Aku tersenyum lebar saat melihat Kak Alice dan Bang Aidan berciuman diatas panggung. Ah aku senang melihat mereka telah berbaikan dan menurut pendengaranku yang kuyakinkan pasti benar, Kak Alice sudah resmi jadi pacar Bang Aidan. Sungguh, rasanya kerja keras ku bersama tante Adel terbayar ketika melihat mereka bersatu. Entahlah ada kesenangan tersendiri saat melihat dua orang yang sebenarnya saling mencintai namun terpisah karena suatu masalah akhirnya kembali bersatu dan aku memiliki andil dibalik bersatunya mereka.
Dan ngomong - ngomong soal mereka, aku yakin setelah ini Kak Alice tidak akan mampu menampakkan mukanya lagi dihadapan teman - temannya tanpa merasa malu. Dicium dihadapan banyak orang? Sumpah itu memalukan. Oke mungkin ada beberapa dari kalian yang menganggap ga sememalukan itu tapi tetap saja. Apalagi disaksikan begitu banyak murid termasuk guru. Kalau aku ada di posisi Kak Alice mungkin aku yakin aku tidak akan mau menampakkan mukaku di sekolah lagi.
Tapi kalau dipikir - pikir, mereka berdua kan urat malunya sudah putus. Ya mungkin Kak Alice masih ada sedikit merasa malu tapi aku yakin Bang Aidan tidak. Tapi jujur, menurut aku mereka sebenarnya terlihat romantis. Sangat romantis malah. Dan aku lebih senang melihat mereka yang seperti ini.
Aku kembali menatap ke arah panggung dan kulihat kini Kak Alice sudah tidak berciuman lagi dan kulihat wajahnya memerah seperti kepiting rebus. Tapi tidak dengan Bang Aidan. Wajahnya malah terlihat biasa - biasa saja. Malahan sekarang dia terkekeh geli karena melihat merahnya wajah Kak Alice. Dan tentu saja Kak Alice mendaratkan pukulan sebalnya ke lengan Bang Aidan.
Aku terkekeh geli melihat mereka. Bahkan sampai mereka turun dari panggung aku masih terkekeh geli. Pasangan itu begitu lucu. Namun mereka sangat serasi.
Aku merasakan ada sepasang tangan yang melingkari pinggangku dan memelukku dari belakang. Aku tersenyum kecil karena aku tau siapa yang memelukku. Siapa lagi kalau bukan pacar tersayangku, Dylan? Tentu saja aku mengetahuinya tanpa harus menoleh dan melihatnya. Aku sudah tau hanya dari mencium wanginya. Wanginya yang selalu membuatku tenang serta pelukannya yang selalu terasa hangat dan membuatku merasa seperti dirumah. Merasa terlindungi.
"Daritadi pacarku senyum - senyum aja nih. Mikirin apa hayo?"
Aku tersenyum kecil mendengar ucapan Dylan. "Menurut aku sih kamu lagi mikirin aku. Soalnya seinget aku, kamu gampang senyum begitu hanya karena aku."
Aku terkekeh kecil. Kutolehkan kepalaku kearah kanan dan melihat wajah Dylan yang bisa dikatakan dekat dengan ku. "Yakin banget kamu. Aku ga mikirin kamu tau."
"Masa?" tanyanya yang langsung kuanggguki. "Aku lagi mikirin cowo lain sih." ucapku untuk menggodanya. Kulihat wajah Dylan langsung berubah menjadi kesal. Dan terlihat cemburu. Jujur aku ingin tertawa, melihat wajahnya yang cemburu ini. Sangat menggemaskan.
"Siapa?"
Aku tersenyum menggoda dan menaikkan alisku. "Siapa ya?"
Kurasakan pelukannya yang lebih kencang dan erat. "Aku serius, Zahra. Siapa cowo lain yang bisa bikin kamu senyum - senyum kayak gini?"
"Cemburuan banget sih kamu. Aku lagi mikirin Bang Aidan kok. Lucu ya cerita cinta dia sama Kak Alice." ucapku lalu melepaskan pelukannya dan membalikkan badanku agar bisa menghadap ke arahnya. Kulihat Dylan menghembuskan napas lega. "Ya aku pikir ada cowo lain gitu."
Aku terkekeh pelan. "Bukannya kamu tau kalau dalam kehidupanku hanya akan ada kamu didalamnya?"
Dylan tertawa lalu mencubit pipiku gemas dan tentu saja itu membuatku meringis. "Sejak kapan pacarku ini bisa ngegombal?" katanya dengan nada gemas. Aku mendengus kesal mendengar ucapanya dan mencubitnya pelan. "Sakit tau! Kamu pikir enak apa dicubit - cubit gitu?" Dylan sendiri hanya terkekeh pelan. "Lagian kamu tuh ngegemesin banget."
KAMU SEDANG MEMBACA
Contrary Rear
RomanceAlicia Deandra Bradley dan Dylan Alaska Bradley , dua bersaudara yang saling bertolak belakang. Mereka berbeda , bahkan sifat mereka sangat bertolak belakang , walau kadang mereka bisa menjadi kompak seperti saudara kembar. Dan bagaimana dengan kehi...