12
Haluan Takdir
"Lagi-lagi takdir putar haluan begitu saja, tanpa aba-aba, tanpa peringatan. Yang tadinya terlihat sempurna, sekarang rusak. Dan tak 'kan pernah sama lagi." -ardihmd
💦💦💦
.
Bandung, Januari 2014
"Dia tidak mengganggumu lagi, kan?" Risa bertanya sambil memakan jajanan yang baru ia beli di kantin. Fatimah hanya menggeleng sebagai jawaban."Bagus deh," ujarnya lagi masih dengan mulut penuh siomay.
Memang, setelah seminar selelsai, Fatimah tidak lagi melihat pria itu. Mungkin ia sudah sadar dan berubah pikiran untuk menemuinya. Dan sekarang, ia sedang duduk di bangku taman ditemani Risa yang sibuk memakan jajanannya.
"Udah. Nggak usah dipikirin," ujar Risa lagi yang melihat sahabatnya malah termenung.
Fatimah hanya tersenyum tipis, "Makasih, ya Ris. Maaf juga selalu ngerepotin kamu."
Risa mengibaskan tangannya. "Tidak ada kata maaf dan terima kasih bagi sepasang sahabat, oke?"
Fatimah tersenyum. Ia merasa begitu beruntung bertemu dengan Risa. "Oh!" Fatimah seperti teringat sesuatu. "Apa kamu akan putus dengan Reyhan?"
Risa tersedak. "Ya ampun Fatimah, yang benar saja!" dengkusnya.
Fatimah merenggut. Melipat tangan di dada. "Kenapa enggak? Omongan Kak Fahmi sama sekali gak masuk ke hatimu, huh? Sudahi, atau halalkan, Risa."
Risa menghela napas. "Duh, Fat! Jangan terlalu serius deh, kita pacaran itu buat have fun aja! Apa salahnya menikmati masa-masa lajang sebelum terikat komitmen?"
"Tentu aja salah, Risa ....ㅡ"
"Aduduuh udah deh, kamu lama-lama kayak Fahmi tahu gak?" sungut Risa kesal.
"Fahmi?"ㅡFatimah mengerutkan keningㅡ"Sejak kapan kamu manggil Kak Fahmi tanpa 'Kak'?"
Risa gelagapan lalu tertawa sumbang. "Hahaha. Sejak tadi! Lagi kesel sih sama tu orang, makanya gak sengaja manggil nama doang."
Fatimah menyipit namun Risa cepat-cepat mengalihkan pembicaraan. "Kamu langsung pulang nggak?" tanyanya.
"Enggak, nanti ada rapat evaluasi dulu. Abis itu aku harus ketemu Pak Ridwan, nyerahin tugas akhir." Fatimah menghela napas. Ia telat bukan karena malas, tapi karena ia tidak datang berhari-hari ke kampusㅡdemi menjauhi Fathir. Dan hari ini kesempatan terakhir untuk menyelamatkan nilainya.
Risa mengangguk paham. "Ya udah kalau gitu aku temenin sampe kamu rapat, ya!" ujar Risa dengan entengnya. Fatimah tersenyum. Sepertinya sahabatnya begitu takut Fathir akan menemuinya.
"Aku baik-baik aja, Ris. Makasih ya."
Risa berdecak. "Sekali lagi bilang makasih, aku cium, kamu!"
Lalu Fatimah tergelak. Dan mereka kembali bersenda gurau.
Dari tempatnya berdiri, Fathir memerhatikan Fatimah dalam diam. Melihatnya bisa tertawa dan bercanda seperti itu, sepertinya gadis itu baik-baik saja. Lantas, ia tersenyum ketir. Ia begitu takut Fatimah terluka dan terpuruk karenanya. Makanya, ia berusaha keras untuk bisa berbicara dengannya.
Namun nyatanya, gadis itu terlihat baik-baik saja. Ia merasa lega, namun ada sudut hatinya yang berkata lain. Itu artinya, ia tidak terlalu berarti untuknya, bukan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Sekeping Rasa di Balik Luka (ON HOLD)
General FictionRasa, memang begitu hebatnya. Cinta, memang begitu dahsyatnya. Bisa menjadikan sumber harapan, atau sumber keputusasaan. Ketika hadir, cinta di atas cinta. Sekeping rasa yang tak seharusnya ada. Sekeping rasa yang ia biarkan tumbuh namun malah meni...