Apakah mungkin Tuhan itu adil?
Tidak, aku tidak percaya keadilan lagi. Tidak setelah itu menghancurkan segala keadilan yang ada.
Sedari kecil, Mama selalu mengatakan, Tuhan selalu adil pada setiap hambanya.
Tapi, apakah itu adil saat aku sama sekali tidak tahu siapa Ayahku?Aku selalu merasa iri pada mereka yang pulang sekolah di jemput Ayah mereka.
Berada di pelukan seorang Ayah, di tanyai tentang apa yang terjadi di sekolah, lalu Ayah mereka akan tersenyum dan mengajak mereka makan es krim.Aku sungguh iri.
Dan... Malu.
Aku malu saat teman-teman di sekolah menanyakan tentang Ayahku.
Apa aku harus menjawab kalau aku tidak punya Ayah?
Tidak! Karena saat itu aku akan menangis dan memeluk Mama.
Hanya Mama, ya setidaknya sampai Mama membawaku kesebuah rumah besar, dengan dua orang lelaki yang menyambut di depan pintu.
Aku yang baru masuk Sekolah Dasar hanya memandang kedua lelaki itu dengan bingung.
Seorang lelaki tampan yang seumuran Mama, dan seorang anak lelaki yang manis, yang kini tengah tersenyum manis pula.
Lalu Mama berkata, 'Sandra sayang, sekarang Om itu adalah Ayahmu, dan anak lelaki di sampingnya itu adalah Kakakmu. Ayo, beri salam sama mereka'.
Dan, disanalah aku baru merasakan bahwa Tuhan itu adil.
Tapi itu tidak lama.
Karena saat aku berumur 9 tahun, neraka itu datang. Mengambil keadilan yang belum lama kurasakan, dan menyisakan perih yang berujung pada kemarahan.Dan aku selalu dan akan selalu membencinya.
Audrey.
Aku membenci nama itu sama seperti aku membenci Ibunya.
Ibu perempuan itulah yang merebut Ayah dariku.
Ibu perempuan itulah yang membuat Ayah berpaling dari Ibu.
Dan aku membenci kedua hal itu.
Narendra, Kakak tiriku mungkin tidak terlalu membencinya karena dia hanya kehilangan Ayah. Tapi, aku?
Aku kehilangan segalanya.
Keadilan, Ayah, dan Mama.
Dan juga kehilangan jati diriku.Dan aku bersumpah! Aku akan membuat perempuan itu menderita, sama seperti penderitaan yang ku alami selama ini.
Tapi, apa yang dipikirkan Narendra?
Dengan bodohnya dia berkata akan menikahi perempuan itu.
Apakah sekarang perempuan itupun akan merebut Narendra dariku?
Apakah sekarang Narendra akan meninggalkanku.
Narendra, kakak tiri sekaligus cinta pertamaku.
Orang pertama yang memelukku saat mimpi buruk itu datang, orang pertama yang memelukku saat aku menangis, orang pertama yang memegang tanganku saat aku kehilangan Mama, dan orang pertama yang mengajariku apa itu cinta.
Oh, Tuhan. Apakah ini salah satu dari ketidakadilan lainnya.
Jika benar, maka kali ini tidak ada lagi batas sabarku.
Aku berlari menerjang kedua orang yang masih saling memeluk itu, memisahkan keduanya, dan menampar si perempuan.
"Sialan kau jalang! Beraninya kamu merebut Narendra dariku! "
KAMU SEDANG MEMBACA
Kumpulan Cerpen Dewasa
RomanceBukan cerita sex, tapi lebih ke unsur dewasa. Ringan, tapi menegangkan. Siap-siap terbawa pada setiap alur cerita yang menegangkan. Baca = Vote⭐ dan Komen💬. 18+