Meli

40 5 1
                                    

Setelah selesai kuliah aku pergi ke sebuah cafe di tengah kota untuk bertemu Meli, sahabatku sejak SMA. Sudah lama kami tidak berjumpa, saat ini ia sudah menikah dan memiliki bayi berusia 6 bulan yang sangat lucu. Calya nama bayinya. Memang diusia ku sekarang sudah banyak teman-teman SMA ku yang menikah dan punya anak. Aku merinding ketika membayangkan akan menikah dengan siapa nantinya, lelaki pilihan ayah.

Meli sudah berada di cafe saat aku datang. Ku raih Calya dari gendongan Meli dan memangkunya, ia tampak nyaman ku pangku. Aku menyayanginya seperti keponakanku sendiri. Ku ceritakan apa yang terjadi di akhir pekan kemarin, tentang Andra.

"Serius yang di sosmed itu kamu beneran? Sempat heboh lho Ya!" ujarnya tak percaya.

"Tapi aku tidak mau melanjutkan Mel, terlalu gila. Dunianya tidak dapat ku pahami" jawabku.

"Eh tapi jarang-jarang kamu bercerita tentang lelaki yang dijodohkan denganmu Ya. Apa yang satu ini spesial?" tanyanya usil.

"Tidak spesial, hanya berbeda saja dari laki-laki lain yang dikenalkan ayahku" jawabku lirih.

"Mel, sudah lama kamu tidak berkencan. Tidak kah kau berpikir untuk mulai mencari pendamping? Untuk membuatkan Calya sepupu" katanya sambil cekikikan.

"Mel sejak kapan kamu seperti ayahku? Sering menanyakan hal yang sama" jawabku.

"Serius Ya, kamu sudah tidak berkencan lagi sejak Jevin" katanya lirih.

Aku menarik nafas panjang dan tersenyum kemudian memesan menu. Sejenak kami mengalihkan topik sambil sesekali bercanda dengan Calya. 

"Eh iya Ya aku baru ingat. Ngomong-ngomong soal Jevin, dia udah balik lho dari Singapura" kata Meli sambil melahap Cordon Bleu nya. Aku tersedak ice chocolate ku.

"Kok kamu tau Mel?" tanyaku disela-sela batukku.

"Iya dia update di sosmed nya, kebetulan muncul di explore sosmedku. Kamu tidak tau dia punya sosmed?" tanyanya. Aku menggeleng, sudah lama aku tidak berkomunikasi dengan Jevin.

Jevin seperti luka yang sudah lama tertutup, mendengarnya kembali membuat luka tersebut sedikit terbuka. Aku bingung, haruskah aku mencarinya? Hubungan kami tidak benar-benar berakhir waktu itu. Aku pernah mencari kontaknya ke teman-teman terdekatnya tapi tak ada satu pun yang tahu. Jevin seperti memutus kontak dengan semua temannya. Aku tidak berani menanyakan nomor Jevin yang baru pada orangtua Jevin, aku terlalu malu untuk menemui mereka. Karena aku lah Jevin jadi pergi ke luar negeri. Akhirnya ku relakan Jevin tapi sejak saat itu juga aku tidak pernah jatuh cinta lagi.

"Tidak apa-apa Ya kalau kau ingin menemuinya, selesaikan apa yang masih mengganjal diantara kalian" Meli seakan menjawab pikiranku.

"Apa yang akan ku katakan saat aku bertemu dengannya? Kami sudah lama tidak berkomunikasi, sudah 8 tahun lebih" ujarku lirih.

"Kalian akan menemukan topik dengan sendirinya. Tak apa, pergi temui dia. Akan ku kirimkan username sosmed nya padamu. Terserah kau ingin menghubunginya atau tidak" kata Meli sambil menyentuh lembut tanganku.

"Aku akan memikirkannya" jawabku sambil tersenyum tipis.

"Sudah lama kita tidak berlibur bersama, bagaimana kalau kita berlibur? Hanya kau dan aku. Tidak usah lama, hanya weekend gateway saja. Calya bisa bersama papanya" Meli menawarkan ide.

"Ide yang bagus! Bagaimana bila kita ke Bali? Sedikit berwisata dan belanja" jawabku bersemangat.

"Kalau belanja bukan di Bali, sayang. Kita ke Singapura" ujarnya sambil tersenyum lebar.

"Aku jadi teringat saat aku kabur liburan ke Singapura saat SMA dulu" jawabku sambil cekikikan.

Aku memesan tiket pesawat secara online untuk kami berdua. Kami akan berangkat akhir minggu ini. Setelah bekerja keras dan kuliah, ditambah hal gila yang baru saja terjadi aku membutuhkan liburan ini.

Cerita AyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang