Sesenggukan rambat penuhi ruangan. Tirai terawang kroma putih tulang corak bunga lubang-lubang terbuka biarkan angin sepoi-sepoi masuk intip leleh likuid bening yang jatuh dari sepasang ujung kelopak mata terbuka. Tiga menit tanpa jeda sekali jadi membuat bawah mata yang disebut kantung sedikit kelihatan menghitam sembab. Bulu mata dibuat sayu seketika, sebab diguyur air asin pada pagi hari yang berkebalikan dari ceria. Seperempat jam sebelum likuid jatuh dari mata bagian kiri, dering telepon berbunyi nyaring bangunkan daksa yang damai berbaring di atas ranjang. Awal bangun berdiri raih ponsel kelimpungan seraya hapus kotoran dari ujung mata. Rosé dapat panggilan telepon dari papanya di Australia.
"Rosé tidak mau pindah ke sana, Pa," tolak Rosé tatkala ajakan paksaan dari sang papa terlantun lagi lewati telinga. Sialan, hanya karena panggilan ini ia jadi kelihatan jelek di depan cermin dengan mata sembab. Ia tarik oksigen, ajak mereka penuhi rongga dadanya yang terasa terimpit beton. Kemudian dengan berani menolak lagi, "Rosé tidak suka tinggal di sana. Rosé benci harus beradaptasi lagi, sedangkan di sini masih ada Jimin dan Tae yang harus Rosé temani."
"Membantah lagi, Moon Rosé?" Vokal rendah papanya menggelitik cuping hidung Rosé yang merona berhias lendir karena terlalu intens keluarkan ketidaksetujuan melalui air mata.
Rosé gigit bibir bawah saat itu juga karena apabila sang papa sudah menyebut nama panjangnya, maka probabilitas untuk keluar dari problematika rumit bergerigi ini jadi semakin kecil. Sungguhan, Rosé benar-benar ciut kalau sudah dipanggil seperti tadi oleh papa atau mamanya.
"Cepat atau lambat, kami akan menjemputmu secara paksa jika masih bersikukuh enggan tinggalkan Korea. Papa dan Mama ini khawatir denganmu, kami kesulitan menghubungi para pelayan dengan jam kerja perusahaan yang gila-gilaan seperti sekarang."
"Kalau Papa dan Mama butuh kabar, aku bisa mengabari kalian. Jadi apa susahnya sih, membiarkanku tinggal di Korea?" Rosé beranjak dari ranjang. Tungkai kembar polos ia tapakkan pada lantai, susuri jalan menuju meja rias dengan warna senada seperti tirai. Ibu jari ia gunakan untuk hapus sisa air mata yang menggenang sembari menanti jawaban dari seberang.
Helaan napas berat jadi simbol autentik dari sang papa bahwa keputusan sudah bulat dipintal laksana benang. "Sudah, jaga dirimu baik-baik sampai Papa menjemputmu. Jangan diet terlalu ketat, Papa menerimamu apa adanya. Papa sayang Rosé, sampai jumpa."
Sambungan terputus sebelum Rosé menjawab dengan benar sepenuhnya. Ia jatuhkan kepala ke atas permukaan meja rias dengan air mata yang kembali meleleh pelan dari sana. Bentuk anak sungai yang masih bayi hingga membuat dada Rosé jadi lebih baik lagi.
"Kejutan!"
Rosé buru-buru tengok arah sebaliknya agar orang yang baru saja datang tidak dapat lihat bahwa seorang Moon Rosé sedang menangis. Tidak, tidak ada yang boleh tahu kalau Rosé sedang menangis. Secepat kilat ia singkirkan air mata dari sepasang pipi, hapus kelembaban dari sana sebelum mereka tahu apa yang sedang terjadi.
"Astaga, apa Rosié kesayangan kami baru bangun tidur?" tanya Tae sambil curi ciuman dari pipi Rosé. Ia singkirkan beberapa alat rias dari atas meja dan mendaratkan bokong di sana, menatap Rosé yang masih kelihatan acak-acakan.
Jimin keluarkan tangan kiri yang sejak tadi bersemayam tampan di dalam kantung celana olahraganya. Dia dan Taehyung memang baru saja berolahraga sebentar, seperti berlari mengelilingi rumah Taehyung yang punya luas ampun-ampunan dan juga bersepeda sampai ke rumah Rosé. Tidak lelah, Jimin malah senang bila jantungnya berpacu cepat dengan alasan yang tepat. Jimin lantas arahkan tangan kanan untuk belai pipi Rosé yang terasa lembab, barangkali Rosé baru saja selesai cuci muka.
Jimin amati pantulan wajah Rosé dari cermin. Menyemat senyum sampai sentuh kantung mata hingga menjadi sipit, kemudian menyapa, "Selamat pagi, Rosé. Apa semalam tidurmu nyenyak?"

KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] BREATH
Mystery / ThrillerTERBIT Baru-baru ini Jimin selalu mendapati kejanggalan ketika setiap kali lampu rumah mengalami korsleting. Mulai dari ditemukannya surat kaleng dengan tulisan acak-acakan sampai tergeletaknya sebuah kotak aneh berisi bunga baby breath. Jimin yang...