Memory @Herlina

97 11 49
                                    

Nama : Herlina Anggunan

Judul : Memory

Song : Dulu Kita Masih SMA

Dulu kita masih remaja

Usia anak SMA

Disekolah kita berjumpa

Pulang selalu bersama

Senyum tercipta begitu saja, saat melihat anak-anak SMA pulang sekolah sambil bercanda, senyum ini semakin lebar saat gerimis turun. Memori masa lalu itu tanpa permisi muncul, membuat rasa itu kembali.

“Dek, ini formulir ekskul Paskibra, kamu ikutan gabung ya,” ajak mu siang itu di sekolah jam istirahat. Aku hanya tersenyum dan menggaruk kepala yang tidak gatal karena tidak berminat.

“Malah nyengir bae, diisi biodatanya jangan lupa nomor hp.” Ucapmu memerintah, membuatku tambah bingung. Dengan ragu ku isi formulir yang kamu berikan di bawah tatapan teman-teman sekelas yang menyelidik.

“Nanti pulang sekolah kumpul di lapangan ya,” aku hanya tersenyum lagi, jengah rasanya jadi pusat perhatian siswa lain. Itu karena kamu, Andre Praditya ketua OSIS yang ter cool, terpintar, tersayang, dan ter ter lainnya. Datang menemuiku untuk mengajak untuk bergabung dengan ekskul mu, entah apa yang ada dalam pikiran mereka. Terserahlah, yang penting aku ingin kamu cepat pergi dari kelas, karena aku tidak suka jadi pusat perhatian.

“Cieee,” ledek sebagian teman, sebagian lagi bermuka kecut dan bisa kupastikan mereka adalah fans mu.

Jam sekolah berakhir, aku menunggu jemputan di gerbang sekolah, sekolah sudah mulai sepi hanya ada beberapa anak yang berkumpul di lapangan upacara termasuk kamu. Dengan cepat aku duduk jongkok di bawah kotak sampah di gerbang sekolah agar tak terlihat olehmu, bisa hitam kulit ku bila jadi bergabung dengan ekskul paskib.

“Ngapain Ne,” sebuah suara mengagetkan ku.

“Teteeeh, lama banget sih jemputnya.” Dengan cepat kutarik tangannya menuju motor ingin cepat pulang, namun ternyata itu kalah cepat dengan  panggilan mu.

“Ine Alvina!” teriak mu sambil berlari ke gerbang sekolah, aku mencoba pura-pura tak mendengar dan tetap berjalan cepat, namun si teteh malah menghentikan langkahnya.

“De, dipanggil tuh sama temen kamu, ai kamu torek kitu? dari tadi dipanggil.” dengan muka cemberut aku terpaksa membalikkan badan.

“Bukan ine kali Teh, hayu cepetan ah,” jawabku agar si Teteh cepat menyalakan motornya.

“Borokokok kecil siah, tuh orangnya lari kesini nyamperin kamu, kasep deui euy.” Si Teteh berkata sambil merapikan jilbabnya, itu yang aku tidak suka dari kamu, selalu mencuri perhatian orang disekitar meskipun bukan salah kamu sepenuhnya.

“Nama kamu masih Ine kan?” tanya mu dengan tampang kesal setelah berhasil mengejarku.

“Iya ka, kenapa gitu?” jawabku dengan muka sok polos, sementara si Teteh senyum senyum salah tingkah di depanmu.

“Ayo kelapangan, anak-anak udah kumpul tinggal kamu,” perintah mu sambil mencoba menggandeng tangan, namun ku tepis karena risih.

“Tapi kak, saya belum ijin ke…”

“Udah nanti teteh yang bilang ke si Mamah,” Teteh memotong kata-kata ku, sambil tersenyum padamu.

“Makasih ya Mbak,” Ucapmu sambil membalas senyum Teteh.

“Atuh jangan panggil Mbak, saya mah bukan mba mba, panggil aja Teteh,” mendengar jawaban Teteh sebenarnya ingin tertawa, namun dengan cepat aku tinggalkan kalian berjalan kelapangan, karena takut jadi pusat perhatian lagi jika berjalan berdua dengan mu.

CERITA SAHABATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang