"Jadi gimana? Pada setuju gak sama tugasnya masing-masing?" tanya Ricky setelah kelas terakhir pada hari itu selesai.
"Yauda, jadinya lo sama Devon nyari bahan, kan? Gw yang bakal edit semua dan tugas Widi untuk nge-print," tanyaku. Kurasa itu adalah percakapan pertama kami berempat setelah sekian lama kuliah di kelas yang sama.
"Hmm, ok!" jawab Widi singkat.
"Yauda kalo gitu, lo kerjain yang bener ye, Coy!" seru Devon kepada Ricky.
"Enak aja! Lo tuh yang bener!" balas Ricky sambil tertawa terkekeh.
Pada akhirnya, aku, Devon, Ricky dan Widi berada dalam satu kelompok. Bukan kami yang menginginkan hal itu, tapi dosen kami sendiri yang memilihkan kelompoknya, sedangkan Fero dan Indra masing-masing berada dalam kelompok yang berbeda.
Akhirnya kami berpisah, aku beralasan akan ke kamar kecil dahulu sebelum pulang agar aku tidak perlu bersama-sama mereka saat mengambil motor karena sepertinya kami parkir di tempat yang sama.
Aku berjalan keluar dari gedung Fakultas Sastra. Kampus itu memiliki keunikan tersendiri dalam urusan tata letak bangunan. Gedung Fakultas Sastra dibangun berdampingan dengan Fakultas Ekonomi di sisi kanan Kampus, sedangkan Fakultas Teknik dan Fakultas Kelautan berada di seberang kiri Kampus secara simetris.
Aku berjalan melewati Kantin Sastra tanpa menoleh sedikitpun kearah sana. Masing-masing dari Fakultas di Kampus itu memiliki sebuah ruang terbuka di sisi luar Fakultas yang biasa digunakan untuk berbagai kegiatan ataupun hanya untuk sekedar nongkrong, kami menyebutnya dengan sebutan Pendopo. Kantin Sastra berada di seberang Pendopo Sastra, karena itulah lebih banyak anak Sastra yang nongkrong disana ketimbang anak Ekonomi. Begitu juga dengan Fakultas Teknik dan Kelautan, mereka juga memiliki Kantin sendiri yang terletak di posisi yang sama secara simetris.
"Udah jam segini, masih banyak aja yang nongkrong," ujarku dalam hati.
Waktu menunjukkan pukul enam sore. "Untunglah tugas gw cuma nge-edit aja," gumamku. "Gw cuma perlu nunggu bahan presentasi dari mereka, gw edit dan serahin ke Widi. Gak perlu banyak komunikasi sama mereka," pikirku saat itu.
Aku tiba di tempat aku memarkir motorku. Dari tempat itu, aku bisa melihat kearah Pendopo Ekonomi, dan aku melayangkan pandanganku kearah sana selama beberapa waktu.
Berbeda dengan Pendopo Sastra yang selalu ramai, bahkan sampai sore hari seperti saat itu, seingatku, aku tidak pernah melihat ada anak-anak Ekonomi yang nongkrong di Pendopo Ekonomi bahkan saat siang hari. "Kok sepi banget, ya?" tanyaku dalam hati dan kemudian bergegas pulang.
❀❀❀❀❀
Kelas pertama di pagi hari, dua hari setelah kelompok kami terbentuk. Di kampus itu, jika kita masih semester satu, hampir semua mata kuliah yang kami ambil adalah mata kuliah wajib dan kelas yang kami ambil-pun sudah ditentukan sejak awal, itulah sebabnya hampir di semua mata kuliah, kami akan berada di kelas bersama dengan teman-teman yang sama, setiap harinya. Aku datang lebih pagi ketimbang ketiga anggota kelompokku, dan baru saja Ricky datang memasuki kelas.
"Pagi, Bro!" sapa Ricky yang untuk pertama kalinya, duduk di sebelahku.
"Pagi!" balasku singkat.
"Bahan gw udah hampir siap nih, nanti pas pulang kita kumpul dulu ya?" tanya Ricky.
"Ngapain??!" tanyaku dalam hati, namun aku memilih untuk tidak mengatakannya. Aku melihat Devon dan Widi memasuki ruang kelas secara bersamaan.
"Sini, Bro!" seru Ricky sambil menunjukkan dua bangku kosong yang berada di sebelah kirinya. Ya, keajaiban pertama hari itu, itu adalah pertama kalinya kami berempat duduk dalam baris yang sama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita Horor Remaja - Kisah Di Pendopo Ekonomi
HorrorEmpat orang remaja yang baru saja merasakan dunia perkuliahan mengalami beberapa kejadian aneh yang akhirnya menggiring mereka kehadapan tragedi yang pernah terjadi di Kampus mereka. Akankah mereka mengungkapkan fakta akan tragedi tersebut, ataukah...