BAB 14 - Awal Petaka

159 10 0
                                    


Suara hujan deras dan gelegar petir yang datang silih berganti menambah kesan seram pada malam itu. Aku takut untuk melihat, namun juga penasaran dengan apa yang sedang menarik kaosku dari belakang. Kupaksakan diriku untuk menoleh ke belakang, dan kulihatlah sebuah hanger yang menyangkut di bagian kerah kaosku.

"Bangs#t!!! Gw pikir apaan!!!" kataku memaki benda yang biasa digunakan untuk menggantung pakaian tersebut.

Aku langsung melanjutkan langkahku ke kamar mandi setelah berhasil melepaskan sangkutan hanger tersebut dari kaosku. Kuguyurkan segayung penuh air ketubuhku setelah melepaskan pakaian. Kuguyurkan lagi beberapa kali tubuhku dengan air yang terasa sangat dingin malam itu.

Beberapa kali air guyuran tersebut masuk ke dalam mataku karena aku tidak berani memejamkan mata, bahkan saat membersihkan rambutku. Kubiarkan mataku terus terbuka karena bayangan-bayangan aneh selalu muncul di dalam pikiranku ketika aku memejamkannya.

Dengan segera kukenakan pakaian dan bergegas ke kamarku tanpa menoleh sedikitpun ke arah gudang ketika aku selesai mandi. Kubaringkan tubuhku diatas kasur dan kuhidupkan komputer jinjingku begitu sampai di dalam kamarku.

Kuperiksa notifikasi di telepon genggamku, namun tetap tidak terlihat notifikasi yang kuharapkan kemunculannya. Rasa gelisah yang kurasakan membujukku untuk membuka aplikasi SNS berbentuk huruf F di telepon genggamku dan kuperiksa halaman profile Nana. Kulemparkan telepon genggamku kemudian setelah mengetahui kalau Nana baru saja meng-upload beberapa foto di halaman profile beberapa jam sebelumnya.

Bukan masalah foto yang membuat hatiku tambah gelisah, namun kenyataan kalau Nana tidak mengkonfirmasi permintaan pertemananku walaupun dia sudah membuka F*cebooknya-lah yang membuat aku makin putus asa.

Kubuka browser di komputer jinjingku dan kumainkan lagu secara acak di halaman website bernama Y*utube. Aku melamun sambil terus mendengarkan beberapa musik selama hampir dua jam lebih. Entah sudah berapa lagu yang kudengarkan, aku bahkan tidak tahu lagu siapa saja yang sudah kudengarkan saat itu, namun ada satu lagu yang menarik perhatianku. Entah kenapa lirik dalam lagu itu terasa sangat dingin dan sepi, namun membuatku ingin terus memutar lagu tersebut.

Sunday is gloomy
My hours are slumberless
Dearest the shadows
I live with are numberless

Little white flowers
Will never awaken you
Not where the black coach
Of sorrow has taken you

Angels have no thoughts
Of ever returning you
Would they be angry
If I thought of joining you

Gloomy Sunday

Lirik lagu tersebut terus mengalun seakan tidak ingin meninggalkan otakku. Beberapa kali aku mencoba untuk mendengarkan lagu lain, namun pada akhirnya aku kembali mendengarkan lagu tersebut.

Waktu menunjukkan pukul satu malam. Aku sendiri tidak sadar sudah berapa kali aku memutar lagu tersebut. Kutatap kaca jendela yang beberapa kali menampilkan kilatan petir. Angin yang berhembus kuat malam itu mengayunkan kain horden yang terpasang di jendela berulang kali. Bayangan yang terbentuk akibat kain horden yang berayun dan disinari cahaya dari kilatan petir tampak seperti orang yang sedang menari-nari bagiku.

Mungkin kalian bertanya, kenapa aku yang biasa berkelahi, justru sangat takut terhadap hal-hal yang berkaitan dengan mistis. Aku juga tidak tahu pasti apa penyebabnya, namun saat aku kecil, aku pernah beberapa kali mengalami hal-hal yang tidak logis.

Rumahku tersebut adalah rumah yang diwariskan oleh Nenekku. Aku sendiri tidak tahu kapan rumah tersebut dibangun, yang jelas rumah tersebut sudah masuk dalam kategori bangunan tua.

Cerita Horor Remaja - Kisah Di Pendopo EkonomiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang