Leo POV
Aku bersumpah bahwa aku mendengar suara Amanda. Semenjak kepergiannya dan dia memutuskan menikah dengan Kim, aku jatuh dalam keterpurukan. Aku baru merasakan sesakit ini. Bahkan dengan kasus sarah, hatiku kecewa dan marah tetapi tidak terpuruk seperti ini. Terasa ada lubang besar didalam hatiku dan aku tidak mengerti bagaimana menyembuhkannya. Aku kehilangan keinginanku untuk hidup dan bangkit. Separuh jiwaku pergi dan memilih mengikat pernikahan dengan pria lain. Jika mengingat itu, seketika aku akan hilang akal dan hari berikutnya aku sudah terbaring dirumah sakit karena berusaha mengakhiri hidupku sendiri.
Aku memilih untuk menyiksa diriku, ayah dan keluargaku berusaha menyelamatkanku tetapi mereka tidak menyadari bahwa itu menyiksaku. Mereka tidak mau tahu bahwa aku ingin segera pergi dari dunia ini. Aku tidak mengerti, setelah semua pencobaan bunuh diri itu, aku selalu hidup kembali. Apa yang sebenarnya Tuhan inginkan dariku? Apa Dia tidak cukup menyiksaku dengan membuat Amanda membenciku? Semua makanan yang kupaksakan masuk akan keluar dengan sendirinya. Tubuhku sudah diambang batas hidup, semangatku luntur. Aku bergerak hanya berdasarkan fungsi otakku tidak dengan fungsi akal sehatku. Aku selalu melihat ibuku menangis setiap melihatku terbaring terantai. Ayahku semakin terlihat lelah dan rapuh menangisi kehidupanku yang seperti ini.
Bukannya aku tidak mencoba, hanya saja aku cuma membutuhkan Amanda sebagai alasan hidupku. Tetapi kini dia sudah membenciku dan memilih pria lain. Amanda.... I miss you so much. Aku berhenti bekerja, hanya menghabiskan waktu dengan alcohol dan narkoba. Aku bahkan membuat sebuah tato wajah Amanda di belakang punggungku yang besar. Aku berharap sakitnya jarum menusuk kulitku akan membunuh rasa bersalahku kepada Amanda, tetapi justru menambah sakitnya.
Selain itu, Ayahku bahkan mengurungku disalah satu kamar isolasi di rumah sakit kami tetapi itu tidak membantuku sama sekali. Satu tahun lebih tanpa Amanda benar-benar seperti neraka, aku sudah berteriak beberapa kali bahwa aku ingin mati tetapi kehidupan begitu menyayangiku. Aku tidak sanggup lagi, tubuhku semakin ringkih.
Namun saat itu, aku mendengar suara Amanda. Saat aku benar-benar tidak lagi dapat bergerak, napasku tercegat di ujung tenggorokan. Aku koma. Amanda disana, menangisiku. Stop Amanda... please sayang jangan menangis. Aku ingin menghapus airmatanya dan memeluk tubuhnya lalu membisikkan betapa aku mencintainya. Tetapi aku sudah tidak memiliki tenaga lagi. Lalu aku mendengar suaranya berteriak melawan. Aku tahu pasti dia dalam bahaya. Tuhan... tolong berikan aku kesempatan hidup lagi. Ini yang terakhir. Aku ingin menyelamatkannya. Aku ingin membuatnya bahagia. Aku ingin bersamanya. Aku tidak akan menyianyiakannya lagi. Aku berjanji dengan hidupku. Aku terus berjuang untuk melawan segala kelemahan tubuhku, aku tidak ingin membuat Amanda menungguku lama. Aku ingin kuat oleh karenanya dan menyelamatkannya.
Aku mengalami koma selama 2 minggu, dokter sudah menyerah tetapi aku hidup kembali. Ayah, ibu dan Donna menangis tersedu-sedu melihatku sadar kembali. Bahkan ini adalah pertama kalinya aku melihat ayahku menangis. Ayahku terlalu kuat dan tegar untuk menangis namun melihatku seperti ini, membuatnya sangat bersyukur. Hal pertama yang kutanyakan saat aku berhasil membuka mata adalah bagaimana keadaan Amanda. Mereka mengatakan bahwa Kim membawanya paksa, Amanda ingin bersamaku. Kebahagian tidak terkira memenuhi hatiku. Jadi mimpi itu benar... apa yang aku dengar saat aku tidak sadarkan diri ternyata benar. Aku mendengar Amanda mengatakan mencintaiku.
Seutas senyum kecil terukir di bibirku. "Bertahanlah nak, Amanda menunggumu." Kata ayahku.
Ibuku memelukku tiba-tiba, dia menangis tersedu-sedu dengan pilu. "Syukurlah nak kamu sadar. Mami sadar apa yang mami lakukan ke Amanda dan dirimu salah. Mami bukan orangtua yang baik. Maafkan mami."
Aku hanya tersenyum kecil, syukurlah jika ibuku sudah sadar dan membuka matanya akan fakta Amanda dan sarah.
"Kim pasti akan mengurung amanda. Pulihkan tubuhmu, bro dan rebut Amanda kembali." Donna memberiku semangat. Aku mengangguk pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Candy & Chain (COMPLETED)
RomanceWARNING!!! 21+ (Sudah di peringatkan ya. Jangan ngeyel yang belum cukup usia.) *Belum diedit sedikitpun. Penuh gramatikal eror* Amanda Lily Wijaya, gadis berusia 16 tahun yang ceria dan penuh kasih dengan tinggi 178 cm. Disaat usianya masih belia di...