Amanda POV
Hari ini ayahku dan ibuku terlihat sangat tertekan. Aku sudah bersemangat untuk mendaftar ulang sebagai salah satu mahasiswa yang mendapat beasiswa di California University pagi ini. Aku dinyatakan lulus dengan nilai dan prestasi yang kuraih selama bersekolah. Sebenarnya aku sudah menyudahi level secondary ku saat usia 15 tahun namun aku memilih vakum sebelum memilih untuk bersekolah di Amerika. California memiliki suasana yang mendukungku dalam belajar tentang bisnis dan manajemen. Ayahku memiliki perusahaan tambang dan ibuku adalah ibu rumah tangga biasa. Ayahku berharap aku bisa meneruskan perusahaan keluarga tersebut yang diwarisinya dari kakekku.
Aku sudah bersiap dengan dressku yang diberikan oleh tanteku, Janet dari Dior. Tanteku adalah salah satu branch manager untuk Dior Asia Tenggara. Janet memilih berdomisili di Singapore.
"Amanda..." panggil Ayahku seketika saat aku sudah akan keluar rumah.
Aku menoleh kebelakang, diruang tamu ibuku sudah duduk dengan wajah sedih. "Ya, pa? Aku harus segera pergi." Kataku.
"Duduklah." Suara berat ayahku mendominasi dan dia pun duduk disamping ibuku dengan wajah sedih. Aku memilih menurut dan duduk didepan ayah dan ibuku dengan kening berkerut.
"Aku akan terlambat, pa." kataku lagi.
Mereka berdua seakan tidak mendengar suaraku. "Nak..." kata ibuku kemudian. "Perusahaan Papa bangkrut." Kata ibuku kemudian dan menangis tersedu-sedu.
Aku yang masih belum mengerti apa yang terjadi mencoba untuk mengerti dengan menelan ludah keras. "Maksud Mama?"
"Perusahaan kakek yang berusaha kita pertahankan bangkrut sudah." Kata ayahku dan memeluk ibuku.
"Ba...bagaimana mungkin?" tanyaku tergagap.
"Tambang sedang jatuh-jatuhnya nak, kita tidak bisa bertahan. Banyak karyawan yang belum dibayar pesangonnya. Rumah ini akan dilelang dan semua aset kita. Bahkan untuk itu tidak bisa menutupinya. Terlebih lagi papa meminjam sejumlah uang disalah satu teman bisnis papa dan sampai saat ini kita belum melunasinya."
Tanganku bergetar, "Aku memiliki tabungan pa."
Papaku menggeleng keras, "Itu tidak cukup nak." Suara ayahku terdengar sangat sedih.
"Jadi?" tanyaku penuh kuatir.
"Mereka akan memenjarakan kami."
"KENAPA?" Kataku syok.
"Kita tidak punya apa-apa lagi." Ibuku kembali menangis.
Aku menghampiri ayah dan ibuku, memeluk mereka dan menangis bersama. Bagaimana mungkin kami runtuh dalam satu hari saja. "Aku tidak bisa melihat papa mama dipenjara." Kataku menggeleng keras.
"Oh nak...." Ibuku mengelus pipiku dan menangis bersama. "Maafkan papa mama."
Sangat kami masih menangis bersama, tiba-tiba pintu depan kami terbuka dengan keras. Beberapa pria mengenakan pakaian serba hitam dan kekar masuk membuat barisan. Mereka berjumlah 10 orang. Lalu seorang pria tua, sekitar 50an memakai jas rancangan Ralph Lauren terlihat sangat mengintimidasi dan menghampiri kami.
KAMU SEDANG MEMBACA
Candy & Chain (COMPLETED)
RomanceWARNING!!! 21+ (Sudah di peringatkan ya. Jangan ngeyel yang belum cukup usia.) *Belum diedit sedikitpun. Penuh gramatikal eror* Amanda Lily Wijaya, gadis berusia 16 tahun yang ceria dan penuh kasih dengan tinggi 178 cm. Disaat usianya masih belia di...