Siapa dia?

37 10 0
                                    

Tapi, seperti nya ada yang aneh, bahuku terasa berat dan semakin nyeri. Entah, sungguh ini sangat sakit..

"Aaasshh..." Aku meringis kembali.

Kali ini rasa sakitnya bertambah. Tanganku tidak bisa menahan buku itu lebih lama,

"BRUAK!!!" Alhasil, buku itu terjatuh berserakan.

"AAAAAA...." Aku menjerit kecil.

"Sshhh.."sambil menggigit bibir.

"Ya Ampun.. Dek? Kamu gak apa-apa?" Tanya nya. Ia kebingungan, sambil berharap cemas memegang bahuku.

"Ayok.. kita ke UKS." Ucapnya sambil menuntunku perlahan.

Dengan berjalan tertatih tatih, aku memaksakan diri.

Pria itu? Ia menuntunku. Terlukis kecemasan Yang teramat di wajahnya.
Sesampai kami di UKS, ia segera membantuku duduk di sofa.
Dengan sigap ia lari ke arah kulkas dan mengambil es batu. Kurasa ia mau mengkompres.

"Sini tangan kamu.." titahnya, ia meraih lenganku dengan perlahan.

Dengan perlahan ia menempelkan es batu berbalut handuk tipis kepada bahuku. Rasa nyeri itu hilang seketika, yang ada hanya sejuk dan lega.

"Maaf ya. Tadi Kaka buru buru soalnya, gak tau kalo ada kamu di hadapan Kaka." Jelasnya,

"Emm.. gak apa-apa kok ka. Tadi emang saya agak meleng." Elakku dengan halus,

Yah. Aku memang tidak mau buat masalah dengan Kaka kelas yang satu ini, apalagi sepertinya ia pria yang sangat berpengaruh di sekolah ini. Sangat terlihat jelas cara berpakaian dan kesibukannya.

"Ka? Tadi emang nya lagi apa? Sampai bawa bawa buku banyak banget gitu?"

Ia bergumam sebentar, "Itu kumpulan buku laporan PKL tahun 2017. Kaka mau sedikit cari referensi dari buku itu sih. Untuk laporan juga." Ia diam sejenak. "Bukan berarti Kaka nyontek ya.." dengan tawa kecilnya.

Tapi, insting yang aku punya sangat tajam. Terdengar suara derap langkah yang tergesa-gesa dari balik pintu UKS.

BRUAK!!

Pintu di buka dengan kasar. Membuat Kaka kelas di samping ku ini agak terlonjak.

"Ya ampunnn!!! Kenapa malah di sini bukannya ke perpustakaan! Kenapa gak balik balik?" Cercah seorang wanita.

Aku kenal dia, ia seorang yang memenangkan gelar Ratu di sekolah ini bulan lalu.

"Sin, maaf. Tadi, gua gak sengaja nabrak adik kelas. Sampai bahunya ke bentur ujung tangga."

Tapi, sepertinya Kak Sindy tidak terlalu menggubris alasannya.

"Kaf?! Lu mau aja di manfaatin sama adek kelas??? Mana ada si! Cewek yang gak modus kalo lu tabrak???" Cecarnya.

Nampaknya ketenangan ku mulai terganggu, pembicaraan mereka sudah melewati topik awal.

"Maaf Kak. Aku mau langsung ke kelas aja, soalnya belum ngerjain Pr."

Segera ku bergegas, dengan menggendong tas ke bahu kananku. Tentunya dengan langkah di percepat.

"Tuh kan Kaf? Dia cuma modus?! Mana ada cewe yang gak marah kalo gak ngerasa dia salah???" Tetap saja, suara Kaka kelas itu masih bisa terdengar oleh telingaku.

Ramai dan ricuhnya kelas tidak mempengaruhi alam fikiranku. Sejak tadi, ingatan tentang kata-kata Kaka kelas bernama Sindy itu terus terngiang-ngiang.

Bagaimana dia tau kalau aku ada di UKS? Terus apa masalahnya? Apa hubungannya sama Kaka kelas itu yang bertanggung jawab atas perbuatannya? Apa gelar Ratu se SMK gadura muda, gak cukup memuaskan ketenaran nya? Aduh... Emangnya siapa si cowok itu?

Aku denger kak sindy manggil Kaf? Nama cowok itu Kaf? Kok aku baru denger ya??

Mata pelajaran yang seharusnya aku pahami, kali ini benar-benar tidak masuk sama sekali.

Serasa ada yang menjanggal.

"Anna!!" Seru teman sekelasku.
Aku menoleh ke arah sumber suara, ahh ternyata Ica. Sahabatku.

"Ada apa ca?"

"Em.. itu ada yang cari kamu." Ucapnya terdengar lirih. Sambil menunjuk ke arah depan pintu.

Aku agak terhenyak. Lho? Kenapa dia ada disini? Apa masih ada masalah?
Aku menghampiri orang itu dengan perlahan.

"Hai?" Sapanya duluan, aku hanya bisa mengangkat dagu bertanda tanya.

"Em.. maaf ya. Soal yang di UKS," Ia diam sejenak. "Temen Kaka emang kek gitu," sambil tersenyum.

Aku diam, mengingat ingat kembali tentang senyuman. Senyuman yang membuatku terbius, bak mesin hipnotis di abad 19.

"Anna? Hei Anna? Kamu dari mana aja?" Ucap seorang pria dari depan pintu gerbang sekolah.
"Maaf.. tadi itu ada guru killer yang korup waktu pulang tau!!" Timbalku dengan rasa bahagia.. ya sangat bahagia.

"Ayok! Mamah kamu udah nanyain nih kita pulang telat soalnya..." Sambil menarik lenganku menuju motornya.

Aku berkerut kening. "Hah? Mamah? Bukannya itu kamu yang mau cepat cepat pulang??" Tebak ku dengan tepat.

Ia tertawa mengelilingi ku. Lalu berdiri tepat di hadapan ku. "Kamu tuh ya? Paling bisa nebak setiap gerak gerik orang! Nanti kalo kuliah kamu jurusan psikologi aja.." ujarnya.

"Anna!!!!"

"Astaghfirullah!!!??? Anna? Kamu kenapa??"

Aku diam, lalu memandangnya dengan tatapan bingung.

"Kamu gak apa-apa?" Tampak terukir kecemasan di wajahnya.

"Em?? Maf ka tadi ngelamun." Ucapku pelan, segara ku berlalu darinya. Pergi dari hadapannya.

Kenapa? Aku kenapa? Kenapa kenangan itu kembali?? Siapa pria itu? Kenapa rasa nya bahagia sekali?? Kenapa saat itu... Aku gak ingat siapa dia???

ARRGHHHH!!!!!

"Na?"

"ANNA!!!" Teriak seseorang dari arah belakang.

Aku menoleh, "Ada apa Ca?" Tanyaku pelan.

"Tadi Kak Kaffi kenapa? Kamu ada urusan apa sama dia?" Tanya nya, dengan mendelik curiga.

Kenapa rasanya sangat malas untuk menjawab pertanyaan ini?

"Gak Ca, tadi cuma nnya hal yang gak penting aja kok." Ucapku sekenanya.

Tapi, aku memutar otak kembali. "Eh siapa dia? Siapa dia tadi????" Kataku tiba-tiba histeris.

"Katanya gak penting.."

"Ica!!! Siapa dia???" Sambil menggoyang goyangkan bahunya.

"Oke. Stop!"

Seketika aku berhenti bertingkah.

"Siapa dia? Em?!" Ia diam sejenak, lalu menoleh ke arah ku. "Kak Kaffi. Dia kak Kaffi.."

Sebelum Matahari Terbit..Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang