19. Perasaan yang Asing (4)

11.9K 2.5K 95
                                    

"Udah lama?"

"Enggak, baru sampe."

Sore itu aku baru sadar kalau Jeno emang ganteng, rambut itemnya biasanya dipakein poni kalau di sekolah. Sekarang rambutnya keliatan lebih rapi, disibak ke belakang sampai jidatnya keliatan jelas.

"Kamu potong rambut?"

"Dikit." katanya sambil langsung nyentuh ujung rambut depannya. "Ganteng gak?"

Aku mendelik.

"Aku lupa." katanya.

"Lupa apa?"

"Lupa kalau kamu cantik, tadi aku gak sadar." katanya.

Aku mukul punggungnya, dia meringis sambil ketawa.

"Yuk." katanya.

Kita masuk dan bau segala macem obat langsung nusuk hidungku. Aku gak suka rumah sakit. Sebenernya Jeno mau apa ngajak aku kesini?

"Jeno,"

"Hm?"

"Kita mau apa?" tanyaku.

Dia gak jawab, kita cuma terus jalan sampe ada didepan satu kamar.

"Lami sakit." katanya.

Eh?

"Dari kapan?" tanyaku.

"Udah empat hari." katanya. "Setelah masuk kamar ini ada tugas penting yang harus kamu lakuin." katanya sambil noleh.

"Apa?" tanyaku.

"Janji bakal lakuin?"

"Ya udah cepet!" desakku.

"Jangan bilang ke Lami atau ke Bunda kalo aku ngambil slimenya Lami."

"Yeeeeee bisa-bisanya! Emang kenapa?"

"Slimenya jatoh di karpet."

Aku mukul dia dan pintu malah kebuka.

"Eh lagi ngapain disini?"

"Lagi dipukulin."

Aku melotot karena mulutnya Jeno licin minta di amplas. Tante yang buka pintu ketawa.

"Masuk, ayo."

Aku senyum dan ngangguk setelah sebelumnya nerima elusan beliau di kepalaku.

"Kamu cantik terus ya, ketemu sama tante waktu di rumah juga cantik. Kok mau sama Jeno?" tanyanya.

Dengar itu tawaku pecah. Tante Lim, bundanya Jeno sama Lami. Orang yang pertama kali bikin aku sadar kalau Jeno kayak tukang kuli.

"Ih Bunda kenapa dibiarin masuk!" rengek anak cewe diatas ranjang rumah sakit sambil langsung nutup seluruh tubuhnya pake selimut.

Aku berhenti jalan, noleh dan senyum ke arah tante Lim.

"Maaf." kata tante Lim tanpa suara, ke aku.

"Malu-malu monyet lo?" ini samber Jeno.

"Tante,"

"Kenapa, sayang?"

"Maaf aku gakak bawa apa-apa. Jeno gak bilangㅡ"

"Lho ya gak apa-apa dong." potongnya sambil buang sampah.

Aku senyum kecut.

"Jeno bawa kamu kesini aja tante seneng." lanjutnya.

Aku ketawa kecil, kita duduk di sofa yang ada di kamar itu.

"Lami sakit apa?" tanyaku pelan ke Jeno.

"Lebay, cuma kecapean doang. Aku juga sering pusing gak sampe di rawat." katanya.

"Sirik?" tanyaku.

"Gak. mending sama kamu daripada sakit." katanya.












Setelah dari rumah sakit Jeno ajak aku keliling-keliling doang awalnya. Cuacanya cerah, beneran. Jadi cuma keliling-keliling pun rasanya seru. Di jalan juga Jeno ngobrolin banyak hal, dia juga ceritain soal dia berantem sama kakaknya yang namanya Taeyong gara-gara squishy punya Lami.

Kurang yakin deh kalau dia punya kakak seganteng itu. Kalau gitu aku mending sama kakaknya aja daripada sama Jeno. Sore itu aku dengarin Jeno kayak dengarin cerita di radio. Sesekali aku ketawa bukan karena ceritanya lucu, cara Jeno ceritain itu balik yang bikin lucu jadinya.

Tapi pembicaraan dia seolah-olah ada sihirnya buat mancing aku sampe akhirnya aku pun cerita-cerita gimana aku sama A Dery.

"Laper gak?" tanyanya waktu lampu merah.

"Banget." kataku.

"Mau makan?" tanyanya.

"Makan apa?"

"Makan teman." katanya.

Tiba-tiba aku inget Shuhua.

BLUE 📖 (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang