10. Bahagia dan Luka

499 37 38
                                    

10

Bahagia dan Luka

"Orang-orang begitu bahagia dengan mencinta. Namun kita tak pernah bisa mencintai tanpa terluka."

🍃🍃🍃

.

Bandung, Januari 2014.

Ujian akhir semester sudah berakhir, kini para mahasiswa sedang dalam masa tenangㅡentah tegangㅡmenunggu hasil nilai UAS yang akan diberikan oleh dosen mereka.

Fatimah sendiri jarang ke kampus jika tidak ada kegiatan penting, hari ini pun ia datang karena harus rapat tentang seminar yang akan diadakan kurang lebih satu minggu lagi. Dan lagi, Fathir memberitahunya kalau hari ini ia datang ke kampus karena ada urusan penting. Memicu semangatnya untuk berangkat ke kampus.

Fatimah tidak bertanya urusan apa, ia tidak ingin terlalu ikut campur. Biar saja ia melakukan aktivitasnya sendiri. Namun, Fatimah juga menjadi gugup jika nanti bertemu dengannya. Setelah percakapan di malam hujan waktu ituㅡserta ungkapan perasaannya, perlakuan Fathir memang lebih manis dan perhatian padanya. Namun, ia belum pernah bertemu lagi dengan pria itu.

"Aduh!" Fatimah mengaduh karena seseorang menepuk punggungnya keras. Ia menoleh pada sahabatnya. "Apa sih, Ris?"

Risa memutar bola mata. "Kamu lagi mikirin apa sih? Dari tadi aku ngoceh nggak kamu anggep, sebel deh!"

Fatimah nyengir sambil menggaruk kepala yang tidak gatal, "Eh, uhm... sorry. Emang kamu ngomong apa?"

Helaan napas kasar keluar dari mulut Risa. Ya, ia sudah biasa dicuekkin oleh sahabatnya itu. Tapi tetap saja rasanya menyebalkan. "Nggak jadi," ketusnya.

Fatimah memeluk Risa. "Jangan ngambek dooong...."

Risa menahan tawa, jarang-jarang Fatimah seperti ini. "Apa sih, gak usah peluk-peluk. Aku lagi kesel!"

Fatimah semakin cemberut. "Maaaff...," sesalnya. Ia sadar, ia seringkali tak mengacuhkan orang sekitarnya. Karena itu ia merasa sangat bersalah.

"Aku mau maafin kamu tapi kamu harus bilang apa yang lagi kamu pikirin."

Fatimah melepas tangannya dari Risa. "Aku traktir bakso deh!"

"Ck! Hari ini udah ada yang mau nraktir aku tahu! Kasih tahu apa susahnya, sih?" Risa berkacak pinggang.

Fatimah menunduk, sepertinya Risa benar-benar sudah kesal padanya. Apa boleh buat, ia harus menebus kesalahannya. "Hari ini Kak Fathir ke kampus," ujar Fatimah pelan. Menggantung. Risa menunggu ucapan selanjutnya dengan sabar, tapi Fatimah tak kunjung bicara.

"Lalu? Memangnya kenapa?" tanyanya tak sabar.

"Nggak papa sih, cuman lagi gak mau ketemu ...."

Menggantung lagi. Risa jadi gregetan. Ia menatap Fatimah curiga. "Kenapa? Kalian lagi marahan?"

"Ha? Eng-nggak. Bukan begitu...."

Sekeping Rasa di Balik Luka (ON HOLD)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang