Anemies - circumstances (can I love you); pertemuan

253 43 2
                                    

...
Enemies // Circumstances :(can I love you)

Enemies // Circumstances part34: pertemuan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Enemies // Circumstances part34: pertemuan.

.
.
.

Seuol, 30 Agustus 1981.

Tiga puluh tujuh tahun lalu yoon-ah hanyalah gadis kecil kesepian yang harus tumbuh tanpa seorangpun teman sebaya di sampingnya, keadaan tubuh yang lemah memaksa yoon-ah harus lebih sering berada di dalam rumah, sebab gadis itu mudah sakit dan lelah.

Tapi ia bahagia, setidaknya eomeoni dan abeoji selalu ada dan menyempatkan diri sekedar untuk berbicara pada yoon-ah, rumahnya dipenuhi para pekerja yang baik dan ramah beberapa dari mereka sering bermain di taman dengan yoon-ah sebelum tiba-tiba Jung Yong datang membawa dua anak asing ke rumah mereka dan mengatakan jika kedua anak itu akan jadi saudara Yoon-ah mulai dari saat itu.

Yoon-ah tersenyum cerah duduk di paviliun garden miliknya sambil bertopang dagu menatap kedua manusia sebaya dengannya yang baru datang kerumahnya ini tadi pagi.

"Aku Jiyeon" suara kecil itu mengalun ragu-ragu, in sung salah satu anak yang datang bersama jiyeong kecil pun tersenyum.

"Dia Jung Jiyeon, umurnya lima tahun... Aku Jo in sung sepuluh tahun" untuk pertama kalinya in sung merasa amat gugup saat berhadapan dengan orang lain apalagi orang yang lebih muda darinya.

Yoon-ah bangkit mendekat pada kedua orang yang sejak tadi tak pernah sekalipun melepaskan genggaman tangan mereka. Bibirnya menggerutu. "Kenapa kalian seperti takut pada ku" kedua halisnya beradu.

In sung hanya tersenyum gemas melihat tingkah kekanakan yoon-ah, dia anak perempuan tercantik yang pernah in sung temui selama itu, gadis dengan senyuman paling mengagumkan yang pernah ia lihat."Tidak, maaf, ayo" ajak bocah laki-laki itu wajahnya mendadak panas saat yoon-ah menyambut uluran tangannya.

"Aku Kim yoon-ah umur tujuh kalian sudah tahu kan "

...

Tiffany menoleh ke kiri dan ke kanan dengan gusar, sudah lewat lima belas menit dari waktu yang di janjikan tapi jiyong belum juga datang, Tiffany mulai ragu apa ini hanya kerjaan orang isang.

Sebelum seorang namja berambut cepak di salah satu bagian sisinya dengan pakaian lusuh dan wajah lebam-lebam mengambil alih kursi di seberang meja Tiffany.

"J-j jiyong-ssi?" Tanya Tiffany ragu, laki-laki tadi mengangguk kembali menyuapkan kentang goreng dari restoran cepat saji yang ada dalam saku jaketnya.

"Kau ingat aku?" Tanya jiyong cengengesan, Tiffany sedikit bingung dan tak yakin tapi ia rasa wajah lelaki ini tak asing untuknya. "Kau kenalan Taeyeon 'kan" tebak gadis itu disusul anggukan antusias dari laki-laki tadi.

"Aku dengar kau sedang mencari informasi tentang Jiyeon dan in sung dari pengurus panti yang kau temui tempo hari" jiyong melamun sejenak menatap kearah Tiffany, "kau benar-benar beda dengan bocah itu 'ya".

Mata Tiffany berotasi, mendadak jadi tak bersemangat sebab harus meladeni orang ini, "aku tak punya banyak waktu Jiyong-ssi ini sudah malam. Jadi bisa langsung ke intinya" Tiffany meminta dengan sopan.

"Oke" pria itu meringis sambil tersenyum, "aku Jiyong. Kakak laki-laki Jiyeon, dulu aku tinggal di panti asuhan itu bersama Jiyeon. Dia masih kecil saat seseorang mengadopsi ku dan membawa aku pergi dari panti, aku tak tahu apapun waktu itu. umur ku pun tak lebih dari tujuh tahun, aku tak ingat lagi tentang dia Sampai dua puluh tahun kemudian aku tahu jika aku hanya anak adopsi, dan mulai mencari tahu tentang kehidupan ku dulu. Orang tua angkat ku bilang jika aku berasal dari Korea, maka aku pergi ke sini. Lima tahun belakangan aku tahu jika Jiyeon adalah adik ku, dia dan seorang anak laki-laki lain diadopsi oleh sebuah keluarga, pengurus panti bilang mereka adalah Kim Jung Yoon dan istrinya. Aku mencari tahu tentang mereka dan menemukan fakta lain. Fakta yang lebih besar dari ekspektasi ku" jiyeong termenung sesaat, ada ketidak percayaan di dalam sorot matanya. Seolah sedang mengingat-ingat sesuatu yang ingin ia lupa.

"Jika aku dan adik ku adalah anak haram" laki-laki itu tercekat, "dari hubungan terlarang antara Jung Yoong dan perempuan bernama Han Ra-e seorang pekerja bar yang mati saat melahirkan." Tiffany bangkit tanpa sadar menggebrak meja, tak percaya dan lebih di dominasi rasa marah.

"Maksud mu kau dan Jiyeon adalah anak haram dari kakek ku" Tiffany mencibir, sedang jiyong tersenyum kecut menyayangkan fakta tadi.

"Aku ini paman mu 'loh" jiyong mengedipkan sebelah matanya kemudian tersenyum pada Tiffany yang telah kembali tenang di kursinya.

"Pengurus bilang kami di temukan di klinik, ibu ku tak bersama siapapun saat beliau mati. Petugas di sana tak tahu harus berbuat apa maka dari itu kami di kirim ke panti asuhan, dan mereka yang mengurus pemakaman. Lima tahun kemudian seorang pria datang menanyakan keberadaan sepasang anak yang mereka bawa dari klinik. Tapi sayang aku sudah tak di sana. Pengurus bilang akhirnya pria tadi tetap mengadopsi dua anak satu anak laki-laki seumur ku dan satu lagi adalah Jiyeon. Surprise! pria sialan itu Kim Jung yoong... Anak laki-laki nya adalah ayah mu. Hanya itu yang aku tahu... Dan ya, in Sung menikahi yoon-ah anak sah Jung Yoong" jiyong menoleh lalu lengannya terangkat memanggil seorang pelayan. "Paman mu ini lapar." bisik Jiyong disertai tawa.

Tiffany kian mematung, fakta-fakta ini semakin membuatnya bingung, meski sedikit dari kepingan-kepingan ucapan Taeyeon mulai terjawab seperti hubungan Jung Yong dan Jiyeon.

Tapi Tiffany yakin masih banyak fakta lain, masih banyak hal yang belum ia tahu sampai sekarang. Hal yang membuat Taeyeon begitu membenci in sung, Jiyeon dan yoon-ah.

...

Taeyeon melamun di dermaga danau, sore tadi Jiyong bilang jika ia akan menemui Tiffany, dan Taeyeon tak bisa berbuat apapun, ia juga tak berencana menyembunyikan ini dari adiknya. Tiffany harus tahu, cepat atau lambat kebohongan dan teka-teki di rumah ini pasti akan terbongkar.

Tapi pertanyaannya apa gadis itu siap menemukan jawaban lain, atau bahkan mengetahui sesuatu yang sama sekali tak ingin mereka ketahui.

Atau ada yang lebih parah, meski Taeyeon belum tahu itu apa.

Perasaan terdalamnya mengatakan jika mereka akan berpisah.

Taeyeon menoleh ke ponselnya yang sejak tadi berdering, lalu menekan tombol hijau pada layar, "ada apa" tanya gadis itu pada Yuri yang malah bungkam di sebrang telpon.

"Yuri."

"Rumah mu masih dipenuh wartawan? Kau dimana Taeyeon" suara si dark-dark manis tapi aneh tadi terdengar resah di sebrang telpon, Taeyeon bangkit. Jangan-jangan mereka diluar.

"Aku di dalam, kenapa kalian ke sini" sambil berjalan menuju mansion ia terus bertanya hal yang sama.

Hening lagi...

Taeyeon merasa mulai kesal, gadis itu bergernyit tak habis pikir oleh kelakuan gadis idiot ini.

"Perusahaan, kantor appa mu terbakar."

Key.

E n e m i e s // Circumstances : (Can I Love You)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang