Bagian 9

2.2K 141 3
                                    

Abi bangun lebih pagi dari biasanya. Dilihatnya ke samping, Guella masih nyenyak dengan tidurnya. Abi benar-benar merasa bersalah semalam. Ia juga tidak tau kalau Guella sangat merasa kalau bekerja bisa membuat Guella sebahagia itu. Abi bangun, lalu berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya.

Setelah selesai dengan aktifitasnya Abi keluar untuk mengenakan pakaiannya. Abi melihat sekeliling kamar, tidak ada Guella di sana. Mungkin Guella sudah turun lebih dulu.

Abi segera memakai pakaiannya, hanya kaos polos dengan jins pendek selutut. Hari ini Abi memutuskan untuk tidak masuk kantor. Abi harus meluangkan waktunya untuk menghapus kesalahannya itu. Abi tidak ingin Guella membencinya, tanpa saling membenci saja hubungan mereka sudah rumit apalagi jika Guella membencinya.

Abi hanya ingin berusaha agar pernikahan yang mereka jalani tidak akan kandas di tengah jalan, ya walaupun Abi masih sulit untuk menerima ini semua. Tapi juga harus bisa mengajak Guella agar mereka bisa berusaha bersama-sama menjalani pernikahan ini hingga akhir.

Abi keluar dan menuruni anak tangga untuk menuju ke ruang makan. Di ruang makan semua anggota keluarga sudah berkumpul disana.

"Mama Papa kapan datang?" tanya Abi, ia menarik kursi dan duduk tepat berhadapan dengan Guella.

Abi bertanya pada orang tuanya tapi matanya malah menatap segala aktivitas yang Guella lakukan. Guella yang memang tahu dirinya di perhatikan diam saja, toh dia masih marah pada orang di depannya itu.

"Mama dan Papa baru sampai tadi pagi." Papa menjawab pertanyaan Abi itu. sedangkan Mamanya malah senyum-senyum sendiri kala melihat Abi yang terus menatap kearah Guella

Abi hanya menganggukan pelan.

"Oh ya, Abi. Kau tidak bekerja?" tanya Lina heran. Tidak biasanya Abi bolos kerja begitu.

"Tidak, aku ingin dirumah hari ini. Aku juga ingin meluangkan waktu untuk keluarga, terutama istriku." Ucapan Abi itu sontak membuat Guella tersedak dengan makannya. Guella segera meneguk minuman yang Lina berikan. Guella hanya tersenyum pada Lina yang menatapnya kahwatir. Guella mengalihkan pandangannya pada Abi, apakah lelaki di depannya itu tidak lelah membuat Guella emosi terus.

"Kau baik-baik saja, sayang?" tanya Abi dengan wajah kahwatir. Guella yang mendengar itu sungguh malah bertambah emosi. Sedangkan mama dan papa Abi yang tidak melihat kemarahan Guella, hanya menatap mereka dengan senyum mengembang.

--

"Apa maksudmu? Apa kau gila?" Guella langsung membentak Abi begitu ia dan Abi sampai di kamar mereka.

"Tidak, aku masih waras." Guella bersumpah, jika ia tidak menyayangi Bu Lina sudah ia bunuh laki-laki di depannya ini.

"Kau ... Abi, apa maumu sebenarnya? Tidak puas kah kau membuatku di pecat? Kini apa lagi?"

Abi berjalan mendekati Guella, "Aku minta maaf."

Guella mundur perlahan, ia takut Abi akan melakukan hal lainnya. "Maaf?"

Abi memegang tangan Guella lembut, Guella di buat kaget karnanya. "Maaf telah membuatmu di pecat, aku benar-benar tidak tahu jika pekerjaan itu sangat berarti untukmu." Abi kembali mengeratkan genggamannya. "Aku hanya ingin kau dirumah, seperti istri pada umumnya yang akan menyambut suami saat pulang kerja."

Guella menggerutkan dahinya bingung, apa maksud laki-laki di depannya ini?

"Hah?"

"Aku ingin kita seperti suami-istri yang sebenarnya, aku ingin kau mau berjuang bersamaku untuk menerima pernikahan ini."

Tolong sadarkan Guella jika ia hanya berhalusinasi. Kenapa juga Abi melakukan itu, jika ingin menerima pernikahan ini ya sudah terima saja tidak perlu melakukan aksi pemecatan seperti itu. Lagi pula sudah lama Guella menerima pernikahan ini.

Solitary ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang