Undangan

40 4 0
                                    

Minggu depan adalah ulang tahun ayah ke 55. Sudah menjadi tradisi akan diadakan pesta perayaan eksklusif untuk kolega dan relasi penting ayah, beberapa undangan bahkan harus diantarkan secara pribadi karena orang yang diundang sangatlah penting dan itu menjadi tugasku sebagai putri tunggal ayah. Tugas ini telah ku lakukan sejak usiaku menginjak 17 tahun.

"Undangan selanjutnya tertuju untuk pak Erik Sutjiptanegara, namun karena beliau sedang perjalanan bisnis ke Korea maka undangan akan kita antarkan pada putranya, tuan Gallendra" ujar pak Budi, sekretaris kepercayaan ayah. Seharian ini kami berkeliling untuk mengantarkan undangan ke beberapa relasi VIP ayah.

"Bukankah Andra tinggal di ibu kota pak?" tanyaku.

"Iya, nona Aya akan mengantarkan undangan tersebut kesana. Saya sudah pesankan tiket pesawat nanti malam pukul 19.00" jawab pak Budi.

"Bukankah keluarga pak Erik bukan termasuk list VVIP yang harus diantar undangannya walaupun diluar kota?" tanyaku heran.

"Pak Erik sudah masuk dalam list itu sekarang" jawab pak Budi sambil tersenyum.

Sudah sekitar 2 bulan sejak pertemuan kami di Singapura. Kami belum sempat bertemu dan hanya sesekali berkontak via ponsel akibat kesibukan kami masing-masing yang selalu berakhir dengan tidak ku tanggapi.

Pak Budi mengatakan undangan VIP yang diantar untuk hari ini sudah selesai. Aku diantar pulang untuk beristirahat dan bersiap pergi ke ibu kota malam nanti.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Pesawat mendarat di ibu kota tepat pada pukul 20.20. Aku menunggu orang yang ayah utus dari kantor  untuk menjemputku. Harusnya sesuai protokol aku baru akan mengantar undangan besok pagi karena sudah agak larut, namun ku putuskan akan ku antar malam ini sehingga besok pagi aku dapat kembali pulang, toh aku juga mengenal Andra.

Mobil jemputanku datang, aku memiliki alamat kediaman Andra tapi aku tidak yakin apakah dia di rumah. Andra tidak mengangkat telponku, mungkin ia sedang bekerja. Ku hubungi pak Budi agar beliau mencari tau keberadaan Andra lewat personal assistant nya. Andra sedang syuting untuk film terbarunya, aku sudah mendapatkan alamat lokasi syutingnya.

Karena sedikit mengantuk dan lelah aku mampir ke cafe untuk membeli ice chocolate. Karena teringat Andra yang pernah membelikanku makanan dan minuman maka ku pesankan caramel macchiato untuk Andra.

Tidak sembarang orang diperbolehkan masuk ke set lokasi syuting oleh karena itu aku menunggunya di teras rumah yang menjadi set film tersebut.

Jam menunjukkan pukul 22.30 dan tidak ada tanda-tanda Andra akan keluar. Ku kirim pesan singkat padanya namun tak kunjung dibalas, menandakan pengambilan gambar sedang berlangsung.

Personal Assistant Andra keluar dari set dan menghampiriku. Ipang namanya, ia memohon maaf karena Andra masih syuting dan belum bisa ditemui. Aku berpesan akan menunggunya karena besok pagi aku harus kembali pulang. Ku titipkan pula caramel macchiato untuk Andra.

Sebenarnya ingin sekalian ku titipkan undangan dan hampers ke Ipang namun bila ayah tau aku tidak mengantarkannya secara pribadi ayah pasti marah besar. 45 menit berlalu, Ipang keluar dari set setengah berlari.

"Maaf nona Aya, Andra baru bisa keluar sekitar 1 jam lagi. Andra menginstruksikan nona untuk beristirahat di mobil milik Andra. Supir nona Aya bisa dipersilahkan pulang karena nanti Andra yang akan mengantar nona" jelasnya.

"Tidak usah, aku akan kembali besok pagi-pagi sekali untuk mengantar undangannya... " belum selesai aku berbicara Ipang sudah berbicara.

"Andra tau nona akan berkata begitu. Ia bilang nona tidak boleh egois dengan membiarkan supir nona bekerja hingga larut malam dan Andra tidak akan mungkin bangun sepagi itu setelah syuting hingga larut malam" kata Ipang sambil tersenyum.

Cerita AyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang