Dreaming? (2/2)

6.6K 251 37
                                    

Maaf jika typo bertebaran.

Happy Reading

****

Kehilangan...
Semakin banyak kamu merasakannya, semakin kosong pula hatimu ketika melewatinya.

Kini, apalagi yang akan hilang setelah semuanya pergi? Setitik harapan yang hampir muncul pun kembali direnggut.

***

Ciaraku, penyemangat hidupku selama ini kembali harus pergi. Semua telah berakhir, dan aku merasa jika hidupku pun telah berakhir bersamaan dengan nafas terakhir gadis kecil itu.

Mataku sakit, terasa panas hingga tangis kini tak lagi mengeluarkan air mata. Aku telah kehilangan, dan kembali kehilangan.

"Ayla... " Suara laki-laki itu terdengar menenangkan selama seminggu ini. Suara yang membuatku pernah merasakan cinta, namun berakhir dengan banyak luka.

Aku memalingkan wajah sambil terus mendekap foto Ciara dalam figura berukuran sedang. Membayangkan jika kini yang ku peluk adalah tubuh kecil putriku, bukan potret tanpa nyawa.

Seminggu sudah Ciara pergi, namun dukaku masih teramat dalam, dan aku tidak bisa memikirkan kapan aku akan bangkit setelah terpuruk karena kehilangannya.

"Kamu belum makan dari kemarin. Aku sudah membuatkan udang goreng pedas kesukaan kamu. Kita makan dulu, yuk! " Nick meraih tanganku dengan lembut. Mencoba membujukku agar makan sama seperti hari-hari sebelumnya selama seminggu ini.

Aku menepis tangannya. "Untuk apa aku makan? Ciara tidak akan kembali lagi hanya karena aku makan. "

"Dan Ciara juga tidak akan kembali lagi walaupun kamu menangis darah sekalipun, " balas Nick jengah.

Tak terasa air mata yang sempat hilang kembali mengalir. Setega itukah Nick? Apakah dia masih bisa berkata seperti itu setelah kehilangan putri kandungnya?
Tentu saja karena dia hanya menyayangi Bian.

Nicholas merengkuh tubuhku dalam dekapan tangannya. Dengan perlahan di ambilnya figura foto Ciara dari pelukanku. Lalu di pandanginya foto Ciara yang tengah tersenyum itu dengan lekat.

"Ciara sudah bahagia di sana. Dia sudah tidak merasakan sakit lagi, tapi dia akan sangat sedih jika melihat Mamanya terus menangis karenanya. Dia sangat menyayangimu, sama besarnya seperti sayang kamu padanya, " ucap Nick berbisik lembut.

"Aku sayang kamu, Ay. Aku tidak ingin melihat kamu seperti ini. Ayo kita mulai semuanya dari awal lagi. " Nick melanjutkan dengan tangan yang semakin erat mendekapku.

Aku kembali menangis, menenggelamkan wajah semakin dalam di dada lelaki itu. Aku butuh dukungan untuk saat ini, juga tubuh yang bisa ku jadikan sandaran ketika lelah akan kenyataan yang harus ku dapatkan.

***

Perlahan, duka yang dalam ini sedikit demi sedikit terobati oleh keberadaan Nicholas yang tidak pernah lelah menemaniku dan selalu berusaha untuk kembali memberikan aku semangat hidup.

Awan mendung yang selalu di selimuti kabut duka perlahan mulai memudar, dan sebuah cahaya akan harapan hidup muncul seperti titik kecil yang lama-lama semakin besar. Hatiku dan dukaku perlahan sembuh, dan kini kenangan manis tentang Ciara tidak lagi membuatku menangis ketika mengingatnya. Sebaliknya, semua itu akan mengukirkan senyum di bibirku.

"Kenapa senyam-senyum? " Sebuah pertanyaan di ikuti sepasang tangan hangat dan kekar melingkar di perutku.

Aku menoleh sekilas dan kemudian kembali sibuk dengan pekerjaan yang sedang ku lakukan.
"Aku cuma keinget kalau Ciara suka banget sama nasi goreng udang kering. " Aku menjawab pelan sambil memperhatikan nasi goreng di kuali yang sedang ku buat.

Kumpulan Cerpen DewasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang