Leo POV
"SARAAAHHHH!" Teriakku menggelegar.
Sarah dan Beni, nama bodyguard itu menoleh dengan cepat. Wajah mereka keliatan sangat syok. "Le...leo? Ke... kenapa?" panic Sarah dan mendorong tubuh Beni menjauh. Segera diturunkannya dress miliknya yang berada di pinggangnya sebatas lutut dan dengan cepat menaikkan talinya sehingga bagian atasnya menutup payudara miliknya. Bahkan sarah tidak merasa repot dan risih untuk tidak memakai celana dalamnya. "Leo.. ini bukan seperti yang kamu pikirkan." Sarah berusaha menyentuh lenganku. Wajahnya memerah akibat persetubuhan itu, rambutnya masih acak-acakan. Ada rasa pertama kali yang tumbuh dihatiku saat melihatnya seperti itu, rasa jijik. Segala perasaan yang kupercaya cinta lenyap seketika. Kuhempaskan tangannya. "Leo... tolong percaya." Katanya memohon.
Kuhampiri dengan cepat Beni yang kini masih berusaha memungut bajunya, dia sudah memakai celananya.
BUK!!!!!! Sebuah tinjuan keras mendarat di wajah Beni. "Pergi dari sini sebelum aku membunuhmu." Kataku dingin.
Beni dengan wajah ketakutan bangkit dan melangkah pergi dengan cepat. "Leo...." Panggil Sarah.
"Dan kamu..." aku melihat sarah dari ujung kaki hingga ujung kepala. Aku masih tidak percaya apa yang kulihat dan mencoba mempercayai bahwa ini hanyalah mimpi. Tetapi saat membuka mata, sarah masih disana terlihat berantakan setelah persetubuhannya.
"Leo.. please... Beni memanfaatkanku. Please Leo..." mohon sarah bahkan berlutut dihadapanku.
Aku terdiam mematung, perasaanku campur aduk. Sakit, kecewa, benci dan jijik bercampur menjadi satu. Sarah masih memeluk kaki kananku meminta maaf dan menangis tersedu-sedu. Aku melangkah pergi tanpa mengatakan apapun. Aku menuju kantor didalam mansion dan memilih mengurung diri disana. Kutuangkan whiski dan kuteguk habis. Panas menjalar ditenggorokanku berharap dapat menghilangkan rasa sakitnya.
Mendekati malam, sarah menggedor-gedor pintu kantor membangunkanku yang tertidur tak berdaya di lantai. "Leo... buka... please..." rengek sarah.
Aku bangkit perlahan dan melirik jam milikku yang menunjukkan pukul 7. Kepalaku sakit. Aku menghabiskan 4 botol whiski sendirian tanpa sadar. Sarah masih menggedor pintu tetapi kuabaikan. Aku mendudukkan diri di kursi kerja dibelakang meja mahogany milikku. Kepalaku masih sangat sakit. Untuk pertama kalinya selama 10 bulan ini, aku merindukan kopi milik Amanda. Semenjak sarah pindah kedalam mansion ini 10 bulan lalu, aku tidak pernah menyentuh kopi yang di seduh oleh Amanda. Aku menghela napas panjang.
Bayangan wajah Amanda terbersit dalam pikiranku. Hanya dengan memikirkannya saja sudah seperti menyembuhkan sakit kepalaku. Aku meraih telepon milikku dan menghubungi sekretarisku, Franky. "Suruh anak buahku mengambil seluruh pakaian milik sarah dalam 30 menit ini di mansion. Antar dia menuju penthouse miliknya."
"Baik tuan." Jawab Franky.
"Bereskan seluruh pakaian sarah di kamar utama, pegawaiku akan mengambilnya dalam 30 menit ini, Bi." Aku menginterkom kepala pelayanku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Candy & Chain (COMPLETED)
عاطفيةWARNING!!! 21+ (Sudah di peringatkan ya. Jangan ngeyel yang belum cukup usia.) *Belum diedit sedikitpun. Penuh gramatikal eror* Amanda Lily Wijaya, gadis berusia 16 tahun yang ceria dan penuh kasih dengan tinggi 178 cm. Disaat usianya masih belia di...