The Promise 8 🍁

71 6 3
                                    





  We dont know when the feeling is coming - ...








🌸🌸🌸






Hari ini adalah hari Senin. Hari yang paling Agatha benci. Karna di hari Senin pasti dia akan bangun kesiangan. Sudah jadi rutinitas tiap minggu malam selalu begadang sampai pagi untuk menonton film twillight kesukaannya. Meskipun sudah beribu kali gadis itu menonton tetap saja tidak pernah merasa bosan. Film itu bagai candu untuknya.

Mengisahkan cerita romantis tentang seorang vampire dan manusia yang dia fikir tidak akan pernah bisa bersatu. Air matanya tidak akan pernah habis untuk menangisi kisah Edward dan Bella, terkadang Mamahnya juga akan ikut menonton bersama menemaninya. Kedua orang itu sama-sama menyukai hal yg berbau romantis dan mengharukan. Tapi tidak untuk malam ini karna Shinta sang Mamah tengah di tawan oleh Juna di Kamarnya. Semoga saja tidak akan muncul Agatha yang lain lagi.

Saat melihat adegan kissing scene pipinya memerah. Mengingat kejadian kemarin sore saat di taman bersama Dafa yang kini menjadi kekasihnya.

Ciuman yang bukan pertama untuknya namun memberi kesan yang aneh di hatinya. Agatha hanya berharap jika kisah cinta mereka seperti Edward dan Bella dengan memblock kata vampire dan serigala pastinya. Gadis itu bergidik ngeri jika membayangkan Dafa adalah seorang vampire ?


Seperti biasa suara gaduh dari lantai dua selalu membuat kedua Orang tuanya menggeleng-geleng.
Saat ini Juna dan Sintha tengah sarapan pagi di meja makan.

"Pah anak kamu itu lho, masak tiap Senin selalu aja terlambat." Keluh Sintha.

Juna yang tengah menyendok nasi gorengnya kini menatap Sintha.

"Lho emang Mamah nggak bangunin tadi, biasanya juga Mamah temenin Atha tidur."

"Sok-sok lupa deh Papah, siapa yang semalem ngrengek minta di temenin. Mah Papah kangen kayaknya butuh pelukan Mamah malam ini."

Sintha mencibir sambil menirukan kata-kata Juna semalam.

Juna yang mendengar hal itu langsung terbatuk. Menggaruk tengkuknya sambil cengengesan. Istrinya memang berbahaya, selalu membuatnya rindu dan juga ketakutan saat sedang perang dingin.

"Oh ya, emang Papah bilang gitu semalem Mah? Kayaknya Papah semalem bilang badan lagi panas butuh selimut buat di peluk." Juna berkilah.

Sintha memutar bola matanya malas. Punya Suami yang recehnya setinggi langit membuatnya mesti bersabar pake plus-plus.

"Iyain aja dehh, biar Papah seneng." Kata Shinta mencibir lagi.

Juna menganga. Dari mana Istri tercintanya belajar bahasa gaul itu. Ini pasti karna pergaulannya, Juna akan membuntuti Istrinya mulai sekarang setelah dia membuntuti Agatha.

Terdengar bunyi suara sepatu menggema menuruni tangga. Dengan buru-buru Agatha mengambil roti bakar di piringnya melahap dengan cepat lalu meminum segelas susunya.

"Pelan-pelan princes kalo makan, terus Papah juga udah bilang jangan lari-lari di tangga." Ucap Juna tegas.

Jika menyangkut kebahagiaan dan keselamatan keluarganya Juna tidak akan menjadi seseorang yang serius.

Agatha menyengir lebar.

"Maaf Pah, Atha buru-buru. Perintah akan dilaksanakan Captain." Kata Agatha sambil mencium kedua tangan dan pipi Orang tuanya lalu berlari maraton seperti biasa.






The Promise_Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang