HADIAH ISTIMEWA UNTUK MARSHA @ENDAH

69 5 36
                                    

HADIAH ISTIMEWA UNTUK MARSHA

Nama (Asli) Penulis: ENDAH SUSANTI WULANDARI

Suara ayam belum juga berkokok, namun sudah ada seorang  anak Adam yang memulai aktifitasnya. Anak itu bernama Marsha Renata Agustin. Dengan perlahan-lahan dibuka netranya. Setelah melakukan stretching, dia melipat selimut yang semalam menolongnya dari kedinginan. Lalu, dipandangnya penunjuk tanggal di meja belajar. Dia terkesiap. Dalam hati, dia berteriak kegirangan. Cihuy! Inilah hari yang kutunggu! Mama papa pasti sudah menyiapkan pesta untukku.

Dia pun bergegas menuju ke kamar mandi sambil bernyanyi kecil. Selesai mandi, dia memakai seragam sekolah dan berdandan. Tak lupa dia memakai sepatu. Semua dia  lakukan sendiri. Tanpa bantuan orang tua. Mencoba mandiri, katanya. Dia masih saja bersenandung saat mama memanggil untuk sarapan bersama.

“Kamu itu kenapa, Nak? Tumben bersenandung seperti itu?” tanya Mama Erlita keheranan.

“Ah, Mama … pasti inget dong ini tanggal berapa?” balas Marsha sambil mengedipkan mata.

“Tanggal? Ya ampun … ibu belum bayar tagihan PLN bulan ini,” kata Mama yang membuat Marsha manyun.

“Papa, pasti inget!” seru Marsha, memandang penuh harap. Namun, reaksi Papa sama saja.  

“Inget … kalau Papa harus mampir ke Pasar Elektronik untuk membeli kebutuhan kantor,” jawab Papa enteng.

Kok mereka gak ingat ulang tahunku ya? Aku ini anak kandung mereka bukan sich? Batinnya kesal.

“Pa, Ma … Marsha berangkat ke sekolah dulu. Nanti Marsha pulang terlambat karena ada les di sekolah,” pamitnya sambil mencium tangan mereka, sementara tangan kiri memegang sandwich yang tinggal separuh.

“Papa juga, Ma,” ucap Papa, mengecup pipi belahan jiwanya itu.

“Hati-hati di jalan, Pa. Antar anak kita sampai di tujuan ya?”

Papa mengacungkan jempolnya, tanda setuju. Diambilnya kunci mobil yang tergantung di tembok dan mengajak anaknya untuk berangkat bersama.

Cekrik cekrik …

Pintu mobil pun terbuka. Tak seperti biasanya, Marsha memilih duduk di belakang.  Papa menghela napas sebentar, lalu menutup pintu mobil. Dan mobil pun melaju meninggalkan rumah yang-kata orang-mirip istana itu.

Di sepanjang jalan menuju sekolah, tidak ada suara gelak tawa di antara mereka. Seolah mereka terbawa pikiran masing-masing. Lima belas menit kemudian, mereka sampai di pintu gerbang SD Pelita Harapan Bunda, dimana Marsha bersekolah. Marsha turun dan mengecup punggung tangan Papanya. Setelah memastikan Marsha sudah bersama dengan temannya, Papa melanjutkan perjalanannya menuju kantor.

***

Kring … kring …

“Ya, Ma,” begitu jawab Papa saat mendengar suara dari seberang.

“Iya, nanti aku mampir ke Toko MUTIARA HATI untuk membeli kebutuhan pesta nanti malam.”

“Sama-sama. Love you, too.”

Komunikasi pun terputus. Sekarang, Papa memfokuskan dirinya untuk bekerja. Bagi waktu antara bekerja dan urusan keluarga.

Sementara itu, di rumah Mama sudah mulai sibuk.  Membersihkan, merapikan, mengepel dan menghias ruang tamu yang sedianya akan digunakan untuk merayakan ulang tahun Marsha. Setelah satu jam penuh, Mama beralih ke dapur. Mengecek apakah semua bahan yang diperlukan untuk menjamu para tamu sudah terbeli semua apa belum? Sepertinya sudah semua. Sekarang, aku akan membuat kue ulang tahunnya dulu. Gumamnya.

Akhirnya, semuanya sudah selesai tepat jam 1 siang. Makanan dan minuman sudah tersimpan aman di lemari. Tinggal menunggu kepulangan Marsha dan Papa.

***

“Aku pulang!” teriak Marsha begitu sampai rumah. Namun, tak ada jawaban. Marsha pun mencari ke segala sudut ruangan. Hasilnya tetap nihil. Mungkin, Papa mama lagi pergi. Baiklah, aku ganti baju dulu.  Marsha pun melangkahkan kakinya ke kamarnya.

Di kamar, dia menyalakan tape recorder yang terletak di meja belajar. Dia mencari saluran yang biasanya didengarkan.

“Hello, sobat Kusuma FM. Ada atensi yang masuk, nich. Coba kita buka. Ternyata, atensi ini ditujukan pada adik kita tercinta, Marsha Renata Agustin. Di tanganku sekarang ada selembar kertas berwana biru berisikan sebuah puisi tapi tidak ada nama pengirimnya. Baiklah, kakak bacakan buat adik Marsha Renata Agustin.

SENANDUNG ULANG TAHUN

Saat Sang Surya bersinar di ufuk timur

Ketika burung bernyanyi di atas pepohonan

Kaubuka netra, sambut hadirnya

Terbesit rasa penuh sukacita

Akhirnya, tibalah saat yang dinanti

Bertambah satu tahun usiamu kini

Terbayang sudah hamparan balon warna warni

Hiasan tanda pesta bermula

Dengarlah jua

Senandungku tentang ulang tahunmu

Terasa begitu damai di kalbu

Semoga kau dapat raih impian hidup

Wow, sungguh puisi yang indah, bukan? Untuk adik yang merayakan ulang tahun, kakak putarkan lagu yang gembira, yang berjudul SELAMAT ULANG TAHUN.

 Mendengar lagu itu diputar, tanpa sadar dia pun bersenandung lagi dan masuk ke kamar mandi. Selesai mandi, dia pun segera berdandan dan memakai baju favorit. Gaun berwarna merah jambu kesukaannya. Eh, ngapain aku pake baju ginian ya?khan, Papa mama nggak ngadain pesta. Bibirnya pun jadi manyun. Tiba-tiba, terdengar bunyi tulit tulit … dibacanya sms itu: Nak, kamu sudah cantik pake gaun itu. Sekarang, pergilah ke ruang tamu. Tanpa membalas, dia pun bergegas di ruang tamu.

Surprisee …

Teriak semua orang membahana. Ke dua orang tuanya mendekatinya, dan berkata, “Nak, ini kado dari kami … Bukalah!” Marsha pun membuka bungkusan berpita pink itu. Marsha jadi terharu dan memeluk mereka satu per satu.

“Terima kasih, Pa, Ma … kado ini sungguh berarti bagiku.” Orang tuanya tersenyum dan berkata, “Apapun akan kami lakukan asal kamu bahagia, Nak.” Tanpa disangka, sayup-sayup terdengar lagu Asal kau bahagia dari Armada. Mereka pun membaur dan bersuka cita dengan para tamu.



Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 01, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

CERITA SAHABATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang