Breath | 4

350 51 31
                                    

Just One Day - BTS

Kala mega disiram corak kemerah-merahan oleh baskara, bersamaan dengan senandung sukacita dari tiga orang dewasa yang dilantunkan sepanjang pertemuan muda, maka di sanalah bersemayam interpretasi kebahagiaan yang sesungguhnya. Di mana dua orang saling berbicara lewat rangkai bahasa, satu lagi memetik senar gitar menaiki anak tangga para nada. Bernaung senja, beralas irama, melodi-melodi terlempar dari hati yang membuncah bahagia. Akhir pekan menguras teko gembira sampai jadi kerontang isinya, saat itu pula mereka tidak peduli apa-apa lagi soal dunia. Akhir pekan milik mereka; orang-orang yang lari dari lejar ihwal kosmos bobrok bernama dunia untuk cari kesenangan selintas putari cakrawala.

Di atas kursi kayu dengan serat-serat halus masih cerah, Jimin duduk bersama gurat muka bahagia. Berdendang lagu kebanggaan mereka sampai bibirnya seakan berbusa, ditemani Taehyung yang duduk menyilang kaki di hadapannya. Sedangkan Rosé lebih suka duduk di atas karpet bulu, memangku gitar penuh hati-hati, memetik senar dengan gelagat menjiwai.

Kegiatan ini yang tak pernah mereka hapus dari memori walau sudah ambil jatah cuti musim panas berhari-hari. Mereka sempatkan diri untuk melaksanakan ritual ini; bernyanyi di rooftop ditemani semilir angin sore hari tiap akhir pekan, tentu seminggu sekali. Dengan sistem bergilir dari rumah ke rumah. Di pekan awal, rooftop rumah Rosé jadi sasaran. Berlanjut pekan kedua, menembak rooftop rumah Taehyung sebagai pilihan. Dan sekarang adalah rooftop rumah Jimin yang ambil giliran.

Pada detik-detik paling bungsu yang terletak di sebanjar lirik lagu, Jimin ambil alih vokal utama. Di bibir Taehyung sudah tercecap kata-kata yang siap dilayangkan bersamaan dengan lirik dari Jimin.

Tubuh Jimin berhenti bergerak ke kanan atau ke kiri untuk nikmati betul-betul lirik akhir dari lagu. Taehyung pula lakukan yang sama.

Jimin dan Taehyung bernyanyi bersamaan, "Haruman neowa naega hamkkehal su itdamyeon."

Tiap alfabet penyusun lirik alunan melodi dililit ritme tepat tanpa falsifikasi merangkak datangi lubang telinga ketiga manusia yang dilanda bahagia di bawah langit senja.

Rosé menyongsong senyum setiap dihadiahi satu baris lirik terakhir untuk dinyanyikan seorang diri. Jemari lentik Rosé pelan-pelan memetik senar, kemudian labiumnya mulai bersuara, "Can you please stay with me?"

Petikan gitar berakhir, suara Rosé jadi ratu pada bagian kesayangannya, yaitu akhir di lagu tersebut. Disusul tepukan tangan dari Taehyung dan Jimin, diselingi kekeh tawa bahagia dari mereka.

"Astaga, aku selalu menyukai lagu ini!" pekik Taehyung.

Jimin hanya menanggapi dengan senyum. Biasanya, jika lagu wajib mereka sudah dilantingkan begini, maka sisa-sisa waktu yang dibiarkan menggantung sepi harus diisi dengan makanan-makanan atau semangkuk buah strawberry. Jadi daripada menunggu Taehyung teriak-teriak minta makan seperti orang gila di pinggir jalanan, alangkah baiknya bila dia mengambil makanan yang sudah Ibu sediakan lebih dahulu.

"Jim, mau ke mana?"

Tanda tanya yang menari-nari di udara itu berasal dari bibir Rosé. Jimin menghentikan langkah ketika hendak membuka pintu. Dia menengok sekilas, lalu menyahut ringkas, "Ambil makanan."

Punggung Jimin hilang di balik pintu. Rooftop rumah Jimin kini mendadak jadi hening. Dari kubu Rosé, ingin membuka topik percakapan tapi terasa sulit sekali padahal sebelumnya tidak pernah begini. Sedangkan dari kubu Taehyung, bibirnya seperti diberi lem paling ampuh untuk merekatkan sesuatu; anggap saja ia kehilangan kata-kata sampai bingung harus membicarakan apa.

[✓] BREATHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang