(37) kembali

2.6K 136 4
                                    


Kamu pernah menghadirkan rasa, lalu pergi dengan meninggalkan sebuah luka

****

Matanya seakan menerawang jauh ke atas sana. Menembus dimensi-dimensi fikirannya, Kenan mencoba menghubungi Arin sejak kepulangannya ke rumah. Namun hanya ada suara operator yang mengatakan bahwa nomor Arin sedang tidak aktif.

Tidak hanya itu, akun sosial media Arin seperti Whats app  pun tidak aktif. Sepertinya di sengaja, cewek itu mungkin butuh ketenangan. Apalagi ini sudah masuk waktu liburan.

Kenan menghembuskan nafas berat. Lagi lagi ada sesuatu yang berhasil mengganjal fikirannya. Ia sudah benar-benar salah dengan perasaannya. Harusnya ia tak perlu mencintai seseorang sedalam ini. Tidak perlu menyayangi seseorang sedalam ini.

Dan lagi, Kenan hanya menjadi beban untuk Arin.

Kenan beranjak dari kamarnya ketika mendengar suara ricuh dari arah ruang keluarga. Ini sudah malam, apakah ada tamu yang berkunjung malam-malam begini?. Kenan melihat dari tangga, cowok itu membelalakkan matanya,"gue gak mimpi ini?"

Ia mengucek matanya, mencoba memfokuskan pandangan ke satu objek. Kenan menatap lurus objek tersebut, hingga yang di tatap menoleh seraya tersenyum,"beneran gak sih? Halu gue?",tanyanya pada diri sendiri.

"Ken sini, ada Arin ini",seruan Kiara menyadarkan lamunannya. Kenan ragu untuk melangkah, takut jika ia hanya berhalusinasi. Atau mimpi di tengah malam?.

"Ken lu sini napa, kayak orang bego lu",ucap Kevan.

Dinar, mama Kenan menatap tajam ke arah Kevan. Wanita paruh baya itu menggeleng-gelengkan kepalanya,"Ini temennya dateng malem malem kok gak di temenin. Sini dulu kamu Ken",ucap Dinar lembut.

Kenan melangkah cepat, sudah lain urusan jika sang mama berceloteh panjang menceramahinya disini,"lo? Kok kesini?", Kenan menunjuk Arin.

"Ada yang mau di omongin",balas Arin seraya menundukkan kepala. Kenan menatap satu persatu orang yang masih ada di sekitarnya. Mengisyaratkan kepada mereka untuk meninggalkan mereka berdua. Mereka yang mengerti pun langsung meninggalkan Arin dan Kenan. Termasuk Dinar, sang mama.

"Kenapa gak minta jemput gue? Ini udah malem rin", Kenan meraih tangan Arin agar duduk di sofa. Bibirnya tersenyum tipis melihat Arin yang tampak sedikit takut.

"Ke belakang aja ayo, disini nanti ada yang denger. Ada yang mau di omongin kan?",tanya Kenan meyakinkan.

Arin mengangguk kemudian mengikuti pergerakan Kenan yang sudah lebih dulu berjalan di depannya. Kegelisahan melanda Arin jika ia tak menyelesaikannya malam ini. Walaupun ia sadar jika ini sudah malam dan tak wajar jika mengunjungi rumah lelaki di malam seperti ini.

Waktu sudah menunjukkan hampir pukul sebelas malam. Dan untungnya Kenan belum tidur,"sini duduk rin",Kenan menepuk-nepuk tempat kosong di sebelahnya. Cowok itu tampak keren dengan kaos oblong dan celana pendek hitam yang ia pakai. Arin terpesona.

Arin segera duduk, ia memberanikan diri menatap mata elang milik Kenan. Tatapan sendu milik Kenan seakan menggambarkan suasana hati cowok itu saat ini,"maaf",ucap Arin lirih.

Hanya dengan mengucapkan kata itu membuat dadanya sesak. Arin menarik nafas dalam dalam, ia sudah mulai ingin menangis.

"Gue sadar gue kalah. Gue suka sama lo Kenan"

ClarinthaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang