[1] si kaus hitam

60 10 0
                                    

Hufftt

Aku mehembuskan nafas pelan. Tangan kanan yang sedari tadi ku jadikan tumpuan di daguku sudah mulai pegal. Namun, guru yang di depan sana belum juga menyelesaikan penjelasannya tentang peraturan apa saja yang harus dilaksanakan pada saat jam dia mengajar.

Dia adalah guru bahasa inggrisku dan ini hari pertama dia mengajar di kelas ku, X IPS 4.

"Pusing gue liat peraturan yang dia buat, sampe penuhin satu papan tulis anjir," keluhku sambil berbisik ke teman sebangku-ku.

"Tau, sayang kan itu spidolnya," balasnya dengan berbisik juga.

Bel istirahat berbunyi, itu artinya 2 jam terakhir sebelum isirahat habis hanya untuk membahas yang ada di papan tulis itu.

"Baik, peraturan yang saya buat hanya sedikit,"

Apa? Sedikit dia bilang? 

"Saya harap kalian bisa mematuhinya. Sekarang kalian boleh istirahat."

Setelah guru itu keluar, semua teman sekelasku berteriak senang. Pasalnya sedari tadi kuperhatikan mereka juga malas untuk memperhatikannya. Hanya bikin ngantuk.

Aku dan Firly -teman sebangkuku yang biasanya dipanggil ii, dengan langkah cepat keluar dari kelas menuju ke kantin.

"I ayo buruan nanti ga dapet tempat duduk," kata ku pada dia sambil menarik tangannya mengajak dia lebih cepat berjalan.

"Aduhh Ashilla, tangan gue sakit lo tarik-tarik begini."

Iya, nama ku Ashilla. Ashilla Zahirah.

Seperti dugaan ku, kantin sudah ramai dan tidak ada meja satu pun yang tersisa untukku dan ii.

"Lah, perasaan baru 10 menit istirahat udah rame aja," pekik ii kaget sambil celangak-celinguk.

"Tuhkan apa gue bilang, lo si jalannya kaya Putri Solo."

"Hehe maap,  tadi gue liat  Daffa lagi main futsal, kan sayang kalau engga dilihat."

"Yaudah lo mau beli apa?"

"Beli mie tubruk aja yuk, udah lama gue gak makan itu."

Akhirnya aku dan ii membeli mie tubruk salah satu menu andalan di sekolahku. Setelah itu, akibat tidak dapat tempat duduk, kami akhirnya duduk lesehan di depan lab biologi yang letaknya di samping kantin.

"I," panggilku sambil memakan mie yang tinggal setengah.

"Apa?"

"Lo liat kakak kelas yang lagi minum es teh itu gak?"

"Kakak kelas yang lagi minum es teh banyak Ashil," jawab ii sambil melihat ke arah gerombolan kakak kelas di kantin.

"Ihh yang pake earphone itu." Kata ku pelan sambil menengok ke kanan dan ke kiri takut ada kakak kelas juga yang mendengarnya.

"OHH YANG PAKE EARPHONE."

Sialan si ii. Aku sengaja memelankan volume suaraku agar tidak ada orang yang mendengar selain dia. Dan dia malah teriak sekencang itu.

"Hemm,bagus i, kurang kenceng lo ngomongnya," aku yang kesal memukul lengannya pelan.

Dia hanya cengar-cengir tanpa dosa.

"Kenapa emangnya?"

Sekarang perhatian kita berdua terfokus hanya kepada salah satu kaka kelas yang memakai earphone yang ada di gerombolannya.

"Tau gak sih? Setiap gue ke penjuru sekolah ini, pasti selalu ada dia."

"Emang ya? Gue gak merhatiin dia soalnya," ucap ii sambil diam-diam menyeruput es teh ku.

"Iyaa."

Aku memperhatikan tingkahnya sebentar. Kalau tidak salah namanya Kak Wira. Aku lupa dari mana aku tahu namanya, bukan juga dari badge nama yang ada di seragamnya aku tahu.

Aku masih heran, seperti yang aku ucapkan tadi kepada ii, aku selalu melihat dia di penjuru sekolah ini dengan tingkah seperti orang yang caper? Aku tidak mau terlalu negatif dulu kepada dia.

Tapi setiap aku tidak sengaja melihat dia, ada saja tingkahnya yang memberikan kesan seperti dia sedang mencari perhatian dari orang lain.

Paling sering aku lihat dia dari depan kelasku. Setiap pulang sekolah pasti dia selalu main basket dengan kaus hitam yang melekat di tubuhnya. Pastinya dengan tingkah yang aku katakan tadi.

Aku tidak sadar sudah terlalu lama memperhatikan tingkahnya. Hingga tidak sengaja mata kita bertemu. Dan aku yang menyadari itu langsung memutuskan untuk membuang muka.

***

Semenjak kejadian Ka Wira memergokiku sedang memperhatikannya. Dia langsung bertingkah macam-macam saat dia mengetahui ada aku disekitarnya.

Seperti sekarang ini. Aku sedang menjadi penerima tamu di depan kelasku yang sedang ada acara pengambilan rapot kenaikan kelas. Ii sudah pulang dari tadi dan aku ditemani Cia. Dia anak paskibra. Dan tentu satu ekskul dengan Ka Wira.

Sambil menunggu kedatangan wali murid, aku memperhatikan yang ada di lapangan depan kelasku. Dan tentu ada Ka Wira disana. Lagi-lagi dia menggunakan kaus hitam yang aku tidak tahu itu kaus yang sama seperti kemarin-kemarin atau tidak. Sebetulnya aku tidak setiap  hari juga melihat dia main basket. Namun, kalau aku melihatnya pasti dengan kaus hitam itu.

Dia memainkan bola basketnya dengan lincah sambil mencoba meng-shoot berkali-kali namun tidak ada yang berhasil.

"Haha mamam," kataku pelan yang disaat itu juga dia melihat ke arahku sebentar.

Di sebelahku ada Cia yang sedang memainkan hpnya. Aku dan Cia juga sangat dekat di kelas. Kadang aku juga suka menanyakan sedikit tentang Ka Wira saat di paskib.

"Ci," panggilku dan dia menoleh kepadaku.

Aku masih ingin membahas tentang si kaus hitam itu ke Cia.

"Kok Ka Wira pake baju hitam terus ya?"

"Kok lo merhatiin ya?" Tanya Cia bingung.

"Ehh engga, soalnya setiap gua liat, pasti dia pake baju hitam terus," aku mencoba menjelaskan ke Cia.

"Ya itu artinya lo merhatiin," kata dia sambil bergantian melihat ke arah ku lalu ke arah Ka Wira.

Tiba-tiba Cia dengan santainya teriak,"KA WIRA, ASHILLA SUKA SAMA KAKA."

WATDEFAK

Aku mempelototi Cia. Aku heran, kenapa Cia bisa menyimpulkan kalau aku suka Ka Wira, hanya karena aku selalu memperhatikan dia yang selalu memakai kaus hitam.

Kalian tahu tidak bagaimana reaksi Ka Wira?

Dia menghentikan permainannya dan memperhatikanku dengan serius dan kepala yang miring.

Ahh sudahlah, aku tidak bisa membayangkan bagaimana tingkah dia di hari-hari berikutnya saat ada aku di sekitarnya setelah insiden barusan.

***

Haluuu👋.

Akhirnya setelah ini cerita lama banget numpuk di kepala aku, sekarang udah bisa dituangin kesini.


Oiya buat temen aku yang dipanggil ii bacanya ii yaa buka ai ai. Kan siapa tau gitu ada yang bacanya kaya itu.

Jangan lupa vote & comment!!

salam dari adeknya zayn.

Hello, Wira!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang