Ketujuhbelas

29 7 0
                                    

👇
👇
👇
👇
Sampai
____________________________
____________________________

Langkah-langkah kecil membawa gadis berseragamkan putih abu-abu dan tas punggung hitam miliknya. Sesekali ia memungut sampah yang tergeletak di trotoar,tempat gadis itu berjalan. Setumpuk plastik buangan ia genggam dan memasukkannya ke dalam tong sampah yang tersedia.

Tangannya ia tepuk-tepukkan agar debu-debu yang menempel berkurang dari telapak tangannya.

Mata gadis itu menoleh ke belakang, mencari keberadaan seseorang.

" Ya Allah ,lindungi hamba."

Apapun yang terjadi Adeeva sudah menyerahkan kekuatan terbaik untuk keamanan dirinya ke pemilik semesta alam,Allah SWT.

Dengan yakin,Adeeva melanjutkan laju jalannya. Beberapa meter setelahnya,orang yang di rasa Adeeva menikutinya itu sudah pergi. Adeeva mengucap syukur,Alhamdulilah. Ia sangat lega,tidak ada lagi rasa ketar-ketir di jiwa dan ia tidak perlu cemas akan terjadi apa-apa .

Kecemasan yang membeludak tadi itu membuat Adeeva haus. Ia butuh pasokan air agar tidak dehidrasi berlebih.

Mampirlah dia ke minimarket pinggir jalan yang ia lalui. Penjaga toko itu menyapa Adeeva dengan ramah,Adeeva balik tersenyum.

Mendekat ke sebuah freezer ,mengambil sebotol teh dingin. Lantas membayarkannya ke kasir dan keluar . Deeva duduk sejenak menghabiskan teh itu.

Dua menit tertelan hari,Adeeva yang hendak mengarungi jalannya ke rumah terhenti dengan kehadiran Althaf yang memarkirkan motornya pas di sampingnya.

" Kok nggak ke kampus ? " selidik Adeeva.

" Lagi sakit," ucap Althaf singkat padat nan jelas.

" Sakit ? Emm...,kok aku nggak percaya ya ? " timpal Adeeva ragu.

Althaf mendesah berat, cepat ia menarik telapak tangan  gadis itu ke dahinya.

" Panaskan ? "

Suara dentuman dari pemilik jantung,Adeeva Afsheen Myesha itu terdengar olehnya dengan begitu jelas. Semua sarafnya serasa mati rasa,bibirnya tiba-tiba tak dapat bicara.

" Mungkinkah ini yang di rasa Kasih saat melihat ZeinBeginikah ? Kenapa,kenapa aku gemetar . Ada apa dengan diriku ? "

Terbangun,Adeeva melesat menarik tangannya.

" Bukan mahrom,halal juga nggak," kata Adeeva sewot.

" Maaf. Ngomong-ngomong kamu beli apaan ?" tanya Althaf basa-basi.

" Nih," balas Deeva memperlihatkan botol kosong.

" Harganya berapa ? " tanya Althaf yang mendadak kehilangan kamus kata-kata.

" Kamu juga mau beli ? " tanya Adeeva balik.

" Nggak," balas Althaf diiringi tawa kecil.

" Eh ,sepatu kamu bagus ya...."

Pandangan Adeeva menuju arah kaki yang di balut sepatu berwarna hitam dengan beberapa gores hijau tosca.

ALTADEEVATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang