I'm not Betting (Kianna)

8.5K 321 32
                                    

Lovely Kianna (I'm not betting)

Ketika kamu mulai jatuh cinta, kamu mulai mempercayai seseorang.
Ketika kamu mulai berharap, di saat itu pula kamu mulai menyerah.

Cinta dan harapan akan membawamu pada satu penyerahan hati.

Lalu kamu hanya dapat menanti, akankah harapan itu memberikan cinta, atau malah membuatmu jatuh.

Karena jatuh cinta, sama akan membawamu pada dua perasaan, senang dan takut.

Lalu bagaimana jika jatuh cintamu hanyalah sebuah permainan. Sebuah taruhan tanpa rasa.

Akankah cinta itu memang ada?

***

"Hai. "

Aku menoleh, menatap seseorang yang ternyata adalah seniorku di kampus.

"Pulang sama siapa? " tanya lelaki itu.

Alex. Aku mengetahui namanya adalah Alex. Dia merupakan ketua ospek di jurusanku.

"Sendiri" jawabku menunduk.

Aku terdiam, menatapi hujan yang masih belum berhenti.

Dihari pertamaku ospek, aku sudah melakukan kebodohan. Dengan percaya diri aku meminta untuk tidak di jemput pulang. Yang pada akhirnya aku berada pada satu kondisi saat ini.

Tidak tahu arah dan kehujanan.

"Mau pulang bareng saya? "

Aku menoleh. Senior tampan yang banyak dikagumi itu tersenyum.

Keramahannya menjadi salah satu hal yang menarik.

"Tidak kak, terima kasih. "

"Yakin tidak mau? "

Aku menggeleng, "Tidak. "

Sejujurnya, hari yang gelap memang membuatku takut, apalagi tempat berteduhku ini hanya sebuah ruko tak terpakai di jalanan yang sepi. Terlebih aku juga baru pindah hingga tidak tahu rute mana yang harus ku ambil. Menelepon rumah pun tidak bisa karena ponselku mati.

Hujan yang telah berhenti membuat Alex menoleh menatapku.

"Di sini sepi, jarang ada kendaraan yang lewat. Lebih baik kamu ikut saya. "

Membayangkan sosok menyeramkan membuatku bergidik sendiri.

Aku menggeleng mengusir bayangan seram yang mendadak memenuhi kapala.

"Yasudah kalau tidak mau. Saya duluan ya. "

Rupanya gelenganku tadi di anggap Alex sebagai penolakanku.

Lelaki itu lalu menjauh menghampiri motornya.

"Ayo.. "

"Eh? " aku bingung saat Alex tiba tiba menoleh padaku.

"Saya tidak akan tega meninggalkan perempuan sendirian di tempat seperti ini. Terlebih hari sudah malam. "

Sejujurnya aku masih ragu. Antara ikut atau tidak.

"Saya bukan orang jahat kok jika itu yang kamu takutkan. "

Rasa malu dan bersalah membuat wajahku memerah. Aku sama sekali tidak bermaksud menyinggungnya.

Karena tidak punya pilihan aku akhirnya menurut.
Dengan susah payah duduk di boncengan motor besarnya.

Aku mengerutkan dahi saat seniorku itu belum juga menjalankan motornya.

Kumpulan Cerpen DewasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang