"Kapan kita ngelaksanain rencana itu tante?"
"Nanti. Disaat yang tepat."
"Apa maksud tante disaat yang tepat? Ini adalah saat yang tepat tante. Kasian mereka berdua. Saling mencintai tapi sama - sama terluka. Apa tante ga sayang sama anak tante?"
"Zahra, sabar. Nanti, ada saat yang tepat. Tante ga akan biarin anak yang nyakitin anak tante lepas gitu aja. Tante akan buat dia beribu jauh lebih sakit. Tapi nanti."
"Kapan tante? Apa tante ga liat mereka berdua terluka?"
"Nanti, saat Alana merasa berada di puncak kemenangannya. Kita bawa ia langsung kebawah. Terjun bebas ke tanah yang keras. Jatuh terpuruk, sama seperti Alice."
"Lalu, apa yang sekarang akan kita lakuin?"
"Kita menunggu. Dan melihat, apa cinta Aidan dan Alice kuat. Tante yakin, mereka akan melewati ini semua."
* * *
Kalian mau tau apa yang ingin kulakukan saat ini? Aku ingin kabur dan pergi sejauh - jauhnya dari sini. Dari hadapan Ando. Bukan karna takut tapi karena ngeliat wajah mantan yang brengsek bawaannya cuman mau ninju mukanya. Dan aku gamau itu terjadi.
Harusnya tadi aku ga turun dari kelas.
Tapi daripada denegrin ocehan Anna soal pasangan yang ia bawa dan buat aku sakit hati nginget gaada pasangan, lebih baik aku turun kan?
Huh, menyebalkan.
"Perasaan kamu dulu selalu bilang sama aku kalau kamu benci banget pake kacamata itu."
Aku hanya mendengus saat mendengar suara Ando disebelahku.
Idih, ngapain sih ini anak? Ganggu deh. Gatau apa moodku lagi buruk gara - gara patah hati? Dia mau aku jadiin samsak apa?
"Apa aku harus manggil kamu Al lagi? Kayak dulu?"
Aku memutar kedua bola mataku malas. Dan menatapnya jengah. "Apaansih. Udah pergi sana."
Ando tersenyum miring. "Kenapa? Takut banget ngeliat aku?"
Aku tertawa sinis. "Bukan takut. Tapi kalo ngeliat muka situ bawaannya mau nonjok."
Ando terkekeh pelan. "Al ku udah balik."
"Emak lu Al-ku. Lo bukan siapa - siapa gue. Ngerti?"
Ando mengeluarkan senyuman termanisnya yang menurutku menjijikan. Like, iuhhh? "Kamu bakal jadi siapa - siapa aku nanti. Kamu harus tau, aku bakal nyatain perasaanku saat-"
"Kata siapa Alice punya lo? Dia cuman punya gue."
Suara dingin yang amat sangat ku kenal membuatku menoleh kaget. Aidan?
Oh my god .... i miss him so much. Like, really much.
Ando terkekeh pelan. "Lucu lo Dan. Udah jelas cewek lo itu Alana."
"Bukan. Dia bukan." geram Aidan.
Jujur, aku kaget. 40 persen senang. 60 persen lagi sedih. Karena aku tau aku hanya dipermainkan. Dan itu juga membuat kesal.
"Apaan sih Dan?!" ucapku ketus.
"Diam, Alice." bantah Aidan cepat.
Setelah dia membuat hatiku sakit , ia masih bisa menyuruhku untuk terdiam? Dia pikir siapa dia? Mempermainkan ku semudah itu? Aku memang merindukannya, tapi tidak berarti aku terima aku dipermainkan oleh dirinya.
"Kalo gitu, bisa lo jelasin siapa Alana didepan gue? Jelasin siapa Alana yang sering ngerangkul elo, meluk elo, terus-"
Ucapan Ando langsung dipotong oleh umpatan Aidan. "SIALAN!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Contrary Rear
RomanceAlicia Deandra Bradley dan Dylan Alaska Bradley , dua bersaudara yang saling bertolak belakang. Mereka berbeda , bahkan sifat mereka sangat bertolak belakang , walau kadang mereka bisa menjadi kompak seperti saudara kembar. Dan bagaimana dengan kehi...