Guella menatap layar ponselnya ragu. Tumben sekali ayahnya mengirimnya pesan. Dahi Guella mengerut bingung. Sudah lama sekali rasanya. Saat ayah dan ibunya memaksa untuk melanjutkan kuliahnya di Bandung, Guella malah memilih mengambil beasiswa yang ia dapatkan di Jakarta. Dan saat itu juga ia tidak pernah berkomunikasi lagi dengan keluarganya. Dan ia bersyukur karena beasiswa yang ia dapat, ia tidak terlalu memikirkan biaya kuliah dan uang bulanannya karena semua sudah di tanggung oleh pihak kampus.
Tapi tetap saja, mereka orang tuanya. Mereka yang membesarkannya, membiayainya hingga lulus sekolah. Guella langsung membalas pesan yang ayahnya kirimkan itu.
Ayah : Guella dimana?
Anda : Di rumah.
Ayah : Ayah sedang berada di Jakarta, Ibu dan Kara juga. Kami akan menghadiri acara kelulusan Kalista. Ayah ingin kau datang.
Guella tersenyum sinis, untuk apa ia kesana?
Anda : Memangnya kenapa?
Ayah : Tentu saja untuk menghadiri acara kelulusan Kalista. Kita juga akan melakukan sesi foto keluarga.
Apakah posisi Guella sepenting itu sampai di ikut sertakan dalam foto keluarga. Guella benar-benar bingung, siapa dia sampai di undang untuk datang. Dia hanyalah orang asing yang secara kebetulan berbagi DNA dengan mereka.
Anda : Kapan?
Ayah : Besok.
Besok, hari jumat. Tidak ada jadwal apapun besok, apakah ia harus datang?
Guella membaringkan tubuhnya keatas kasur miliknya. Kepalanya sedikit pusing, tadi ia menghabiskan waktu siang hingga sore di perpustakaan kampus bersama kedua sahabatnya untuk mengerjakan tugas kelompok mereka. Ia memejamkan matanya, mencoba untuk mencari posisi nyaman dan Guella mulai memasuki alam mimpinya.
--
Udara masih sangat segar. Ini masih terlalu pagi hanya untuk berjalan mencari makanan. Tapi Guella sudah lapar, semalam ia langsung tidur setelah membalas pesan ayahnya itu. ia sampai lupa untuk mengisi perutnya dulu. Makanan di rumah sudah habis. Tidak ada sesuatu yang bisa di masak, dan semua teman-temannya masih tidur. Akhirnya Guella memutuskan keluar untuk mencari sesuatu yang bisa mengganjal perutnya yang lapar. Mungkin juga sekalian berjalan pagi dengan udara yang masih sangat bersih.
Guella melangkah keluar dari indekosnya. Soal pesan yang ayahnya kirimkan, Guella sudah memutuskan untuk tidak menghadiri acara itu. Perasaannya sangat tidak enak. Lagi pula ia ingin lepas dengan orang tuanya, jadi ia memilih untuk tidak datang.
Tapi seperti keberuntungan tidak berpihak padanya. Tepat saat langkahnya keluar dari halaman, empat orang pria berseragam langsung berdiri di hadapan Guella. Tentu Guella mengenal mereka, orang suruhan ayahnya.
Guella melirik kiri dan kanannya, mencari cela untuk kabur. Ingin masuk kembali tapi sepertinya itu bukan ide yang bagus.
Seperti sudah membaca gerak gerik Guella, dua dari empat orang tersebut langsung menyeretnya masuk kedalam mobil. Memberontak pun tetap tak berhasil. Orang-orang seakan tuli saat ia berteriak. Tuhan seakan sudah mengatur semuanya, membuat lingkungan tempat tinggalnya sepi saat ia di bawa paksa.
--
Guella hanya diam saat dirinya di rias sedemikian rupa. Entah untuk apakah hal ini dilakukan. Guella terlalu lelah untuk bertanya, semua energinya terkuras habis saat dirinya di bawa paksa ke tempat ini. Apalagi dengan kondisi perutnya yang kosong membuat Guella jadi lemas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Solitary ✔
RomanceGuella harus menerima apapun yang orang tuanya katakan, walau dengan menjodohkannya sekalipun. Ia sudah pernah lari dari perintah orang tuanya sekali, dan sepertinya melakukan hal yang sama untuk kedua kali bukanlah hal yang baik. Apalagi jika ancam...