari luar rumah.

Siapa lagi kalau bukan --Elvan Arka.

Hhh lama sekali sih! Batinnya.

Dengan segera ia beranjak dari duduknya dan meraih sebuah ransel berwarna cokelat tua. Tidak lupa sebuah tas jinjing kecil yang berisi kotak makan siang untuk dua orang di sampingnya.

Gadis dengan seragam sekolah, rok kotak-kotak selutut dan juga rambut yang dibiarkan terikat satu, menambah kesan bahwa dia adalah seorang cewek yang jauh dari kata feminim.

Ara membuka pintu dan mendapati sosok yang dia tunggu hingga membuatnya gelisah.

"Kenapa lama banget? Aku ada pedalaman materi pagi ini," protes Ara pada pemuda di depannya --Elvan.

Elvan pun menyunggingkan senyumnya. "Maafin aku, jalanan agak macet tadi. Ya udah ayo naik."

Alasan terus! Batin Ara.

"Iya," jawab Ara singkat sambil mengerucutkan bibirnya.

Untung aja nggak banyak nanya. Biasanya cerewet kalo telat.

Baru saja Ara ingin naik ke atas motor, Elvan menghentikannya dengan berkata, "tunggu sebentar."

"Kenapa lagi, Van?" Ara mulai kesal, pasalnya jam sudah menunjukkan pukul setengah enam pagi.

Tiga puluh menit lagi jam pedalaman materi akan dimulai. Sedang, perjalanan dari rumahnya ke sekolah kurang lebih dua puluh menitan kalau tidak macet.

Elvan melepaskan jaket denimnya dan berkata, "pakai ini. Aku nggak mau kamu masuk angin."

Oke, Ara sedikit tersentuh. Padahal sudah sering Elvan memperlakukannya seperti ini. Tapi, tetap saja membuatnya seperti ada kupu-kupu yang beterbangan di perutnya.

"Sini," lanjut Elvan.

Ara sedikit ditarik ke arahnya, sehingga Elvan bisa memakaikan jaket di pinggang gadis itu. Tidak lupa dengan helm warna cokelat muda. "Udah selesai, ayo berangkat."

era Millenial | Jung Sungchan ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang