Ketigabelas

25 6 0
                                    

Kak Syifa sampai dirumah dengan kaki menghentak-hentak. Bunda yang jelas-jelas duduk di ruang tamu di hiraukannya begitu saja.

Bunda bingung dengan apa yang terjadi pada putri pertamanya itu ? Sepertinya ada sesuatu hal yang terjadi ,tapi apa ?

Ia mencoba membuntuti putrinya yang lebih dulu naik ke atas,namun hal itu tertunda dengan ketukan pintu dari seorang tamu.

Bunda membukakan pintu dan di sana seorang perempuan mungkin sebaya dengannya berdiri dengan senyuman yang manis.

" Ini pasti Sarah ya,Bunda nya Syifa ," tebak Bu Dewi.

Bunda balik tersenyum, " Iya,saya Bundanya Syifa. Mari masuk," ajak Bunda.

Seluruh penjuru ruangan Bu Dewi itari dengan matanya yang lentik. Menurutnya rumah itu sudah banyak perubahan semenjak menjadi milik keluarga ini. Warna cat dan kursinya saja sudah di ganti.

" Silahkan di minum tehnya," Kata Bunda.

Bu Dewi menyeruput teh sedikit ,lalu meletakkan cangkir itu kembali ke atas meja.

" Eh ,Jeng-"

" Panggil saya Sarah saja," potong Bunda.

" Oh iya,Sarah. Makasih lhoh buat oleh-olehnya ,jadi ngerepotin," kata Bu Dewi sambil meneguk teh kembali.

" Nggak ngerepotin kok,kan sekarang kita udah jadi tetangga. Jadi,nggak ada yang namanya ngerepotin," ujar Bunda .

Percakapan panjang Bu Dewi dan Bunda Sarah masih berlanjut ,tapi kita tinggalkan sejenak mereka hanyut dalam keakraban yang baru saja tercipta dan menengok apa yang terjadi antara Syifa dan Adeeva sekarang.

" Adeeva buka pintunya !!! " teriak Kak Syifa seraya mengedor-ngedor pintu kamar adiknya berkali-kali.

Dengan earphone yang menempel di kedua telinganya, bagaimana mungkin gadis itu akan mendengar teriakan kakaknya ?

Adeeva membuka ,bukan membuka pintu melainkan membuka kulit kuaci lalu melemparkan bijinya ke dalam rongga mulut dan mengunyahnya perlahan.

" Adeeva !!! Buka pintunya !!! " teriak lagi Kak Syifa yang makin terbawa emosi.

Pintu berbahan kayu tersebut terus di tampar-tampar oleh telapak tangan Kak Syifa yang mulai memerah.

Sedang Adeeva menyadari ponsel di sampingnya menyala tiba-tiba menandakan ada panggilan masuk. Adeeva melepas aerphone-nya dan bergegas mengangkat ponselnya.

" Assalamualaikum."

" Iya."

" Beneran udah dapat alamatnya ?"

" Adeeva !!! Kakak mau masuk ! " pinta Kak Syifa dari luar.

" Sebentar saya catat," tukas Adeeva lalu menarik secarik kertas dan bolpoin dari meja belajar.

" Jalan Garuda betul ? "

" Perumahan Asri nomor 678 ? "

" Oke, makasih ya," balas Adeeva pada orang yang menelponnya.

" Adeeva.... Kakak mau kasih kejuta nih," bujuk Kak Syifa .

Handle pintu tersebut bergerak membuka pintu menampilkan sosok yang dari tadi Kak Syifa panggil. Tanpa permisi atau apa,ia masuk menyingkirkan Adeeva dari daun pintu.

" Kakak kenapa sih ? " tanya Adeeva .

Adeeva membalikkan badannya setelah menutup pintu,ia berdiri pas di depan kakaknya yang duduk di kasur dengan melipat tangan.

ALTADEEVATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang