Kamu tak perlu membesarkan sebuah masalah, karena saya fikir dia sama sekali tak bersalah****
Malam bertabur bintang kini menjadi saksi bisu atas bersatunya dua insan ini. Deburan ombak menghiasi keheningan di antara keduanya. Seperti ada tembok kokoh yang menghadang keduanya, salah satu dari mereka enggan mengeluarkan suara. Entah karena terlalu menikmati suasana, atau bingung harus berbicara apa.
Rasya menyunggingkan senyum tipisnya. Jari jemarinya menggenggam hangat tangan milik Risha. Hatinya menghangat, seperti ada sesuatu yang baru saja mengangkat beban berat dari pundaknya. Setidaknya Rasya lega, kini Risha sudah kembali menjadi miliknya.
"Kita pacaran kan?",Rasya bertanya sekali lagi. Jelas itu adalah sebuah pertanyaan konyol yang harusnya tak ia lontarkan.
"Kan tadi aku udah jawab iya", kepalanya berputar ke arah Rasya, helaian rambutnya menutupi sebagian wajahnya.
Tangan Rasya bergerak merapikan rambut Risha yang berantakan. Tanpa sadar, Rasya terbuai pesona wanita polos nan kalem satu ini. Ada rasa tak biasa ketika Rasya mendekatinya. Meskipun sangat mirip dengan Arin, tapi Rasya merasa mereka berbeda. Entahlah, mungkin Rasya sedang di mabuk cinta.
"Rambut kamu gak usah di potong sil",Rasya mengacak pelan rambut Risha. Risha terkekeh geli dengan panggilan barunya itu. Rasya sendiri yang ingin memanggil Risha dengan sebutan 'sisil'.
"Kalo udah panjang sekaki masa gak aku potong"
"Seneng aja sih liatnya, nyiumnya juga",ucap Rasya tenang.
Risha berubah posisi menjadi berhadapan dengan Rasya,"yang buat kamu suka sama aku apa sih sya? Padahal kita kenal juga dari Arin, terus kenalnya juga gak deket"
"Suka gak butuh alasan"
"Tapi menurut aku butuh alasan"
Rasya menghela nafas panjang, berdebat dengan seorang wanita tak akan ada habisnya,"tapi aku suka kamu ya gak ada alasan sil. Itu murni perasaan aku"
"Iya, tapi kan ada alasannya. Murni perasaan kamu, tapi kan ada alasan gitu"
"Gak tau, lupa juga",Rasya menjawab acuh tak acuh.
"Tanggapan kamu gimana soal masalah Arin sama Yola?",tanya Risha serius.
"Gak ada sih. Kita gak bisa salahin satu pihak disini, karena yang memperkeruh suasana adalah orang dari luar, sih Ghea"
"Gue yakin Yola gak gitu orangnya, apalagi sampe ada rencana mau rebut Kenan. Kekanakan banget. Ini cuma salah paham, gue yakin Yola bisa ngatasin ini",lanjut Rasya.
"Tapi sebenarnya, Arin juga bisa kita salahin. Karena perasaan siapa yang tau sih? Pas dia suka sama gue, gak ada kan yang nyalahin dia?. Entah, gue juga pusing mikirinnya. Secara dari dulu gue yang selalu ada buat mereka berdua"
Risha mengangguk-angguk, paham akan apa yang di bicarakan oleh Rasya,"gak usah di bahas dulu. Yolanya juga udah pulang, kita bahas lagi kalo udah balik",ucap Rasya lembut. Tak ingin membebankan kekasihnya itu, kemudian ia menepuk nepuk pelan kepala Risha.
"Maaf untuk semuanya ya"
"Kamu tau, ini keadaan. Aku gak ada maksud kasih kamu harapan dulu",ucap Rasya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Clarintha
JugendliteraturDia clarintha,gadis di balik sebuah topengnya. Tidak ada yang mengetahui jika ia rapuh,serapuh kaca. Ada sebuah alasan yang membuat clarintha hidup di balik topengnya. Ada juga alasan yang membuat dirinya benci dengan kembarannya sendiri. ...