"Syuuut... syuutttt...!"
Lai Kwan berseru kaget karena kembali pukulannya itu hanya mengenai angin kosong. Bayangan tubuh Han Han yang tadi mencelat ke atas itu secara aneh meluncur ke kiri dan dengan enaknya turun dan berdiri lagi melanjutkan kata-katanya, "...bersumpahlah bahwa kau benar-benar tidak tahu di mana adanya Lulu!"
"Setan! Mampuslah!"
Kembali Ouwyang Seng menyerang. Kini ia tidak mau sembarangan menusuk atau membacok, melainkan memutar pedangnya sehingga gulungan sinar pedangnya membentuk lingkaran-lingkaran yang makin lama makin lebar dan lingkaran itu mulai mengurung tubuh Han Han! Lai Kwan juga sudah menerjang maju dan siap menyambut dengan pukulan maut kalau Han Han mengelak dari sinar pedang Ouwyang Seng yang kini benar-benar mengerahkan segala kepandaiannya untuk merobohkan Han Han.
Han Han berdiri tenang saja. Ia menunggu sampai lingkaran sinar pedang itu makin menyempit, makin menghimpit dirinya. Pada saat pedang meluncur dengan gerakan melingkar hendak membabat pinggangnya, mendadak Han Han menggerakkan tangan. Seperti seekor ular hidup, pecut yang dirampasnya dari tangan Lai Kwan tadi bergerak maju, menyambut pedang dan di lain detik pedang itu sudah terbelit oleh cambuk hitam! Ouwyang Seng berseru kaget dan mengerahkan tenaga membetot untuk merampas kembali pedangnya, untuk melepaskan libatan atau kalau perlu membabat putus cambuk itu dengan ketajaman pedang pusakanya. Akan tetapi pedangnya seperti telah melekat dengan cambuk, sama sekali tidak bergerak.
"Bersumpahlah...!" Han Han yang berdiri sambil memegang ujung tali atau cambuk dengan tangan kanan, mempertahankan dengan menyalurkan sinkang menggunakan tenaga 'menempel dan menyedot'.
Melihat kesempatan baik selagi Han Han mengadu tenaga dengan Ouwyang Seng, Lai Kwan menerjang dari belakang menghantam punggung Han Han dengan pengerahan tenaga Swat-im Sin-jiu yang amat kuat. Hawa dingin sekali menyambar ke arah punggung sebelum kepalan yang memukul itu sendiri tiba.
"Desssss...!"
Lai Kwan merasa betapa hawa pukulan amblas memasuki telapak tangan Han Han yang luar biasa dinginnya, seperti sebongkah batu dilempar ke telaga.
"Ayaaaaa...!" Ouwyang Seng yang masih membetot-betot gagang pedangnya, tiba-tiba merasa betapa ada hawa dingin menyerangnya melalui pedang dan tangannya, terus menjalar ke dadanya. Ia terkejut dan cepat melepaskan pedangnya, terhuyung ke belakang dengan muka pucat.
Lai Kwan yang kaget merasa betapa tenaga sinkang-nya amblas, berseru keras dan tiba-tiba tubuhnya terlempar ke belakang sampai lima meter lebih. Ia berbanting dan kepalanya pening, tubuhnya menggigil karena terasa dingin sekali. Tadi ia dilontarkan oleh hawa pukulan yang dingin sekali dari telapak tangan Han Han. Cepat ia duduk bersila untuk mengerahkan sinkang dan memulihkan kesehatannya, maklum bahwa hawa pukulannya sendiri ditambah hawa yang amat kuat telah membalik dan melukai dadanya!
"Ouwyang Seng, apa sih sukarnya menceritakan tentang adikku?" Han Han menegur.
Ouwyang Seng bangkit berdiri dengan muka masih pucat. Tahulah ia kini bahwa pemuda buntung di depannya ini luar biasa lihainya. Dia akan menjadi manusia segoblok-gobloknya kalau masih nekat hendak melawan. Maka ia tersenyum dan berkata.
"Adikmu itu aneh seperti engkau, tidak mengenal budi orang. Dia diangkat menjadi pelayan istana malah minggat dan kabar terakhir yang kudengar, dia bersekongkol dengan pemberontak! Malah menjadi anak buah Lauw-pangcu ketua Pek-lian Kai-pang di lembah Huang-ho. Kini Pek-lian Kai-pang telah berantakan, entah adikmu itu mati atau hidup, siapa yang tahu?"
Han Han memandang tajam penuh selidik. Tentang keadaan Lulu setelah lari dari istana dan tinggal bersama Lauw-pangcu, dia sudah tahu. Tapi yang perlu ia ketahui adalah sekarang! Di mana adanya Lulu sekarang?
YOU ARE READING
PENDEKAR SUPER SAKTI (seri ke 6 Bu Kek Siansu)
AksiJilid 1-42 TAMAT Suma Han merupakan salah satu tokoh fiktif dalam serial silat Bu Kek Sian Su karya pengarang legendaris A. S. Kho Ping Hoo. Muncul dalam episode ke-7 Pendekar Super Sakti hingga episode ke-12 Kisah Pendekar Pulau Es. Dia adalah tok...