20

68 7 1
                                    

Jimin dan Chae Rin menghempaskan tubuh ke atas sofa,bersandar pada sofa lembutitu, menghilangkan lelah. Seharian berbelanja ternyata cukup menghabiskan energi dua sahabat itu. Sebenarnya tidak akan begitu lelah jika saja Jimin tidak cerewet dan menyeret Chae Rin berkeliling untuk membeli setelan jas yang murah. Iya, awalnya Jimin memang menolak mati-matian saat Chae Rin mengatakan akan membelikan satu untuknya di butik yang sama dengan Chae Rin membeli pakaiannya. Namun pada akhirnya setelah berkeliling satu mall, mereka kembali lagi ke butik awal. Jimin setuju pada Chae Rin pasalnya dimanapun ia mencari, uangnya tak cukup untuk dibagi antara setelan yang ingin ia beli dan kado yang akan dia belikan untuk Hani.

“Aku tidak pernah membayangkan shopping itu menyenangkan, Jim. Ya, walaupun lelah sih.” Chae Rin mengambil gelas yang baru disodorkan oleh pelayannya, “Ah, terima kasih Nona Shin. Kau sungguh menyelamatkan tenggorokanku.”

“Iya, Nona.” Pelayan itu pamit setelah memberikan minuman pada Chae Rin dan Jimin.

“Sebenarnya aku sungguh tidak enak padamu, Chae Rin.”

“Jimin bodoh! Tidak enak apanya.Kau ini, ck!” decak Chae Rin sebal. “Sudah, jangan dipikirkan!”

Jimin tersenyum, tersipu. Sebenarnya dia juga tidak tahu kenapa harus bersusah payah tampil dengan sebaik mungkin di pesta Hani. Membuka hati? Entahlah, Jimin tak tahu. Yang pasti besok dia harus tampil maksimal memberi persembahan suara dan permainan pianonya di ulang tahun Hani, seperti janjinya meskipun Hani kesal setengah mati saat Jimin bilang untuk tidak membayarnya. Jimin akan mempersembahkan sebaik mungkin sebagai teman yang baik, begitu katanya.

----*****----
“Selamat ulang tahun Hani,” ucap Chae Rin sambil memeluk Go Hani dan menepuk punggungnya lembut.

“Terima kasih untuk mengucapkannya lagi, padahal kau sudah ucapkan tadi pagi hehe …” goda Hani sambil mencolek lengan Chae Rin. “Mana kekasih kesayanganmu?”

“Dia bilang masih ada sedikit urusan, jadi akan terlambat.”

“Oh begitu.” Hani menganggukkan kepalanya.

“Go Hani,” Panggil seorang gadis yang berdiri tak jauh dari Hani dan Chae Rin.

Keduanya menoleh. Bahu Chae Rin bergidik melihat Yoobin yang menghampirinya dan Hani. Bagaimanapun, pertemuan dua kali mereka sebelumnya benar-benar tidak baik. Belum lagi berita tentang pelabrakan Yoobin padanya yang terdengar teman-teman satu sekolah membuat Chae Rin sedikit canggung.

“Oh, kau?” tanya Hani.

“Selamat ulang tahun, Hani. Terima kasih untuk tidak mengundangku.”

“Maaf ya. Jungkook tidak mengizinkan.”

“Tidak masalah. Yang penting aku sudah disini. Aku tunangannya Jungkook. Akan terlihat aneh jika aku tidak datang.” Yoobin melirik Chae Rin, “Dan ya … jangan cemas. Aku tidak akan membuat masalah dengan gadis itu,” tunjuknya pada Chae Rin.

Hani mengangguk. “Kau silahkan menikmati pestanya. Aku akan berkeliling menghampiri teman-temanku.” Hani menggandeng Chae Rin, membuat Yoobin berdecak sebal.

“Yoon Chae Rin!” panggil Yoobin sebelum Hani dan Chae Rin melangkah jauh. Chae Rin berbalik badan kembali. “Aku tidak akan berperang melawanmu. Tapi kau harus tahu posisimu. Jungkook itu tunanganku.”

Chae Rin menghela napas, berbalik dan mengikuti langkah Hani yang membawanya pergi dari Yoobin. Hani memang penyelamat. Chae Rin sungguh enggan berlama-lama di dekat Yoobin.

“Chae Rin, dimana Park Jimin?”

“Sedang memarkirkan mobil. Maaf ya menjadikannya supir hari ini. Appanya Jimin sedang sakit dan Jimin berkeras untuk menyetir hari ini.”

Heirs in the trap || Kim Seokjin [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang