MALEA 08 - Marah

213 14 0
                                    

C a m p u s  S e r i e s  v o l  0 1

🦋

🦋

" jangan memaksa orang untuk selalu ada sebab yang tulus akan selalu ada tanpa perlu diminta. "

🦋

🦋

Jangan lupa vote, comment dan share cerita MALEA - nya, kisah Salfa berganti nama dengan nama Kirana, dan masuk dalam cerita Kirana, Blue Sky & Overcast, kisahnya setelah lulus Kuliah perawat. Masih anget loh ceritanya baru masuk part 19. Yuk jangan sampai ketinggalan.

🦋

🦋

H a p p y  r e a d i n g

•••••

P

andangan Martin menatap lurus ke arah luar kaca pembatas dinding, langit malam mulai menyapanya. Pekerjaannya sudah selesai sejak siang tadi, pikirannya berputar kejadian tadi siang. Saat ia tak sengaja bertemu dengan gadisnya saat makan siang tadi. Sudah beberapa hari ini keduanya seakan terlibat perang dingin, pasalnya Martin tidak tahu dimana letak salahnya, saling tidak menghubungi satu sama lain membuat Martin bingung sendirian.

Pria itu terus berpikiran bahwa mungkin saja Malea sedang sibuk dengan tugas kuliahnya. Tapi, tidak ada satupun kabar dari Malea, bahkan tadi siang saat keduanya tidak sengaja saling bertemu, senyum itu seakan lenyap dari tempatnya, persis seperti dua orang asing. Keadaan itu Tentu saja membuat martin sedih.

Malea, adalah Pacar pertama bagi Martin, selama 29 tahun. Ia baru merasakan cinta saat pertama kali bertemu dengan Malea. Sosoknya yang ceria dan apa adanya yang membuatnya merasa nyaman.
Kekurangannya adalah tidak mampu mengatakan perasaannya secara langsung pada gadis itu. Alasannya karna Martin tidak pernah berpacaran selama 29 tahun. Dia bingung bagaimana mengatakan apa yang dia rasakan. Bahkan untuk sekedar tersenyum pada gadisnya itu , ia merasakan beban, ia hanya gugup  . Deringan ponselnya bergetar diatas meja. Mengalihkan Martin , dan meraih ponselnya, dilihatnya tanpa menunggu lama ia menggeser tombol hijau kekanan layarnya

" assalammuallaikum Bu, "

" … "

" Tidak , Malea tidak bersama ku Bu ?" seketika Martin menutup sambungan teleponnya

Segera mengambil tas dan kunci mobilnya secepat mungkin. Bahkan Martin tak mengindahkan panggilan dari rekan - rekannya. Hana menelpon untuk menanyakan keberadaan Malea,  gadis itu belum juga pulang,  sejak sore.

" kau dimana Malea, angkat telponmu ?" ucap panik Martin disela sambungan teleponnya, ibu Malea, menanyakan kemana perginya Malea sampai sore begini, ia panik. Biasanya dia akan memberitahukan Hana , tapi kali ini tidak.

Martin menghubungi beberapa teman Malea, tapi semuanya mengatakan bahwa mereka tidak bersama Malea hari ini. Martin benar - benar panik.

Ia menghentikan mobilnya diarea untuk pemberhentian kendaraan,  ia bersandar memijit pelipisnya . Ia sangat takut jika Malea terluka ataupun mengalami hal buruk , ia terus berusaha menghubungi Malea, tapi sepertinya ponselnya mati. Dan Martin benar - benar mengumpat habis - habissan .

" kau dimana ? Kau membuat ku gila Malea !!"

Lama ia berpikir keras, sampai sebuah nomor asing membuatnya sadar.

" Kak Martiinnnnn ---" sebuah suara yang membuat Martin menegakkan tubuhnya

" kau dimanaaaa ?? " tanya panik Martin, setelah sambungan telepon putus , Martin bergegas menuju alamat yang dituju.

🦋🦋

Sepasang pemuda - pemudi itu sedang bersama menikmati makanan yang baru saja mendarat dengan selamat di atas meja. Keduanya berada kedai makan kaki lima. Martin menemukan Malea yang berjalan sepanjang 3 km dari area kampusnya. Kedunnya ada disana karna Malea mengeluh lapar dan haus. Selama dikedai ia hanya makan seakan tak memperdulikan keberadaan Martin. Tatapan pria itu seakan mengintai apapun yang dilakukan Malea. Seperti mangsa yang harus ia jaga.

" jangan melihatku seperti itu ? "

" kau selalu saja, membuatku gila. Apa kau bisa sekali saja tidak membuatku panik " Martin meledakkan amarahnya, walaupun volume suaranya mengecil hanya mampu didengar oleh Malea, Malea terdiam , tak berani menatap kearah Martin . Ia hanya menunduk tak berkutik.

" maafkan aku. Aku , tadi , ahhhh … habiskan makananmu, aku tunggu dimobil " ucap Martin menahan amarahnya dan meninggalkan Malea disana seorang diri, ia takut sekali jika Malea terluka , jika Malea tak bisa dijaga dengan baik olehnya. Lalu ia harus bagaimana.

🦋🦋


Malea baru saja selesai mandi, ia memakai piyama berwarna biru kesukaannya. Tidur terlentang , menatap langit - langit kamarnya yang tinggi dan juga jauh. Hari ini Malea , membuat Martin marah. Sangat marah . Malea pikir Martin tidak akan memarahinya. Tadi ia sangat takut sekali. Ia sangat tidak enak hati, bagaimana caranya meminta maaf agar perasaan tidak enak hati ini bisa hilang.

Malea memikirkan kembali bagaimana wajah marah Martin yang berputar kesana kemari tidak jelas dikepalanya.

Aku membuatnya sangat marah ? Manusia itu bisa juga marah, ku pikir otot wajahnya palsu .

Malea menarik kedua ujung bibirnya , ia menahan tawanya merewind ekspresi wajah Martin yang memarahinya tadi.

Marah aja ganteng, lainkali aku kasih senyuman ya bang, biar tambah melting sama kamu.

Malea hanya tersenyum sendiri mengingat betapa manisnya pria itu.  Sampai tak sadar rasa kantuknya datang. Ia punya banyak rencana lagi untuk membuat pria itu setegang tadi, memarahinya dengan cara seperti itu sebenarnya tidak begitu menegangkan berbeda sekali dengan wajah tampannya. Memang, Martin jarang sekali marah, tersenyum didepannya saja jarang. Sebenarnya senyum manis seperti itu di simpan untuk siapa.

R e v i s i :
Tenggarong seberang, 24 Februari 2021

Satu Kisah, Banyak Cerita ( TERBIT )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang