05. Alasan (1)

17.5K 3.4K 275
                                    

"Ini gimana seorang lagi?" tanya Nancy.

Di waktu-waktu menuju siang, jam-jam rawan ngantuk. Sial, malah ada tugas. Ada tugas kelompok gitu, satu kelompoknya empat orang, bebas yang penting ada anak cowoknya.

"Haechan udah ada kelompok belum ya?" kata Nancy lagi.

Ah enak dia dong.

"Renjun aja." kataku.

"Hmmmmmm."

"Orang pinter mah kesana kesini."

"Hazel!"

Aku noleh ke arah suara.

KOK DEG-DEGAN.

"Kelompoknya udah penuh?" tanya Jaemin.

Aku nggeleng.

"Enggak, kenapㅡ"

"Pas, Jen! Masuk kelompok Nancy aja." kata Haechan.

Hah? Eh?

"Sokin." kata Shuhua.

Aku ngelirik Shuhua, tapi dia gak peka. Gak sengaja, aku lihat Jeno lagi lihat aku. Bukan aku kepedean ya! Tapi tatapan matanya itu kayak gini:

Boleh-gak-gue-masuk-kelompok-lo?

Aku ngangkat tanganku dan ngasih isyarat supaya dia kesini.

Semua udah kumpul sama kelompoknya masing-masing, tinggal ngerjain. Aku lebih sering diskusi sama Nancy, dia lagi rajin. Shuhua daritadi ngajak ngobrol Jeno, yang diajak juga daritadi ngobrol sama Seungmin yang ada di belakangnya. Nama-namanya kerja kelompok percayalah, gak semuanya kerja.

Yang sama boleh mengumpat.

Satu jam terakhir, kelompokku pasrah. Mau lanjutin nanti aja.

"Kerkom dimana dong?"

Jangan rumah gue pls.

"Rumah lo aja ya, Jel?"











Aku ngebayangin gimana ademnya kalau air jeruk aku siramin ke kepalaku sekarang, cuaca lumayan panas. Kepalaku rasanya mau mendidih. Jam istirahat, kita makan di kantin tapi di mejaku ada jurig (baca: Hyunjin, Felix, Jisung), kurang Seungmin doang. Felix sama Jisung gak sekelas sama aku ataupun Hyunjin. Aku sekelas sama mereka di kelas dua. Ngapain sih jadi pada duduk disini?

"Mohon disimpen dulu ya hpnya, bangsat. Sikut lo kena nasi gue." kataku setelah dua kali sebelumnya gak didengarin.

"Et, et, santai." samber Felix.

Padahal aku ke Jisung. Lagian aneh nasi kena sikut nyantai aja. Aku ngambil sendok dan buang bagian-bagian yang kena sikut Jisung, takut kerancunan.

"Lebay." kata Hyunjin.

Oh, nyindir. Aku yang dengar itu punya strategi lain. Nasi yang kupilihin tadi kupindahin ke punyanya Hyunjin.

"Eh jangan dong!"









Jam bahagia, jam pulang! Kulirik lewat ujung mata Jeno tiba-tiba nyamperin mejaku.

"Nanti kalo kerkom gue boleh gak dateng?" tanyanya.

Aku noleh sambil natap dia heran.

"Namanya juga kerkom." kataku. "Emang kenapa?"

Yang ditanya malah diem kayak mikir gitu.

"Sorry, maksud gue bukanㅡ"

"Gak kenapa-kenapa, cuma gue ada urusan penting." potong dia.

Halah, palingan main sama cewek.

"Serius penting?" timpal Nancy.

"Gue harus..."

"Harus apa?" kutanya.

"Itu... Anu.."

"Apaan sih lo gak jelas." Nancy berdiri dan ngambil tasnya.

"Kerkomnya di rumah gue aja lah. Ntar gue kasih tau." katanya.

Alesan, biar dia bisa diem doang mentang-mentang nyediain tempat 'kan maksudnya? Ketauan kehed!!!!

BLUE 📖 (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang