SAMPAI MATI @NopiAyu

43 5 16
                                    

Nama : Nopi Ayu NS.

Judul : Sampai Mati

Songfic : Randy Pangalila – Takkan Terpisah

Dahiku mengernyit melihat Davin sudah ada di sana, duduk dengan wajah berseri dan pakain rapi. Kulihat jam di ponsel seraya menarik sebelah earphone yang terpaut di telinga. Dua jam lebih awal dari waktu yang dijanjikan.

Tumben. Pikirku. Aku pun segera menyusulnya duduk di salah satu bangku yang berjajar di pingir sungai. Setelah duduk, aku menoleh ke arahnya dan tersenyum.

“Tumben, kamu udah sampai?” tanyaku kemudian. Davin hanya tersenyum. “Boleh, aku ngomong sesuatu?” Davin mengangguk, “Entah kenapa, begitu liat kamu, aku ngerasa ada yang beda,” jelasku.

“Ini saatnya,” jawabnya singkat.

“Saat apa?” Davin tak langsung menjawab dan hanya tersenyum, membuatku semakin tak mengerti saja.

“Menuju di kehidupan yang abadi.”

Aku menggaruk tengkuk yang sama sekali tak gatal. “Hari ini aku datang lebih awal, karena aku ingin nulis,” jujurku, enggan menanggapi perubahan di diri Davin.

“Aku tahu,” sahutnya, membuat alisku seketika naik. Davin tersenyum lalu membasuh wajahku. Sentuhannya  pun berbeda. Dingin seperti angin. “aku tahu, kamu selalu datang dua jam lebih awal. Aku tahu, kamu sebenarnya sibuk. Tapi, sesibuk apapun kamu, kamu tetap punya waktu untukku.”

Aku melongo dengan otak penuh tanda tanya. Dari mana Davin tahu semua, padahal aku sama sekali tak pernah membicarakannya.

“Kita tidak punya banyak waktu. Aku tak ingin melewatkan waktu ini dengan percuma,” jelasnya.

“Siapa bilang? Aku punya banyak waktu untukmu,” tampikku. Ya, demi Davin, aku rela begadang semalaman, karena waktu yang biasanya aku gunakan untuk menulis, aku gunakan untuk menemui Davin. Terdengar gila, bukan? Tapi bukankah cinta itu memang gila.

Davin tersenyum, “Kamu akan tahu lima menit lagi,” jelasnya, “Apapun yang terjadi nanti, kamu harus tahu bahwa aku tetap mencintaimu. Sekalipun nanti raga kita nggak akan pernah nyatu,” lanjutnya.

“Maksud kamu apa, sih? Aku nggak ngerti,” terangku apa adanya.

“Sebentar lagi kamu akan mengerti. Sekarang diamlah. Nikmati waktu yang tersisa di antara kita.”

Aku pun menuruti, berusaha menikmati suasana ini dalam diam. Angin membasuh tubuhku lembut membuat hati ini berdesir lagi. Ya, sejak kemarin sore, aku merasa ada yang janggal. Hatiku sama sekali tak bisa tenang, dan air mata tanpa sadar menetes. Berulang kali aku mencoba meyakinkan diri bahwa semua akan baik-baik saja. Tapi tetap saja tak bisa.

Sampai akhirnya, aku terlonjak karena suara ponsel di sampingku. Davin menoleh.

“Angkatlah, sekarang sudah waktunya,” ucapnya dengan tatapan sedih yang mendalam.

Aku merasa tak enak, karena membuat Davin kecewa. Aku ingin menolak panggilan ini, tapi tak bisa. Sepertinya, ada masalah dengan touch screen ponselku.

“Maaf, sepulang dari sini akan kubawa ke tempat servis,” ucapku menunjukkan ponsel dengan kikuk. Biasanya aku tak pernah seperti ini di depan Davin. Tapi tak tahu kenapa, hari ini aku sangat takut mengecewakan Davin.

Tangan Davin pun menahan tanganku yang ingin menonaktifkan ponsel, “Angkatlah!” perintahnya dengan nada kalem.

“Tapi touch screen-nya …,” aku tak melanjutkan ucapanku. Rasanya sangat berat menolak perintah Davin ini. Dengan perasaan ragu, aku pun menerima telepon itu. “ha, halo,” sapaku gugup.

CERITA SAHABATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang