Contrary Rear - 22

8.9K 494 17
                                    

Kalian mau tau apa yang ada si benakku sekarang?

Mungkin jawabannya tidak. Tapi aku akan dengan senang hati menjelaskan apa yang aku pikirkan meskipun jawaban kalian adalah tidak.

Sedari tadi aku memikirkan cara terbaik untuk minta maaf pada Aidan. Ya, jujur aku merasa bersalah karena tidak mau mempercayai Aidan. Harusnya aku tau kalau penyebab masalah ini Alana. Bukan Aidan.

Dan sekarang aku merasa gelisah. Aku ingin sekali meminta maaf pada Aidan. Tapi berbagai pertanyaan berputar - putar di kepalaku.

Maukah Aidan memaafkanku? Apa ia masih mau memaafkan ku? Mengingat aku sudah memojokkan dia, menggunakan kata - kata tajam dan memandangnya sinis, menangis dan membuat setiap orang yang mendengar ceritaku akan menyalahkannya dan berpikir kalau kesalahannya hanya ada pada Aidan. Dan aku terlihat seperti korban yang tersakiti teramat - sangat.

Dan nanti, kalau aku meminta maaf, lalu apa yang akan terjadi? Bagaimana hubungan kami berdua yang tidak jelas keberadaannya? Apa yang akan terjadi padaku? Pada kami berdua?

Astaga aku pusing. Rasanya aku ingin memohon pada Tuhan untuk memutar balikkan waktu dan memperbaiki kesalahan ku saat itu.

Seandainya saja waktu bisa terulang..

Aku rasa aku butuh bantuan seseorang. Tidak, aku rasa Zahra bukan orang yang tepat. Tapi Anna. Ya, kurasa dia orang yang tepat.

Segera saja kuambil handphoneku yang terletak di atas tempat tidurku. Kutekan nomor Anna dan menghubunginya. Dan tak lama terdengar suara Anna menyapa dari ujung sana.

"Halo?"

"Anna! Gue butuh saran dari lo."

Anna terkekeh pelan dari ujung sana. "Si nona galau minta saran? Wah ada berita apa nih? Seinget gue lo biasanya langsung ngelakuin sesuatu yang ada di pikiran lo tanpa minta pendapat orang lain dan akhirnya menyesal karena itu adalah hal yang salah."

Sialan. Udah dikatain nona galau, masih aja dihina dengan ucapannya itu. Aku mendengus pelan. "Jangan ngina deh. Gue serius nih."

"Yaudah ada apa babe?"

Aku segera menceritakan apa yang ada di pikiran ku sedari tadi. Aku juga menceritakan ketakutan ya ada di otakku seperti 'Mau ga dia maafin aku?' Dan tepat seperti yang aku duga, tak perlu waktu lama, Anna segera mengatakan apa yang ada di pikirannya setelah mendengar ceritaku.

"Gue pikir lo perlu waktu yang lama buat mikirin semua pengakuan mama lo dan Zahra terus ambil keputusan. Gatau nya cepet juga ya."

Aku menggeram pelan. "Udah deh. Menurut lo gimana?"

"Kalau menurut gue, tindakan lo buat minta maaf itu emang bener. Karena nyatanya disini kesalahannya bukan seratus persen ada di Aidan tapi setengah kesalahan ada di elo. Aidan emang salah, tapi lo juga."

"Gue tau." jawabku lirih.

Anna kembali melanjutkan. "Aidan salah karena dia mau aja nurutin kemauan Alana. Tapi itu dia lakuin buat elo. Nah elo salah karena setelah Aidan sadar yang dia lakuin itu bego -sangat bego, dan dia mau jelasin semua, elo malah nyalahin dia atas semua ini dan gamau denger penjelasan dia sama sekali."

"So?"

"You should apologize to him. Oh not, that's a must kay?"

Aku mengangguk kecil tanpa kusadari. "Yap. Dan sekarang, gue mau nanya, menurut lo cara minta maaf terbaik gimana? Gue gamau terkesan lebay, tapi gue mau semua tau kalau Aidan ga sepenuhnya salah. Gue mau semua orang yang mandang Aidan seakan kesalahannya berada Aidan tau, kalau gue juga salah bukan hanya Aidan."

Contrary RearTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang