07. Uluran Tangan - 🎵

16.6K 3.4K 181
                                    

Kenapa ya setiap kejadian di hidupku itu skenarionya seperti selalu sengaja bikin aku gak nyaman. Kayak sekarang, yang lain udah pada pulang. Kayak awal lagi di rumah Jeno tinggal aku.

"Gue anterin dah." kata Jeno.

Aku nggeleng.

"Abang gue pasti udah di jalan." jawabku pasrah setelah teleponin A Dery berkali-kali gak dia jawab sejak bales pesanku doang yang katanya, otw.

Oke tungguan weh.

Kita duduk di terasnya gitu, udah sore. Aku mainan hp, yang sebelah kayak ngelamun.

"Jel,"

"Hm?"

"Gue seneng."

Aku noleh.

"Beneran." katanya lagi.

"Karena?" tanyaku.

Bukannya jawab, dia malah nunjuk aku.

"Geje." kataku sambil lihat ke arah lain.

"Jel,"

"Hmmmmm."

"Nanti harus gue." katanya.

Apasih gak jelas.

"Apanya?" tanyaku.

"Yang anterin lo pulang, bukan Jaemin atau abang lo yang jemput lagi."

"Gak mau ah. Nanti harus ganti uang bensinnya." kataku.

"Iya lah enak aja. Mau gratisan doang lo?!"

"Tuh 'kan bangsat!"

Aku lihat a Dery dateng pake motor. Aku berdiri, Jeno juga ikut berdiri. Begitu aku jalan, Jeno ikut jalan.

"Gak usah, Jen." tahanku. "Disini aja."

Maksudku, dia gak usah anter aku sampai ke a Dery. Aku gak bicara apa-apa lagi, aku balik badan dan jalan. Ngedenger ada suara langkah, aku balik badan.

"Jeno!" dia diem. "Gue bilang gak usah!"

"Dih, orang ada yang mau gue tanyain" katanya.

Aku diem nunggu ucapannya.

"Besok hari apa?"

"Senin."

"Pinter." katanya.

"Gitu doang?"

"Mau pelukan?"

"Gak gitu, bego!"












Sesampainya di rumah, bahkan begitu turun dari motor pun A Dery gak berhenti natap aku jail.


"Cie, berantem, cie."

"Dia bukan pacar gue anjir!" kataku.

"Lah? Emang gue bilang dia pacar lo?"

Bangsat, ah. Aku lebih milih masuk aja. Cekikikan a Dery kedengeran nyebelin soalnya.











FESTIVAL OLAHRAGA SMA 21 TAHUN 2018

Ini kelima kalinya aku gak sengaja natap dan lagi-lagi baca kalimat yang tertera di kain rentang yang terpampang di lapang sekolah.

"Ini istirahatnya kapan sih?" tanya Nancy.

"Katanya sejam lagi," jawab Shuhua.

"Ck! Gue haus. Beli minum, yuk?" ajak Nancy.

Kita bertiga berdiri dan pelan-pelan kabur dari kerumunan kelasku. Biarin, aku males ikutan voli setelah ini.

"Ngadain sepak bola cowok di festival olahraga mah sama aja kayak nyuruh nonton. Gak beres-beres." keluh Shuhua.

"Heeh benerㅡ"






BUKK!!!!





Aku langsung jongkok dan nutup wajahku. Sumpah sakit banget. Ada bola kena wajahku sekenceng itu, dan mata kananku rasanya perih banget.

"EH PAKE MATA DONG!" itu suara Nancy.

Sebagian wajahku rasanya sakit gitu, mataku juga perih.

"Jel, ayo ke uks!" kata Shuhua yang jongkok juga sambil nyoba narik aku.

"Jel, bangun."

"Minggir lo pada."

"Hati-hati dong. Lapang sekolahan 'kan bukan punya lo." aku tau itu suara Shuhua.

"Kagak sengaja, elah galak bener."

Aku gak mau dengar suara siapa-siapa. Mataku rasanya denyutan gitu. Disini aku bisa ngerasain ada beberapa orang disekitarku.

"Jel, bangun."

Kali ini bukan suara Nancy atau Shuhua.

"Ayo." kata orang itu sambil megang lenganku.

Aku nggeleng.

"Ayo tar infeksi matanya dicongkel alig."

Itu suara Jeno. Dasar bego, mana bisa sampe mata dicongkel.

BLUE 📖 (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang