Ketujuh

39 9 5
                                    

" Hall-lo...," kata Althaf santai.

"BALIKIN JAKET GUE ! "

Althaf hanya tersenyum licik,ia tidak mau merusak indera pendengarannya hanya karena mendengar omelan-omelan Erwin . segera saja Althaf tutup ponselnya, dan melangkah pergi meninggalkan toko itu cepat-cepat.

Kalau bisa dibilang ,udara hari ini sangat pengap dan panas. Terik matahari ikut andil berperan menjadikan hari ini jadi panas dan pengap .Polusi dari asap kendaraan bermotor mengepul terbang menguap ke langit-langit.

Bukan hanya polusi ada juga masalah yang tidak pergi dari kota ini. Masalah yang terus-menerus tidak terselesaikan bertahun-tahun lamanya ,siapa lagi kalau bukan,macet.

Althaf berjalan santai,dengan bangganya ia menunjukkan betapa bebasnya ia bisa berjalan dengan sangat leluasa. Beberapa kali ia menepuk pundak pengendara motor dan berkata " Saya duluan ya mas..."

Dan lagi " Mbak ,sabar ya. "

Intinya,Althaf bertingkah aneh-aneh. Sedang orang yang ia ajak bicara tadi memendam perasaan kesal. Karena mereka pikir tindakan Althaf seperti meledek tapi dengan cara halus,namun walau begitu itu lebih menyakitkan.

Althaf tiba di pertigaan,ia terdiam sebentar dan berpikir. Kalau ia melewati jalan yang kiri ,ia takut akan bertemu orang-orang yang melukainya kemarin. Tapi kalau belok ke kanan,jalannya lebih jauh daripada jalan yang kiri.

" Tak apalah,keselamatan itu yang utama," gumam Althaf.


Althaf sampai dirumahnya,lebih tepatnya rumah pemberian Ayahnya.

Dalam kegelisahan itu,Althaf membuka pintu, tapi sebelum daun pintu tersebut bergerak di dorongnya. Althaf mengangkat tangan dan berdo'a ,semoga Ibunya sedang ada di luar rumah. Karena kalau tidak...

Tangan Althaf membuka pintu itu dengan mantap,lantas apa yang ia dapati....

Bukan hanya kaget tidak percaya namun lebih dari itu,jantung Althaf rasanya sudah mau copot. Althaf mematung ditempat melihat siapa orang yang ada di depannya sekarang.

" Bagus ya...."

" bagus bagus..."

" NGAPAIN BARU PULANG ! KEMANA AJA KAMU ?! KEMANA ?! " bentak Bu Dewi pada Althaf yang terus menjerit-jerit mendapat jeweran dari ibundanya.

" Ma ,udah Ma. Lepasin kuping Althaf. Ahhh...sakit Ma," adu Althaf yang berharap Mama nya mau menuruti permintaanya.

" Sakit ? Kamu bilang sakit ? Kemana aja semalem ?! He ! Jawab Mama ! "

" Iy ....iya ,tapi lepasin dulu kuping Althaf. "

Iya, permintaan itu terpenuhi juga. Dengan meringis-ringis ,Althaf belai daun telinganya yang terasa nyeri.

" Udah,jelasin ," pinta Bu Dewi sambil berkacak pinggang.

" Ayo jelasin ke Mama! " kedua kalinya Bu Dewi meminta .

" Iya,tapi Althaf masuk rumah dulu. Capek," ucap Althaf beralasan.

Bu Dewi menyingkirkan tubuhnya dari ambang pintu dan membiarkan anak semata wayangnya masuk menghirup udara dingin Air Conditioners di dalam.

ALTADEEVATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang