On The Set

36 3 0
                                    

Supir Andra telah menunggu di lobby. Setelah menyapa pak Bambang kami masuk ke dalam Mercedes-Benz Sprinter milik Andra.

Aku mengenakan jumpsuit denim dengan dalaman blouse putih model sabrina. Ku gerai rambutku begitu saja. Ku kenakan sepatu Versache berwarna putih. Ku sampirkan tas selempang Jill Stuart's bewarna hitam.

Andra mengganti bajunya dengan setelan yang sudah disiapkan di bagian belakang van. Celana hitam dipadukan dengan jas abu-abu dan kaos warna hitam.

Setelah siap van pun melaju ke tempat lokasi syuting. Aku menyematkan tanda pengenal sebagai asisten pribadi Andra. Wina melambai padaku saat ia tengah dirias. Aku balas tersenyum padanya. Aku menemukan tempat duduk untukku. Andra mengenalkan aku pada rekan-rekannya di lokasi syuting. Tak sedikit yang menggodaku dan Andra, aku senantiasa menyangkalnya namun tidak demikian dengan Andra, ia tampak menikmatinya.

Aku menemukan spot yang tepat untuk duduk. Jauh dari hiruk pikuk kegiatan di lokasi namun tetap bisa melihat ke set tempat adegan terakhir diambil. Andra tengah bersiap melakukan pengambilan gambarnya, ia menerima arahan sambil sesekali hair stylist membetulkan tata rambutnya.

Clapperboard diarahkan kedepan kamera dan dibunyikan kemudian sang sutradara berteriak action. Pengambilan gambar sedang dimulai.

Andra menatap mata Wina lekat-lekat kemudian mengatakan dialognya yang kemudian dibalas oleh Wina. Setelah beberapa dialog Andra mengambil satu langkah kedepan kemudian mengecup bibir Wina menandakan akhir yang bahagia bagi mereka berdua. Adegan ciuman tersebut sempat diulang beberapa kali, aku tidak begitu memperhatikan sisa adegannya karena rasanya sedikit tidak nyaman melihat orang bermesraan di depan umum.

Sutradara berteriak "It's a wrap" dan semua pemeran dan crew bersorai-sorai. Selanjutnya adalah sesi foto bersama, aku memfotokan Andra dan rekannya beberapa kali. Andra berfoto dengan Wina, ia meletakkan tangannya di pinggang Wina, tampak mesra.

Sebagai farewell dan rasa terima kasih Andra mentraktir seluruh pemeran dan crew ke sebuah restoran. Saat telah selesai makan semua orang berbincang. Wina menghampiriku.

"Jadi sudah sejauh mana hubunganmu dengan Andra?" tanyanya sambil memandang Andra yang sedang berbincang dengan pemeran lain di ujung meja.

"Tidak jauh, tidak ada apa-apa" kataku lalu menyesap ice chocolate ku.

"Aku pernah menjadi teman, sahabat, pacar, istri, dan mantan istrinya. Aku hafal betul gerak-geriknya. Ia tertarik padamu dan sebentar lagi kau akan tertarik padanya" katanya sambil tersenyum jahil.

"Tidak terima kasih ia ku anggap abangku saja. Ngomong-ngomong mengapa anda bisa sesantai ini membicarakan topik ini?" tanyaku sambil melirik Wina.

"Aku dan Andra memang selalu begitu, kami selalu santai dan terbuka. Apabila kamu mau bertanya alasan kami bercerai aku tidak akan menjawabnya karena aku tidak ingin mengingatnya tapi apabila kamu bertanya apakah aku masih mencitainya mungkin akan ku jawab iya, tetapi kami tidak akan pernah bersatu lagi" jelasnya, ada sedikit luka di dalam kata-kata dan nadanya.

"Kenapa?" tanyaku penasaran.

"Apabila Andra menceritakan alasannya maka hampir 100% dapat dipastikan ia menyukaimu sehingga ia beranggapan kamu layak untuk mengetahui kebenarannya, karena baik aku maupun Andra sepakat merahasiakannya dari publik, hanya orangtua Andra yang tahu" jawabnya sambil menyesap cocktail nya.

"Apakah orangtua anda tidak tahu?" tanyaku heran karena ia hanya menyebutkan orangtua Andra.

"Kamu memang jarang membaca tabloid ya, bagus lah. Banyak membaca berita gosip memang tidak bagus" katanya tersenyum. Beberapa crew mengajaknya berfoto bersama sehingga ia meninggalkanku.

Andra berjalan kearahku dan duduk disebelahku. Ia tersenyum padaku lalu menegak sisa ice americano nya. Wajahnya sudah tidak pucat lagi, apa mungkin karena masih tersisa sedikit makeup diwajahnya sehingga ia tidak terlihat pucat.

"Sudah selesai makannya? Kita harus mampir ke mall untuk membeli perlengkapan bayi lalu pergi ke RS" tanyanya padaku. Aku mengangguk, aku sedikit kagum karena Andra memilih dan membeli sendiri secara pribadi hadiah untuk orang kepercayaannya. Hal ini tentu akan membuat orang  tersebut merasa lebih di hargai. Ia tahu bagaimana caranya menjadi pemimpin yang baik dan menghargai karyawannya.

Cerita AyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang