Kue brownies

19 2 0
                                    

Sabtu pagi, biasanya kalau libur seperti ini aku pasti lagi streaming Anime atau gak Drakor.

Tapi sekarang? Aku sedang berdandan, memang itu bukan keahlian ku tapi? Aku harus tampil beda di depan Raqi.

Kue buatan mamah ku  sudah siap tergandeng di lengan kanan.

Ya! Kue brownies coklat.

"Mahhhh pahhhh!!" Teriakku sambil keluar kamar.

"Aku mau ke rumah Abuya ya!!!"

Papah terlihat kebingungan lalu dengan sigap menghampiriku.

"Eh? Eh? Eh?"

"Kenapa??" Aku berhenti seketika.

"Kalau udah mau jadi istri orang itu harus sopan sama papah mamah! Maen pergi aja."

Aku tersenyum, begitu juga papah.

"Tau nih.. kamu sebentar lagi kan mau tunangan sama Raqi? Masa sifatnya masih kayak anak kecil." Kata mamah sambil membawakan kopi pesanan papah.

Aku langsung menghampiri mereka dengan cepat.

"Maaf mah, pah. Maaf aku terlalu semangat soalnya." Dengan wajah cemberut.

Tapi, kedua orangtuaku hanya tersenyum.

"Aku pamit ya mau ke rumah Abuya eh?! Rumah Raqi. Minjem supir ya pah nanti pulangnya aku minta anterin Raqi deh."

Papah tertawa terbahak-bahak.

"Kamu ini? Kok polos ya?? Untunglah Raqi, walaupun baru kelas tiga SMA tapi sudah dewasa."

Aku langsung merenyit. "Eeeee??? Maksud papah aku gak dewasa gitu???"

"Eh eh eh... Sudah. Kamu Anna, kalau gak berangkat sekarang mau kapan? Kasihan Raqi nunggu kamu loh."

Mamahku menengahi pertengkaran antara aku dan papah.

"Oke deh, aku ngalah. Karena kalo aku berdebat sama papah, So pasti aku menang." Dengan bangga.

Papah langsung merenyit, tapi di tahan oleh mamah.

Aku hanya bisa tertawa mengumpat.

...

Suasana sekolah milik keluarga Raqi, memang seperti pesantren biasanya.

Banyak cowok yang pakai sarung dan bawa buku. Maklum, hari ini lagi ada Mabit.

Aku berjalan dengan PD ke arah rumah Raqi, yang bertepatan di samping sekolah.

"Assalamualaikum..."

Ada yang keluar.

Kemudian orang itu tersenyum cerah. Dengan memakai kain sarung asal pakai dan kemeja Sholat.

"Waalaikumsalam.."

"Sini, duduk. Raqi itu tadi lagi keluar sebentar."

"Iya Abuya. Gak apa-apa. Aku tunggu di sini aja."

Suasana teras rumah Raqi memang menyenangkan.

Pemandangan orang ngaji, menghapal Al-Qur'an, atau yang bolak balik k masjid.

Adapun santri mabit yang akhwat, berjalan dengan bergrombol sambil melihat-lihat buku yang mereka pegang.

Wah, indahnya.

"Abuya," panggilku,

"Kenapa An?"

"Seandainya setiap hari kayak gini."kataku dengan penuh senyum menatap pemandangan.

Sebelum Matahari Terbit..Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang