Dreams?

8.7K 353 109
                                    

Mimpi...
Semua orang punya mimpi, termasuk kami.

"Apa mimpimu? " Gadis kecil itu bertanya dengan raut jenaka.

"Aku ingin jadi pengusaha sukses, punya istri cantik dan anak-anak yang lucu sepertiku, " jawab anak lelaki di sampingnya. Senyumnya mengulas menatap teman gadis seusianya.
"Kalau kamu? " tanyanya balik.

"Aku ingin jadi bagian dari mimpi kamu... "

***

Semua begitu fana jika aku harus mengingatnya. Namun rasa itu memang nyata, walau kenyataan tidak seperti yang di bayangkan. Nyatanya mimpi dan kenyataan tidak akan bisa di satukan.

Aku tersenyum, menatap wajah tampan di sampingku. Senyumnya menyunging, seakan menatap apa yang sangat menarik baginya.

"Sebentar lagi ada pemilihan Ratu Kampus. Menurutmu siapa yang paling cantik, aku apa Ayla?"

Aku tersentak saat mendengar namaku di sebut. Melihat perempuan cantik yang kini sedang bergelayut manja di lengan kekasihnya.
Suasana kantin lumayan ramai karena ini adalah jam makan siang. Keberadaanku disini tidak lain untuk makan dan mengisi perut, bukan untuk menjadi nyamuk pasangan kekasih baru.

"Apa aku harus menjawab? " tanya si lelaki dengan nada menggoda.

Aku mengambil tissue di meja lalu menggulungnya dan melemparnya hingga mengenai wajah lelaki itu.

"Jangan di jawab! Kamu pasti akan selalu mengatakan, 'Widya pastinya yang tercantik'. Bukankah begitu? " tanyaku kesal, menatap pasangan kekasih itu dengan malas.

"Benarkah? " Widya menatap lelaki di sampingnya dengan antusias.

Nick terkekeh, dia lalu mengusap rambut kekasihnya itu dengan sayang.
"Kamu memang cantik kok, walau harus ku akui Ayla-ku tidak kalah cantik. "

Wajah Widya merengut, dia menatapku dengan sebal.

Sebenarnya aku tidak heran dia kesal padaku. Kedekatanku dengan Nicholas memang sering membuat banyak orang salah paham. Mereka pasti akan beranggapan kami memiliki hubungan spesial jika saja Nick tidak selalu terlihat bersama perempuan lain. Nyatanya laki-laki itu seorang pecinta wanita.

"Hari ini kamu selesai kuliah jam berapa? " tanya Nick padaku.

"Jam 4 sore, kenapa? Nggak bisa anterin pulang lagi? "

"Kami mau nonton, " balas Widya lebih dulu menjawab, mendahului kekasihnya.

Aku bangkit. Menatap keduanya dengan malas.
"Aku sudah selesai. Tidak perlu khawatir. Aku bisa pulang sendiri. "

Aku berbalik. Berada terlalu lama dengan pasangan itu, sedikit membuatku tidak nyaman.
Aku memang berusaha terlihat baik-baik saja, namun bukan berarti hatiku merasakan itu.

Rasa nyeri setiap Nicholas menggandeng pacar baru selalu membuatku kesal sendiri.

Apa aku kurang menarik sampai dia tidak menyadari keberadaanku? Setidaknya bukan sebagai sahabat.

***

"Ayla.. "

Aku bangun dari rebahanku. Mendengar bisikkan di luar jendela.
Dengan keberanian, aku menyingkap tirai, dan menemukan Nicholas disana. Dengan jaket kulit hitam dan celana jeans yang juga berwarna hitam.

Aku segera membuka pintu dan menyuruhnya masuk.
Jam di dinding menunjukkan pukul 01.05 wib. Tempat kost-an ku sudah sepi. Kebanyakan dari mereka sudah tidur, terlebih ini sudah lewat tengah malam.

Kumpulan Cerpen DewasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang