Arin berlari menyusuri koridor sekolah untuk cepat sampai di kelasnya. Arin baru saja mendapar kabar jika sekolah di pulangkan lebih cepat,karena besok mereka sudah mulai belajar seperti biasa."huh...huh..",arin mengatur nafasnya sejenak.
Yola mengerutkan kening melihat sahabatnya yang ngos-ngosan,"ngapa lo?",tanyanya bingung.
Arin tak mengubsir pertanyaan dari yola,yang di rasakannya saat ini hanyalah capek dan haus. Arin langsung menyambar air mineral dingin yang ada di atas meja yola,"eh jangan rin itu kan dingin"
"abis",arin menendang botol kosong itu entah kemana.
Yola memelototkan matanya tak percaya melihat minumnya sudah habis. Bukannya pelit,tapi yola takut ada apa-apa dengan arin. Pasalnya arin tidak bisa meminum minuman dingin sekalipun,"rin nanti penyak-"
"diem yol,gue mau balik dulu. Bye",arin melangkahkan kaki untuk keluar kelasnya menuju parkiran.
"rin",rasya berteriak.
"eh ayok pulang"
"yok"
Mereka langsung menuju mobil rasya.
Di tengah perjalanan arin mendadak merasakan pusing yang menyerang kepalanya. Pandangannya sudah buram entah kemana.
Rasya yang melihat arin memegangi kepalanya langsung mengerem mobil mendadak,"lo kenapa rin?"
"heii"
"arin"
Tidak ada jawaban dari arin. Cewek itu sibuk menetralkan rasa pusing di kepalanya,"hei rin"
"lo minum es ya?"
"lo bawa obat gak?"
Rasya sudah tau jika arin meminum es akan berakibat seperti ini,dan pasti sebentar lagi arin akan batuk-batuk,"kan gue udah bilang jangan minum es"
"lo juga kenapa gak bawa obat lo kemana-mana sih"
Rasya langsung melajukan mobilnya ke rumah sakit terdekat. Karena arin sedari tadi tidak bicara,hanya memegangi kepalanya.
Uhuk..uhuk..
"aduh bentar lagi sampe nih"
Uhuk...uhukk
Mobilnya sudah terparkir di area rumah sakit. Rasya segera menggendong arin yang sudah hilang ke sadarannya sejak tadi,jika tidak segera di tangani akan berakibat fatal bagi arin.
"sus tolong temen saya ini",rasya langsung menaruh arin di atas ranjang rumah sakit.
****
Bau obat-obatan menyeruak hingga ke indra penciumannya. Arin mencoba menetralkan pandangan matanya yang agak buram,lalu melihat ke sekeliling.
Kok bisa di sini sih?
Matanya melihat rasya sedang tertidur di sofa yang ada di depan ranjang rumah sakit.
Seketika senyumnya mengembang,karena melihat rasya masih menjaganya di rumah sakit. Padahal waktu sudah menunjukkan pukul 05:00 sore.
"arin",suara seaeorang mengalihkan pandangannya ke arah pintu.
Arisha datang membawa dua bungkus pelastik,"kamu udah sadar?"
"udah"
Arisha meletakkan plastik yang di bawanya di atas meja dekat sofa yang di tempati rasya,"nih aku bawain bubur"
"taro aja"
"kamu kenapa sih minum es?kalo kamu sakit mama papa khawatir"
Arin tersenyum miring,"khawatir?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Clarintha
Teen FictionDia clarintha,gadis di balik sebuah topengnya. Tidak ada yang mengetahui jika ia rapuh,serapuh kaca. Ada sebuah alasan yang membuat clarintha hidup di balik topengnya. Ada juga alasan yang membuat dirinya benci dengan kembarannya sendiri. ...