Bagian 6

2.3K 142 2
                                    

Cahaya matahari menerobos masuk melalui sela-sela kecil gorden. Guella yang memang sudah terbiasa bangun pagi, kali ini merasa aneh. Tumben sekali ia bangun saat matahari sudah muncul. Guella bergerak bangun, namun ia merasakan sesuatu yang berat tengah menindih kakinya. Guella mencoba menyingkirkan sesuatu itu tanpa ingin melihatnya, lagi pula ia sangat kesulitan bergerak karena benda itu tak mau berpindah.

Saat hampir sedikit lagi sesuatu itu berhasil Guella singkirkan, kini ada sesuatu lainnya juga yang menindih perutnya. Jeritan kecil lolos dari mulutnya, astaga! Tangan siapa ini? Guella mencoba sebisa mungkin untuk tenang, dengan pelan ia menengok ke samping kirinya. Dan benar saja, ada seseorang di sana. Hampir saja Guella berteriak nyaring jika ia tidak mengingat dimana ia sekarang. Guella langsung sadar kala ia tahu ini bukan kamar di indekosnya. Guella lupa bahwa ia telah menikah, dan pastinya tangan itu milik suaminya.

Guella mengehembuskan napas kasar, dengan cepat ia singkirkan tangan itu dari perutnya. Guella juga baru sadar jika sesuatu yang menindih kakinya itu adalah kaki Abi. Astaga, apakah Abi baru menganggapnya sebuah bantal guling? Dan sejak kapan ia pindah ke kasur, bukannya semalam ia tidur di sofa? Apakah Abi yang menggendongnya? Guella menggeleng cepat, tidak mungkin. Mungkin Guella pindah sendiri dalam keadaan tidak sadar, ya mungkin saja.

Tanpa perlu mimikirnya lebih lanjut, Guella langsung saja masuk kedalam kamar mandi. Ia harus bersiap-siap.

Setelah selesai dengan rutinitas paginya, Guella langsung keluar dan menuju kedapur. Disana semua orang tengah sibuk menyiapkan sarapan pagi. Guella yang baru tiba tadi malam sungguh tidak menyadari jika pelayan di rumah ini sangat banyak. Tidak, tidak terlalu banyak. Hanya saja, lebih dari tiga dan menurut Guella apapun yang lebih dari itu sudah di anggap banyak. Hanya ada sekitar lima orang dan mereka masih sangat sibuk sehingga tidak menyadari kedatangannya.

"Ehem!" Guella berdehem keras. Guella mencoba untuk mengalihakn perhatian mereka. Dan benar saja, mereka semua langsung menoleh padanya. Mata mereka langsung melebar kala menatapnya dan menunduk takut. Guella melirik kiri dan kanannya mungkin saja ada Mama Abi ataupun keluarganya yang lain, dan tidak ada. Hanya Guella sendiri, lalu kenapa mereka seperti ketakutan begitu?

"Maaf, Nyonya. Saya tidak segaja. Saya benar-benar tidak sengaja." Guella semakin di buat bingung kala seorang pelayan berucap dangan nada yang sangat memohon.

"Hah? Kalian kenapa?" tanya Guella, entah dia yang bodoh atau memang dia yang tidak tahu apapun.

Mereka langsung saling melirik sambil mendorong-dorong satu sama lain. Tidak ada yang mau membuka suara. Guella hanya mengangkat bahunya tidak perduli, lagi pula ini juga tidak ada hubungannya dengannya.

Guella mengalihkan pandangannya kearah jam raksasa yang menggantung di dinding ruang keluarga. Sangat besar sampai ia bisa melihatnya dari jarak jauh seperti ini.

"Jam berapa waktu sarapan di mulai?" tanya Guella lagi.

Melihat Guella yang tidak akan memarahi mereka, para pelayan itu langsung mengatakan bahwa sarapan akan dimulai setengah jam lagi. Guella mengangguk pelan, "Ada yang bisa aku bantu?"

Mereka saling melirik lagi, kemudian salah satu dari mereka menjawab cepat, "Tidak ada Nyonya, silakan duduk saja di sana."

"Benarkah? Tapi aku ingin membantu." Sebenarnya Guella tidak benar-benar ingin, ia hanya sudah terbiasa bekerja di indekosnya setiap pagi. Teman-temannya di indekos memang selalu membagi tugas untuk membersikahkan indekos mereka setiap pagi dan Guella akan selalu mendapat bagian mencuci piring, dan jika perlu ia juga membantu membuatkan sarapan. Hanya jika mereka benar-benar lelah saja kegiatan rutin pagi mereka tidak berjalan.

"Kau tidak perlu membantu apapun, Guella." Guella membalikan badannya dan mama Abi muncul di sana. Ia tersenyum lalu membawa Guella keluar dari dapur. Guella hanya mengikuti saja kemana ia akan di bawa.

Solitary ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang