Abi berjalan memasuki rumahnya. Waktu sudah menunjukan pukul sebelas malam, orang rumah pasti sudah tidur semua. Salah satu pelayan membukakan pintu untuknya, Abi langsung bergegas masuk ke kamarnya untuk segera membersikan diri, kemudian beristirahat.
Dalam waktu yang kurang dari sepuluh menit Abi sudah siap dengan kaus polosnya dan celana pendek selutut untuk tidur. Abi memang lebih suka memakai kaus dari pada piyama yang menurutnya seperti perempuan.
Abi melirik ranjang yang sudah ada Guella disana. Abi mencoba mengabaikan wanita itu, ia ingin segera beristirahat sudah cukup lelah ia berada diluar seharian ini.Belum sempat matanya tertutup, Abi merasa kasur di sebeahnya bergerak. Abi meliriknya sekilas dan benar saja, Guella bangun dan keluar ke balkon. Abi terdiam sebentar. Bukanya ini waktu yang tepat untuk menanyakan apa yang terjadi dengan wanita itu?
Abi langsung bangkit dari tidurnya, tak lupa Abi mengunci pintu kamar mereka dan menyimpan kuncinya kemudian ikut keluar dan berdiri di samping Guella.Guella yang merasakan seseorang berdiri di sampingnya terkejut, ia pikir Abi sudah tidur. Guella merutuki dirinya yang sangat tidak berhati-hati. Seharusnya Guella memastikan terlebih dahulu.
“Kenapa? Memikirkan cara untuk melarikan diri lagi?” ucap Abi yang memang sangat jelas menyindirnya.
“Tidak, sejak kapan aku mencoba melarikan diri darimu?” Guella membalas acuh. Pandanganya kembali ia arahkan pada bintang yang sangat terang dilangit malam.
“Guella, sebenarnya ada apa dengan dirimu? Bukankah sebelumnya kita baik-baik saja? Lalu kenapa tiba-tiba kau menjauh?” Sungguh demi apapun Abi sangat bingung dengan wanita di depannya ini.
Karna tidak mendapatkan jawaban sama sekali, Abi langsung menarik bahu Guella agar menghadapnya.
Guela tersentak kaget, tetapi ia mencoba menertalkan detak jantungnya yang berdetak cepat karna kaget. Atau mungkin karna hal lain. Wajah Abi kini hanya beranjak beberapa senti di depannya. Guella tetap memasang wajah datar yang demi apapun sangat membuat darah Abi mendidih.“Guella, aku sedang bicara denganmu. Bisakah kau mendengarku sekali saja?” geram Abi tertahan.
“Aku mendengarmu.”
“Lalu kenapa kau tidak menjawabku?”
Guella kembali diam, dan itu membuat Abi lantas melepas tangan dari bahu Guella. “Guella, sebenarnya apa salahku? Kenapa kau bersikap seakan kau menjauhiku?”
Masih tidak ada jawaban. Abi mengembuskan napas pasrah.
“Baiklah, jika aku punya salah maafkan aku. Aku benar-benar minta maaf jika apa yang kulakuan secara tidak ku sadari menyakiti perasaanmu. Dan ku mohon jangan menjauh dariku, apa yang akan Mama dan Papaku pikirkan jika melihat kita tidak akur?”
Guella membuang mukanya ke samping, dia menarik napas panjang. Ya, hanya itu yang akan dan selalu Abi pikirkan, kedua orang tuanya. Abi tidak benar-benar menginginkannya, apa yang Abi katakan tentang menerima pernikahan ini hanya sekedar menyenangkan hati kedua orang tuanya, bukan karna keinginannya. Dan itu sungguh membuat hati Guella sakit, sungguh sakit.
Guella tidak menjawab dan memilih meninggalkan Abi di balkon. Jangankan menjawab, melihat Abi saja ia enggan. Guella takut jangan sampai air mata sialan ini keluar lagi di depan Abi.
Guella langsung berbaring dan menutup seluruh tubuh bahkan wajahnya dengan selimut. Guella kembali memikirkan apa yang akan terjadi selanjutnya. Sepertinya memilih untuk tetap bertahan adalah pilihan yang sangat sulit jika seperti ini keadaannya.
--
Ara melihat kearah sahabatnya itu dengan pandangan yang seakan ingin menguliti orang yang di tatap jika orang itu mengalihkan pandanga darinya sedetik saja.
“Ayolah, Ara. Apa kebohongan yang aku lakukan? aku tidak berani membohongimu jika yang aku dapat adalah tatapan mengerikan di sertai omelan panjang lebar dari mu.”
“Tea, aku tahu kalau kau mengetahui sesuatu tentang hubungan Guella dan manusia Dewa itu.”
“Mengetahui apa? Pernikahan mereka? tentu saja, kau juga mengetahuinya.” Tea menjawab pelan karna tidak nyaman dengan tatapan Ara yang seakan-akan bisa menewaskan nyamuk yang melintas di depannya.
“Aku tidak tahu kalau kau sungguh kejam membiarkan sahabatmu menderita sendirian.” Ucapan Ara itu sukses membuat tubuh Tea menegang.
Pikiran Tea mulai bercabang kemana-mana. Entah apa maksud dari perkataan Ara itu, Tea jadi berpikir tentang kejadian yang di lihatnya di restoran juga foto di instagram yang tak sengaja ia lihat. Jika benar apa dugaannya, ia yakin Ara pasti melihat mereka juga.
“Apa maksudmu?” tanya Tea mencoba tenang, pasalnya apa yang ia lihat belum tentu juga adalah sebuah kebenaran. Bisa saja ia salah orang.
“Sepertinya kau mengerti apa maksudku.” Senyum sinis terlukis tipis di bibir Ara. Dan itu sungguh membuat Tea ketakutan.
“Ya, kenapa kau menatapku dengan senyum menakutkan itu. jika benar apa yang kau maksud itu, tentu saja itu bukan salahku. Si manusia Dewa itu tidak berselingkuh denganku kan?”
“Iya, tapi kau menyembunyikannya dari aku dan Guella.”
“Aku tidak menyembunyikannya, Ara. Kau lupa, aku pernah mengajak kalian ke retoran dan di sana kau dan Guella juga melihtanya.”
Ara sempat berpikir sebelum matanya terbelalak lebar. “Jadi, itu benar? Dan kau sudah mengetahuinya selama itu?”
Tea menghembuskan napas pelan.“Aku mengetahuinya dari foto yang di upload Kalista di akun instagram miliknya.”
Ara kembali di buat terkejut dengan apa yang baru saja keluar dari mulut sahabatnya itu. “Wah, sejak kapan kau mengikutinya? Apa kau berubah menjadi penggemarnya? Atau kau mulai tertipu dengan tampang luarnya yang seakan dia adalah wanita terbaik dunia?”
“Tentu saja tidak, aku sengaja membuat fake acount untuk menghujatnya ketika dia dengan tidak tahu dirinya menghina kita di acara event waktu itu.”
“Aku tidak tahu kalau kau semenakutkan itu.” tawa Ara pecah seketika. Sedangkan Tea hanya menghembuskan napas lelah.
“Diam!” seru Tea cepat. Dia tidak ingin mendengar suara tawa Ara yang sungguh sangat tidak aman untuk telinganya.
“Tapi tetap saja kau salah.”
“Salah apa lagi, Ara?”
“Kau salah, karna menyembunyikan itu semua dari kami.”
“Aku sudah bilang jika aku tidak menyembunyikannya.” Sungguh demi apapun Tea ingin sekali memukul kepala sahabatnya ini. “Tapi, kau tau dari mana jika mereka ... begitu. Apa kau melihatnya?”
Ara terdiam, seketika pikirannya terbayang pada kejadian di kafe milik pamannya kemarin. “Aku melihatnya dan wanita tidak tahu diri itu. aku pikir aku salah lihat. Tapi melihat jika pamanku menyapa mereka setelahnya, sungguh itu membuat darahku mendidih. Apalagi mereka terlihat seperti sepasang kekasih.” Ara menghebuskan napas panjang sebelum melanjutkan ceritanya. “Kemarin aku juga menghubungi Guella agar dia datang dan melihat kelakuan suaminya secara langsung, tapi dia tidak mengangkat panggilanku.”
“Ara, apa kau gila! Kau ingin menyakiti hati Guella dengan memperlihatkan suaminya selingkuh?” Tea tidak habis pikir dengan apa yang Ara lakukan, tentu itu pasti sangat menyakitkan bagi Guella.
“Lalu, aku hanya bisa membiarkan dia menyakiti sahabatku? Dan membiarkan pria itu menjalin hubungan dengan wanita lain dan yang lebih parahnya adalah kakak dari istrinya sendiri? Sungguh jika waktu itu kafe tidak ramai, aku pasti sudah menjambak rambut perempuan gila itu.”
Tea melihat Ara yang sepertinya sangat marah. “Tapi tetap saja, kita harus menunggu sampai semua benar-benar terbukti.”
“Kurang bukti apa lagi? Kau sendiri sudah melihatnya langsung. Dan lagi kau ingin menunggu sampai Abi menggugat cerai Guella dan menikahi Nenek sihir itu, dan membuat rasa sakit Guella semakin bertamabah?”
Tea meringis pelan, “Ara, pikiranmu terlalu jauh. Abi tidak mungkin menceraikan Guella demi Wanita gila itu.”
“Tidak ada yang tahu Tea, bahkan kita tidak tahu sejauh apa hubungan mereka.”
--
Vommentnya jangan lupa😘
KAMU SEDANG MEMBACA
Solitary ✔
RomanceGuella harus menerima apapun yang orang tuanya katakan, walau dengan menjodohkannya sekalipun. Ia sudah pernah lari dari perintah orang tuanya sekali, dan sepertinya melakukan hal yang sama untuk kedua kali bukanlah hal yang baik. Apalagi jika ancam...