[18] mencari

20 3 2
                                    

Ternyata hal yang bikin kesal yang dibuat Ii kemarin ke aku, bukan sampai sana saja. Pagi-paginya dia kembali menelfonku untuk mengajak mencari dimana rumah Wira.

Tentu saja aku tolak mentah-mentah ajakannya yang menurut ku 'buat apa?'. Alhasil Ii mengancamku, dia tidak akan duduk sebangku denganku jika tidak mau ikut. Ya walaupun Ii orangnya bar-bar, tapi dia termasuk dalam ranking 10 besar di kelasku. Dan aku sangat membutuhkannya di pelajaran yang kadang aku tidak mengerti.

Dan sekarang disini lah aku berdua dengan Ii mengelilingi komplek perumahannya. Kalian tau bagaimana cara Ii agar bisa tau dimana rumah Wira?

Dia menghampiri satu-satu rumah yang berada di komplek blok q6 dengan memanggil-manggil nama Wira di depan pagar. Sa-tu sa-tu.

"I, udah sepuluh rumah yang lo samperin dan gak ada yang nyaut. Pulang aja yuk."

"Engga mau, masih ada dua puluh rumah yang belum gua panggil."

"Lo yang manggil, gue yang malu tau."

Pasalnya komplek ini tidak terlalu sepi, dan ada beberapa orang yang berlalu lalang. Dan beberapa orang itu juga menatap Ii dengan tatapan aneh. Pasti mereka menyangka Ii itu stress. Memanggil nama yang sama, di setiap rumah.

"Beli minum dulu I, aus gue."

"Yaudah ayo, warung yang di taman itu aja. Nanti balik kesini lagi tapi."

Aku hanya berdehem panjang.

Selesai membeli minum dan kembali lagi kerumah yang tadi. Aku dan Ii melihat seseorang yang kita kenal berjalan ke arah dimana kami berdiri sekarang.

Kalau kalian mengira seseorang itu adalah Wira, kalian salah.

"Hai, kalian berdua ngapain disini?" Sapa orang itu sewaktu sudah berhadapan denganku dan Ii.

"Ehh Vibia? Kita berdua lagi nyari rumah kakel." Jawab Ii dengan santai.

"Siapa?"

"Capung --ehh maksudnya Ka Wira."

Aku melihat raut muka Vibia sedikit terkejut.

"Rumah lo di komplek ini juga?" Tanyaku penasaran.

"I-iya. Gue duluan ya, Mama gue takut nungguin ini." Katanya sambil menunjukkan dua kantong plastik yang berisi sayuran.

"Ohh yaudah. Hati-hati."

Aku dan Ii secara berbarengan langsung melihat ke arah jalannya Vibia. Sampai punggungnya hilang di belokkan depan dengan langkahnya yang sedikit terburu-buru.

"Kok anak sekolah kita banyak juga ya yang tinggal disini?"

Aku mengendikkan bahu. "Kita ikutin Vibia yuk? Kok gue penasarannya ya sama dia. Gue baru liat dia dua kali masa. Yang waktu itu lo nabrak, sama ini. Padahal dia satu sekolah sama kita."

"Gausah, ngapain si? Mending lanjut cari rumah capung aja."

"I, lo lupa ya? Dia kan ada hubungannya juga sama capung."

Aku rasa ingatan Ii langsung menuju dimana aku bercerita kejadiaan Sabtu lalu.

"OIYAYA. ANJIR GUE LUPA. YAUDAH AYO IKUTIN."

Tanpa basa-basi Aku dan Ii langsung berlari kebelokkan yang tadi di lewati Vibia. Namun kami berdua tidak menemukan lagi keberadaan Vibia. Padahal belum ada lima menit.

Aku memukul lengan Ii. "Ishh lo sih, kelamaan mikir, jadi ilang kan dianya."

"HEH! Kebiasaan banget sih nabok orang terus!"

Hello, Wira!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang