"Jungkook, maaf." Yein terus saja membuntuti Jungkook, yang sedang sibuk bertugas di kantor ayahnya.
"Untuk apa?" Tanya Jungkook akhirnya.
"Luka di wajahmu." Yein menunduk, tanda rasa bersalah. Tangannya bertautan, Ia khawatir dengan pria dingin yang babak belur ini.
"Bukan kau yang memukul ku."
"T-tapi tetap saja, Chanwoo keterlaluan." bibir Yein mengerucut lucu, membuat Jungkook berdecih pelan.
"Tak apa. Itu hal wajarㄧ
Chanwoo melihat ku turun dari mobilmu." Yein mengangguk mengerti, Lalu matanya memicing menatap Jungkook yang heran.
"Kamu sih susah di bilangin." kata Yein dengan raut wajah kesal.
"Aku obati. Tunggu sebentar ya?"
Gadis itu hendak berjalan untuk mengambil p3k di pantry, tetapi tangan besar Jungkook menahannya.
"Tidak perlu, aku harus bekerja."
"Kenapa sih Jungkook? ㄧ
Kamu selalu aja tolak niat baik aku?"
Jungkook menghela nafas, tangannya memijat kepalanya yang mendadak pening. Disaat bersamaan pemilik Hope cooperation melewati mereka, sedikit berbincang dengan rekannya.
Hoseok yang melihat putrinya sedang bersama karyawan magang di tempatnya, tiba tiba saja langsung berhenti.
"Jung, ada apa dengan wajahmu?" sepasang manusia yang menjadi objek si direktur utama langsung menoleh secara bersamaan.
Jungkook langsung membungkuk hormat, sedangkan Yein masih setia dengan bibir yang menekuk disana. Kaki rampingnya melangkah, untuk mendekati sang ayah.
Matanya berkaca-kaca, Yein niat mengadukan Jungkook pada ayahnya.
"Ayah~ hiks..." Yein terisak kecil setelah berhasil memeluk tubuh tegap ayahnya, membuat pria yang sedang berdiri kaku di antara mereka menjadi semakin gugup.
"Apa ayah harus memecatnya?" ujar Hoseok to the point, matanya menatap Jungkook tajam karena berani menangisi putri tercintanya.
Yein menggeleng sebagai balasan, seketika Jungkook jadi tak enak hati.
Pria tampan itu kembali membungkuk, saat Hoseok masih saja menatapnya dengan tajam.Jungkook baru tau, Jika atasannya akan semenakutkan ini ketika marah.
"Lalu kau kenapa?"
"Aku ingin mengobatinya, tapi dia menolak ku. hiks."
"Saya sedang bekerja, pak." Jelasnya, membuat Hoseok menggelengkan kepala.
"Turuti saja dulu apa maunya, kau bisa kembali bekerja setelah selesai." ucapan Hoseok membuat Yein tersenyum menang.
"tapi pak ㄧ"
"Ikuti saja!" final Hoseok, membuat Jungkook hanya bisa pasrah. Direktur perusahaan itu kembali berjalan dengan rekannya, meninggalkan mereka berdua yang masih terdiam.
Yein sibuk menghapus air mata buayanya, dan Jungkook berjalan mendekati gadis itu.
"Sebentar saja ya? Aku harus bekerja." Yein mengangguk cepat, dengan senyum manis yang mengembang.
"Yein, pelan aja." Jungkook meringis sesaat, kala tangan Yein medarat di pipinya yang luka untuk diobati.
"Ini udah pelan kok.ㄧ
Yang namanya luka, pasti sakit lah." ucap Yein masih terfokus pada luka luka jungkook.
"Chanwoo keterlaluan, kenapa juga ga kamu bales?"
"Dasar cupu!" Jungkook tersenyum simpul, Yein lucu ketika mengatainya.
Jungkook telah menyelesaikan pekerjaannya, sekarang ia sedang bergegas untuk pulang.
Jungkook menggulung kemejanya, niat hati ingin singgah sebentar di sebuah telpon umum.
Jungkook merindukan ibunya yang ada di kampung halamannya, busan.
"Jungㄧ hey!" Yein hendak berteriak ketika dirinya melihat Jungkook yang sedang bergegas keluar kantor.
Gadis itu tersenyum, kakinya melangkah untuk mengikuti pria incarannya.
Langkah Jungkook yang teramat lebar, sedikit menyulitkan Yein untuk membuntutinya. Entah apa yang sedang Yein lakukan, mengganggu privasi orang lain itu sangat tidak sopan, bung!
Gadis itu terkesiap ketika Jungkook berhenti di sebuah telpon umum, Dengan cepat Yein meneriakinya.
"Jungkooooook!" Jungkook menoleh, sedikit terkejut atas kehadiran Yein. Tetapi setelah melihat peluh yang sedikit keluar dari dahinya membuat Jungkook makin keheranan.
"Kau mengikutiku?"
"hehe .." jawab Yein hanya dengan tawa konyol.
"Aku hanyaㄧ"
"Pulang!" raut wajah Jungkook berubahan menjadi dingin, matanya menatap Yein tajam.
"Kau ingin menelpon siapa Jungkook-ssi?" bukannya takut Yein malah makin mendekat kearah Jungkook.
Jungkook sendiri sudah total gemas, Ingin rasanya menendang Yein ke alaska, jika itu bisa.
"Ibu ku."
"Aku ikut, ingin menyapa ibu Jungkook."
"Untuk apa?" Jungkook mendorong tubuh Yein pelan, Yang di dorong pun menatap Jungkook tak percaya.
Tidak pernah ada yang mengusir dirinya seperti ini sebelumnya, Jungkook jahat! Pikir yein.
"Menyapa ibu mu. Kita kan teman." Senyum itu membuat Jungkook memutar bola matanya malas.
Menurut Yein, Diam berarti iya. Maka Yein langsung beringsut memasuki sebuah kotak yang terdapat telpon umum di dalamnya.
Tak lama Jungkook langsung masuk, memasukan koin lalu menggenggam telpon. Tangannya siap menekan tombol pada telpon umum tersebut, tetapi Yein langsung mengambil alih.
"Katakan saja nomernya, biar aku yang tekan." Bisik Yein pelan, Jungkook sendiri bingung kenapa dia bisa bicara sepelan itu padahal telpon juga belum tersambung.
Sebelum koin kembali keluar, Jungkook segera menyebutkan nomer dial milik ibu nya.
"hey, bocah tengik kenapa kau baru menelpon?!"
tebece
KAMU SEDANG MEMBACA
G E M B E L • -jjkjyi- •
Короткий рассказJungkook tidak pelit, Hanya sajaㄧ Yein akan menjadi sangat berbahaya jika sudah melihat barang-barang lucu yang ia inginkan.