[2] kepeleset

38 10 0
                                    

Sekarang jam 6.30. Biasanya sekolahku sebelum memulai jam pelajaran, 30 menit sebelum jam 7 akan diadakan kegiatan keagamaan dan juga
literasi.

"Bagi siswa yang masih di luar kelas harap segera masuk, karena kegiatan keagamaan akan segera dimulai. Dan bagi yang Kristen segera menuju ke Lab Fisika."

Itu lah suara Pak Tatang salah satu petugas di sekolahku dengan menggunakan speaker. Setiap ruang kelas dipasangkan speaker di bagian belakang untuk memberitahu segala macam pengumuman.

Kadang ia selalu membuat satu kelasku kesal. Ohh mungkin hampir seluruh kelas. Lantaran dia memberitahu untuk yang di luar kelas tapi memakai speaker yang di dalam kelas. Gimana gak kesal coba?!

"Bagi yang baru datang harap mempercepat langkahnya, kalian sudah telat 1 menit."

"Yailahh lebay amat, baru telat satu menit juga," itu adalah suara Galih salah satu teman sekelasku yang paling kesal sama Pak Tatang.

"Hei, itu yang masih di koridor atas cepetan masuk."

"Woy anjirrrr, siapa si itu yang di balkon?" Masih Galih yang menyaut.

Teman sekelasku selalu tertawa jika sudah adegan sahut-sahutan Galih dan Pak Tatang.

Setelah 30 menit melaksanakan kegiatan keagamaan dan juga literasi. Bel jam pertama berbunyi.

Pelajaran pertama di hari selasa adalah matematika. Biasanya, setiap pelajaran matematika harus dipastikan semua hp berada di meja guru. Dan seperti tas, botol minum harus diletakkan di bawah lantai.

Sekitar 10 menit Pak Surya atau yang biasa dipanggil Paksur memasuki kelasku. Setelah pada saat kelas 10 aku sempat diajarkan oleh dia dan digantikan oleh Bu Nani, di kelas 11 ini akhirnya kelasku kembali diajarkan Paksur.

Pelajaran Paksur adalah pelajaran yang tidak membuat ngantuk walaupun dengan puluhan rumus yang ia berikan. Karena dia adalah orang yang cukup humoris dan pasti selalu menjadikan Galih dan Fadli sebagai bahan candaan.

"Fadli, apus papan tulis. Apus pake tangan lo aja kan sama-sama item tuh."

Oiya karena umurnya yang masih muda dan dekat dengan anak murid, dia biasa memanggil dengan panggilan gue-lo.

"Heh bentar-bentar, itu bajunya mau dimasukkin apa dikeluarin?" Tanya Paksur ke Fadli yang kebetulan seragamnya dikeluarkan.

"Oke ini sebenernya gampang. Fadli lo ngerti gak? Ah ga bakalan ngerti lo mah. Bucin terus kerjaannya."

"Ya allah pak, gua mulu dia mah."

"Lah emang bener, tiap malem cewe lu dibawa ke warung Mang Jajang terus kan? kan?" balas Paksur tak mau kalah. Dan biasanya korban yang di ceng-cengin olehnya pasti hanya bisa elus dada dan sesekali menggerutu dalam hati.

Gak enaknya pas pelajaran Paksur, kalau satu kelas sudah membuat mood dia jelek, maka prasyarat mengerjakan 150 soal mtk sudah didepan mata.

Muntah-muntah dah tuh.

***

Setelah pelajaran matematika selesai aku langsung lari menuju toilet. Aku tidak sempat meminta Ii untuk mengantarku, lantaran sepertinya sudah sangat di ujung.

Setelah lega aku membuang hasil sisa-sisa metabolisme dari tubuhku, aku keluar dari toilet dengan langkah terburu-buru, takut guru Geografi sudah datang.

Yaaa itu, kalau orang buru-buru pasti aja ada masalah. Aku terpeleset oleh air yang menggenang di lantai.

Aku mendengar seperti ada tawa kecil yang berasal dari belakang badan. Sambil berusaha berdiri dan mengusap bokongku, aku menoleh.

Astaga Ka Wira

"Enak ga dek cipokkan sama lantai?" Tanya dia dengan tawanya yang sekarang berubah menjadi keras.

Syalan banget sih nih orang.

Tanpa menghiraukan dia, aku langsung ingin menuju ke kelas. Baru satu langkah, ujung lengan bajuku ditarik olehnya.

"Bentar dulu dek Ashilla," kata dia sambil melihat badge nama ku lalu merapihkan jambulnya yang sudah mulai panjang(?).

Rasanya kesal sekali dengan tingkah dia sekarang. Ayolahh, rasanya aku ingin menghilang sekarang juga dari sini.

"Lo belum jawab pertanyan gue tadi."

"Harus banget gitu ya dijawab? pantat gue sakit anjir," aku memalingkan muka.

Dia terkekeh. Saat ini kami sedang berada di depan tangga seberang kelasku. Aku melihat guru geografiku memasuki kelasku.

"Kenalin gue Wira," dia menjabat tangan ku, "gue tau kok, kalo lo udah tau siapa nama gue. Ya tapi biar lebih enak ya kayak gini."

Aku buru-buru melepaskan jabatan tangannya, "maaf ka saya mau ke kelas."

Kali ini dia tidak berusaha untuk menahanku lalu meneriakkan, "Kalo ada apa-apa ke kelas gue aja 12 IPS 1."

Aku memasuki kelas masih dengan perasaan yang kesal. Sampai di tempat dudukku aku masih mengelus bagian yang masih sakit ketika terpeleset tadi.

Awas aja tuh si Wira kalo dia kepeleset, gue orang yang ketawanya paling kenceng.

***

Asli sih, dia di kehidupan nyata emang ngeselin gitu :/

JANGAN LUPA VOTE COMMENTNYA YA YA YA
-kembaran selena gomes

Hello, Wira!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang