Bagian 8

540 26 1
                                    

Bakso Nano-Nano 8

by: yanz


Kilas balik: di part sebelumnya Nathan nyaris memperkosa dendy tanpa perasaan, namun hal itu membuatnya merasa bersalah. Saat pikirannya kacau, berusaha mengalihkan perhatian dengan Munif, justru terjadi sweet moment yang membuat Nathan gelisah dan gugup. So.. Enjoy part 8

-Nathan POV-


Sore itu, setelah bermain dengan Munif aku pergi ke taman tengah kota yang biasa digunakan anak muda buat JJS itu. Aku cukup tersipu akan kejadian di rumah Munif kemarin, kelakuannya itu.. Benar-benar membuatku berdebar. Sifat hangatnya membuatku gemas selalu ingin bermanja..

Aku sempat berpikir jika dia akan menciumku, tapi ternyata aku salah.. Apa dia merasakan apa yang aku rasakan? Atau dia sama bingungnya dengan aku?

Ah.. Kenapa aku kepikiran itu terus sih.. Gak hanya Munif, Dendy juga. Niatnya mau nenangin diri bersama Munif, malah bikin tambah kepikiran.. Damn, mereka berdua sukses mengacak-acak hatiku.

Lalu, Aku bersepeda untuk merenggangkan ototku, dan sekarang aku berbaring di depan danau kecil, di tanah yang miring seperti bukit, aku berbaring di tahan yang penuh dengan rumput hijau. Sedangkan sepedaku kutaruh di atas.

Aku sedikit merasa bersalah sudah melecehkan Dendy waktu itu, dan saat itu juga jadi pertemuan terakhirku dengannya. Sudah seminggu Dendy tak pernah menampakan dirinya di hadapanku, dia bahkan bolos sekolah. Apa sekarang dia menyerah? Haaah.. Ini membuatku merasa bersalah.. Dia pasti tertekan sampai-sampai dia meninggalkan sekolahnya. Gila!!! Ini membuatku gak enak hati... Aku gelisah, jadi selalu kepikiran dia.

Umm memikirkan dia? Ga-gak.. Aku hanya merasa bersalah, dan itu normal.

Aku merasa jadi pemeran antagonis di suatu sinetron yang hobinya membully. Aku memang keterlaluan.

kutatap danau dengan mata nanar, sesekali kusembunyikan kepalaku di balik lutut. Haah.. Aku bernafas panjang, benar-benar menyesakkan.

Aku bangkit dan melempar batu ke danau, "DENDY! GUE MINTA MAAF!!" teriakkanku menggema, danau ini memang salah satu keunikannya yaitu bisa menggema jika berteriak.

"Serius kau minta maaf denganku?" ucap seseorang di atas. Tepat di balik pohon sedang menyunggingkan senyuman.

Mataku melotot, ah.. Dia datang, ini mimpi kan? Hmm kenapa aku harus memberikan ekspresi selebay ini? Aku berdehem dan memasang wajah sok cool.

Aku mendaki perlahan tanah miring itu dan berdiri tepat di depan Dendy. Aku menggaruk kepala tanda canggung.

"Duduk yuk.." Dendy menarik tanganku untuk duduk ke bangku panjang yang tak jauh dari sepedaku, kursi di pinggir jalan. Jalan yang biasanya dilewati para pesepeda or pejalan kaki. Kursi yang teduh karena berada tepat di bawah pohon yang rindang.

Aku dan Dendy hanya terdiam menatap hilir mudik orang-orang lewat, "Aku belum dengar, bisa kau ulangi teriakanmu tadi?" tantangnya.

Aku menatapnya sekilas, "Gue minta maaf..."

Dendy tersenyum manis dan memelukku dari samping, "Ok.. Tapi janji gak jahat lagi denganku dan.. Biarin aku selalu ada buat kamu?"

"Maruk lu!" cibirku sambil menarik pipi tembemnya. Dia membulatkan mata kemudian menggigit jariku.

"Aakhh.." pekikku.

"Ahahaha.. Dendy dilawan.."

Kami kembali terdiam dengan senyum-senyum salting, aku mungkin sedikit lega bisa kembali melihatnya dengan wajah ceria.

"Oh ya.." desisnya sambil meraih tas ranselnya, dia mengeluarkan sebuah kotak bekal.

"Apaan tuh?" tanyaku penasaran.

Dendy membuka kotak itu dan terlihat sebuah nasi putih, disampingnya ada udang dan jengkol tumis, terlihat merah kecoklatan, sungguh mengundang selera. "Aku sengaja memasaknya untukmu.. Aku mencoba mencari semua datamu, makanan favoritmu, warna favoritmu biru dan hitam, olah raga favoritmu basket, balapan, jogging dan bersepeda, tontonan favoritmu anime, film western dan bokep, tokoh kesukaanmu Sasuke, dan banyaaak lagi info yang aku dapat tentang kamu!!!" ucapnya panjang lebar dan dengan semangat berkobar.

Aku tersenyum pahit, "Gue pikir lu menyerah makanya menghilang seminggu ini.."

"Awalnya sih aku nyerah, kau membuatku badmood maksimal, aku bener-bener ilfil denganmu, benciii dan kau menyebalkan!!" ucapnya sambil mencubiti badanku dengan bringas.

"Aw aw.. Aargghh sakit woi.." aku menangkapi tangannya. "Lalu apa yang bikin lu berubah pikiran.."

"Cintaku... Sebenci apapun aku denganmu, aku terus kepikiran kamu, Than. Aku gak nyenyak tidur, gak nafsu makan, hidup gak bergairah yaaa pokoknya kaya mayat hidup. Aku gak bisa nahan cinta aku, aku pasrah. Aku rasain dan tetap berjuang. Kau tau? Nyaris tiap hari aku mengawasi gerak-gerikmu ditaman ini karena aku tau tiap sore kau pasti kesini."

Aku terpaku mendengar kalimat anak itu, dia mengesankan. Haah.. Sial, kenapa aku semakin menaruh simpati dengannya!!

"Hei.. Ngelamun aja, makan nih.. Bukannya kau sangat suka?" suruh Dendy.

Aku mengangguk pelan dan melahap masakan itu. Umm awesome.. Sial, kenapa masakan ini sangat lezat! Mengingatkanku akan bakso buatan Munif, masakan ini sama jenisnya, sangat kuat dan penuh rasa yang berbeda element. Seperti nano-nano..

Aku sedikit berkeringat juga karena pedas dan Dendy sudah siap sedia air mineral yang langsung dia minumkan denganku.

Aku menatapnya yang tersenyum manis, ingin rasanya aku gigit pipi itu dan bilang terimakasih banyak karena membuatku merasa berharga. Tapi aku gengsi, aku hanya diam.

Nanti dia geer dan mengira aku sudah mulai maho.. No! Big No! Aku lelaki sejati, gak mungkin homo.

Aku memakan masakan Dendy sangat lahap, hingga butiran nasi terakhir. Membuatku ketagihan saja, aku sangat takjub ternyata ada banyak cowok-cowok pandai memasak di dunia ini.

Aku mengacak rambutnya gemas, "Masakan lu luar biasa.." ucapku dengan senyuman merekah. Ok aku hanya ingin menghiburnya sedikit.

Wajahnya memerah dengan mata berbinar, "Benarkah?!!!" teriaknya girang sambil meraih tanganku.

Loh loh?

Aku langsung kikuk, dia mengarahkan tanganku ke dadanya, "Bisa dengar? Aku sangat berdebar bila di dekatmu!" ucapnya dengan melengkungkan bibir manis itu.

Aku mengerutkan kening, sekarang giliran dia yang mendekapku, meletakkan kepalanya di dadaku, "Wah.. Kau juga berdebar! Jangan-jangan kau juga gugup ya disisiku?!!" tanya Dendy ngarep.

"Gila... Itu artinya gue masih hidup, bodoh.. Jelas lah jantung gue berdebar.."

"Tapi kau berkeringat! Pasti panas dingin, meriang gak keruan ya bila di dekatku?" Dendy menaik-naikkan keningnya.

"Ngarep lu.. Gue cuma kepedesan karena masakan lu.. Eee jangan ngarep yang gak-gak lah.." ucapku seraya menjitak kepalanya.

Dia meringis kesakitan, "Katanya gak mau jahatin aku lagi!!" teriak Dendy merajuk.

Aku langsung mengusap-usap kepalanya dan merangkulnya, "Dasar bocah.. Gitu aja mewek.." ejekku.

"Siapa yang mewek coba! Ck nyebelin.." Dendy menarik hidungku.

Aku menjulurkan lidah, "Itu tadi manyun-manyun mau mewek kan? Dasar bocah!" aku menjitaknya kemudian berlari.

Dia membulatkan mata, gak mau kalah dia mengejarku, melempariku sendalnya tapi aku tetap tertawa-tawa dengan lidah menjulur, "Week kejar kalau bisa!"

"Awas kau Nathan.. Kutangkap kau!" Dendy menerjang bahuku, bergelantungan di leherku, aku masih tertawa geli. Aku Berputar-putar agar tubuhnya jatuh tapi dia menempel sangat erat denganku. Aku menariknya ke depan tubuhku.

Dia mengalungkan tangan di leherku, ketika aku menggelitikki ketiaknya dia langsung berlari, giliran aku yang iseng mengejarnya. Aku gelitiki dia kalau sudah dekat, "Ahahaha ampun.. Than, ampuuuunn ahahaha.." lirihnya memohon sambil menahan tanganku, hingga dia menerjangku, aku oleng dan kami tergulung ke bawah bukit tempat aku berbaring tadi.

Aku memeluknya dan kami terus berguling hingga akhirnya gulingan tubuh kami berhenti ketika sampai di dasar, sedikit lagi nyemplung ke danau.

Aku berada di atas tubuh Dendy, dia menatapku tanpa berkedip. Masih dengan tangan melingkar di leherku. Nafas menderu, rasanya atmosfer langsung berubah, aku serasa disihir sehingga membuatku takluk akan tatapan itu.

Aku mendekatkan wajah, menggesekkan hidung kami dengan mata terpejam. Aku merasakan sensasi itu mengalir di setiap darahku yang rasanya mendesir-desir hangat.

Otakku sudah tak mampu aku kendalikan, aku benamkan wajahku di lehernya, menghirup aroma tubuhnya yang lembut seperti bayi, kukecup dagunya, rahangnya, pipinya dan saat daging bibir kami mulai bersentuh aku dikejutkan oleh suara angsa di danau.

Astaga!

Aku baru ingat, sekarang berada di tempat umum. Aku bangun dari tubuhnya, memijit kepalaku. Aku memejamkan mata, astaga.. Ada apa dengan tubuhku? Kenapa aku bisa hilang kendali begini.

Aku normal.. Aku normal.. Aaaargghh..

Aku menutup kupingku yang berdengung, kepalaku pusing, aku mual..

"Hueeekkkk.." aku muntah hebat di danau itu, Dendy menepuk-nepuk punggungku.

"Nathan.. Kau kenapa?" tanya Dendy khawatir. Dia memelukku dari samping dan mengusap rambutku dengan lembut.

Aku menggeleng pelan.. "Gue tadi kekenyangan.. Lu sih banyak banget bawain makanannya.." ucapku.

Terlihat Dendy ingin menciumku, aku langsung membuang muka perlahan.

"Na-Nathan.. Kau marah lagi ya denganku?" lirihnya dengan nada ketakutan. Dia masih menggenggam tanganku erat.

Aku diam saja sambil menatap ke arah lain. "Maaf.." lirihnya dengan suara parau. Aku menengok, ternyata dia nyaris menangis dengan wajah yang sudah sedih. Aku gelabakan.. Jangan nangis ayolaah.. Aku lirik kanan-kiri. Ah lumayan sepi, orang-orang sedang di atas bukit.

Kukecup keningnya pelan, "Gue.. Gapapa.. Udah ah jangan nangis, udah kelas dua SMA juga.."

Senyumnya langsung melebar saat menatap wajahku, dia memelukku erat.

Aku berdiri, "Oh ya.. Lu tadi bawa sepeda juga kan? Gimana kalau kita balap sepeda?" ucapku mengalihkan pembicaraan.

"Ayook siapa takut!!" Dendy mengulurkan tangan dan aku pun menariknya untuk bangkit.

Kami berlari menuju ke atas.

Kami raih sepeda kami masing-masing, aku duduk dengan mantab begitupun Dendy. Dia melirikku dengan senyuman.

"Satu.. Dua.. Tiga!!!"

-------

"Orang tuamu mana?" tanya Dendy.

"Lagi kerja, paling entar tengah malam pulang.." ucapku.

Aku membawa Dendy ke rumah karena dia merengek-rengek ingin menginap, katanya dia lagi bermasalah dengan tante jahatnya itu. Aku sudah dengar semua cerita hidupnya yang pahit, kasihan sekali dia yatim piatu. Aku gak habis pikir orang seceria dia punya beban yang berat juga.

Dia menghempaskan badan ke kasur, "Empuk banget! Kaya ranjang kerajaan ya.. Geudeee!!" ucapnya lebay.

Aku mengeteki kepalanya dan mengacak-acak rambutnya, "Cepetan mandi.. Ngotorin kasur gue aja lu.." aku menarik tubuhnya untuk bangun.

Tapi dia kembali berbaring, "Gak ah.. Males... Lagi PW nih.."

"Ayo cepetan, bau ketek nih..." aku masih menarik-narik tangannya hingga dia terduduk.

"Gendoong!!" teriaknya dengan suara cempreng.

"Gila lu.. Manja amat..."

Dia malah menendang kakiku membuatku meringis, dia sendiri hanya tertawa.

Aku hanya berdecak, "Dasar bocah merepotkan.. Ayo sini..." aku melebarkan tangan, dengan semangat dia memeluk dan merekatkan tubuh denganku.

Aku cukup kewalahan menggendongnya walau kamar mandi tak begitu jauh.

Cowok itu walau keliatannya kurus tapi tetap saja badannya padat dibanding cewek, jadi walau keliatannya Dendy ringan tapi nyatanya beeraaaat..

Aku menghela nafas saat sampai di kamar mandi, dia turun dengan cepat, mengunci kamar mandinya dan melempar kuncinya dalam bak setelah itu dia tumpahkan sabun ke dalam bak itu hingga berbusa.

"Kena kau.." ucapnya sambil menjulurkan lidah.

Aku mencoba meraba bak mandi itu tapi dia menarik tanganku untuk berdiri berhadapan dengannya, "Look at meh~" desisnya manja. Aku sempat gelagapan, apa-apaan nih! Aku terpojok di dinding, kaku tak bisa apa-apa.

Dia melepaskan bajunya dan celananya dengan gaya erotis, aku tercengang. Apa-apaan anak ini. Dia menggodaku ck..

"Gue mau keluar aakh.." ucapku ketus.

"Kenapa, Than? Katanya kau normal~ harusnya kau biasa saja melihat tubuh sesamamu." desisnya kemudian menggigit bibir dengan gaya sok sexy.

Sial!!! Siaaaal... Kenapa aku panas dingin begini?!! Aaarghh.. Santai.. Santai Nathan, Nathan cowok normal, Nathan cowok sejati!!

Dendy meraba perutku, dia menaikkan bajuku kemudian dia lepaskan, "Ayo mandi bersama!" ucapnya dengan nada menggoda dan menempelkan badan kami.

Aku mulai melepaskan boxerku, sedangkan Dendy mulai berani melepaskan CDnya.

Terlihat ular ukuran medium berwarna putih kemerahan menggantung dan bergoyang nakal di sana. Aku menelan air liurku, sial sial.. Apa yang terjadi dengan hormonku?! Kenapa aku begini?

Dendy menyalakan shower, menari-nari sambil menggoyangkan pinggul dan meraba-raba dadanya sendiri.

Aku membuang muka kemudian dia menarikku ke air, dia mengalungkan tangannya di leherku, "Jangan ragu Nathan.. Kita hanya berdua.." desisnya sambil menggigit pelan kupingku.

Akhirnya, Aku menarik pinggangnya, meremas bokong kencangnya.

Aku lupa diri sekarang, aku melumat bibirnya dengan ganas, dia meraba tubuhku, kami bergesekan, mendesah dan.. Semua itu terlanjur terjadi..

BERSAMBUNG

Maafkan dendy yang nakal dan manja itu ya.. Dia memang naughty uke

Bakso Nano NanoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang